Tuesday, 18 October 2011

Tuesday, October 18, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Forum Damai (Forum Dialog Antar Masyarakat Agama Indonesia) Serukan Anti Kekerasa.
JAKARTA - Forum Damai (Forum Dialog Antar Masyarakat Agama Indonesia) mengeluarkan pernyataan dan seruan berkaitan dengan kejadian tragis dom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo minggu lalu di Wisma PGI, Jl. Teuku Umar, Jakarta, Rabu, (28/09/2011).

Acara ini dihadiri oleh Bonar Simangunsong (Ketua Umum MUKI), Pastor Yohanes Kristo OFM (Katholik), Bhiksu Gunabhadra Mahastavira (Budha), Oka Sudiarsa (Hindhu), Pdt. Shepard Supit (Kristen) dan Slamet Effendi Yusuf (PB NU, Muslim). Moderator Pdt. Supit mengatakan, saat ini paham terorisme bergeser ke anak-anak muda. Meskipun kejadian tragis bom bunuh diri di gereja, tapi hal ini tidak berkaitan dengan keagamaan. "Ini adalah perbuatan biadab dan bukan legitimasi agama," ujarnya.

Selanjutnya, ia memaparkan 3 poin penting yaitu pertama, peristiwa ini jangan sampai melebar ke hal-hal lain sehingga memancing provokasi. Kedua, jangan sampai kejadian ini dimanfaatkan kelompok lain yang tidak senang dengan kondisi bangsa yang penuh toleransi. Aparat harus mampu melokalisir tindakan yang tidak manusiawi ini.

Tokoh Katholik, Romo Yohanes menyatakan bahwa pengeboman bunuh diri ini mengusik kenyamanan masyarakat. Pemerintah harus bertanggung jawab untuk memberikan keamanan bagi rakyat. Banyaknya kejadian teror di tanah air, ia berpandangan bahwa Pemerintah lemah dalam menghadapi kekuatan tertentu.

"Orang-orang yang mempunyai kehendak baik harus bersatu untuk melawan terorisme, karena hal itu merendahkan martabat kemanusiaan. Galang kekuatan untuk melawan kekuatan teror tapi jangan terprovokasi," ujarnya. Ia menyimpulkan, kejadian bom bunuh diri ini tidak ada hubungannya dengan agama. Hal ini terjadi sebagai bentuk frustasi sosial.

Mantan anggota DPR dan tokoh PB NU, Slamet Effendi Yusuf dengan tegas menyatakan, pelaku bom bunuh diri memusuhi semua unsur bangsa. Pelaku di Solo tersebut berkaitan dengan pelaku pemboman bunuh diri di Masjid Polresta Cirebon beberapa waktu lalu. "Mereka juga memusuhi Islam dan membangun ketakutan di semua unsur masyarakat. Bunuh diri dilarang dalam agama Islam," ujarnya.

Bahkan, ia menambahkan, menghancurkan rumah ibadah adalah perbuatan yang keliru. Agama Islam melarang perusakan, penyerangan terhadap tempat ibadah, melecehkan wanita dan anak-anak, sekalipun dalam keadaan peperangan. Ia menyimpulkan, pelaku sejak awal memiliki konsep yang keliru tentang konsep-konsep Islam.

"Mereka memutuskan penghubung antara agama dengan lingkungan. Padahal, bangsa ini ditakdirkan untuk hidup dalam kemajemukan," ujarnya. Slamet lebih lanjut mengatakan, para pelaku bom bunuh diri memiliki pendidikan yang pas-pasan, memahami doktrin secara keliru, frustasi. Kondisi korupsi yang parah harus segera diatasi, termasuk kesenjangan antara masyarakat yang sejahtera dengan masyarakat miskin.

Mencermati kejadian-kejadian bernuansa terorisme, Slamet meminta agar institusi keamanan seperti Kepolisian dan intelejen benar-benar serius menangani masalah ini. "Jangan biarkan kelompok-kelompok teror yang sudah terdeteksi, tetapi dibiarkan berkembang," katanya.Ia mempertanyakan kinerja aparat keamanan yang cekatan melakukan penangkapan pasca kejadian terorisme di sejumlah tempat. Berarti keberadaan jaringan terorisme ini sudah diketahui oleh aparat keamanan. "Segera atasi masalah terorisme ini secara tuntas," ujarnya.

Seruan anti kekerasan, perdamaian dan cinta kasih adalah himbauan dari Bhiksu Gunabhadra. Menurutnya, kejadian bom bunuh diri tersebut sangat disayangkan.Pemerintah harus secepatnya bertindak untuk menanggapi frustasi sosial dan ketidakadilan dalam masyarakat. "Negara harus berikan rasa aman bagi masyarakat, sehingga mereka tidak hidup dalam ketakutan. Kondisi negara yang tidak stabil, bisa mendatangkan rasa frustasi. Mari kita semua kembali kepada kebenaran," demikian Bhiksu Gunabhadra.

webforumdamai-02Hal senada juga disampaikan oleh tokoh Hindhu, Oka Sudiarsa. Ia mengatakan, negara harus bisa memberikan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat. Pluralisme tidak membedakan satu sama lain dalam masyarakat.

Para pelaku teror harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku.Laksanama TNI AL (Purn) Bonar Simangunsong menyatakan keprihatinannya perihal kejadian di GBIS Solo. Ia menghimbau agar semua komponen bangsa mendukung Pemerintah untuk membongkar jaringan terorisme."Cita-cita bangsa yaitu bersatu, makmur dan damai sejahtera adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 bisa dicapai jika ada kerukunan. Mari bersama membangun bangsa dan memperkecil berbagai kesenjangan dalam masyarakat,"ujarnya.

Sementara itu, dalam rilis tertulis yang dibagikan panitia kepada wartawan cetak dan elektronik, para tokoh lintas agama menyampaikan pernyataan yaitu pertama, peledakan bom adalah kejahatan kemanusiaan yang biadab, keji dan tidak bisa ditolerir. Kedua, Pemerintah harus mencari dalang teror dan membasmi mereka sampai ke akar-akarnya dengan kewenangan khusus dan langsung.

Ketiga, para ulama, pendeta, ustadz, pemuka agama lainnya memberikan ajaran, kotbah dan arahan yang kondusif, manusiawi, damai dan toleran sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Keempat, Kementerian Agama dan lembaga terkait bisa memberikan teguran, peringatan, bahkan menghentikan ajaran yang berkedok agama untuk melakukan kekerasan, dan tindakan sewenang-wenang. Kelima, semua unsur masyarakat bekerja-sama dengan semua unsur terkait untuk membulatkan tekad dan memerangi, memberantas terorisme bersama-sama. (Sinode GBI)