Tuesday 4 October 2011

Tuesday, October 04, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pembukaan Pertemuan dari Forum Kristen Global (FKG) / Global Christian Forum (GCF) Kedua di Manado.
MANADO (SULUT) - Sebanyak 300 pimpinan gereja dari 81 Negara bertemu dalam Global Christian Forum (GCF) kedua yang diadakan di Manado, Sulawesi Utara guna membahas masalah perdamaian, kebersamaan, dan masalah-masalah sosial, kekerasan dan serta krisis global, baik lingkungan dan ekonomi termasuk masalah teroris.

Sekretaris Jenderal GCF Hubert Van Beek saat memberikan sambutan pada pembukaan pada Senin (03/09/2011) malam di Aula Pertemuan Bumi Beringin Manado memberikan penghargaan kepada gereja-gereja di Indonesia yang telah menerima mereka dengan sukacita. Menurutnya Sulawesi Utara sebagai basis kekristenan di negara yang terkenal sebagai mayoritas muslim ini sudah mereka kenal karena sukses menggelar iven-iven internasional. "Sulut juga sudah dikenal secara umum di dunia lewat iven-iven internasional yang pernah dilaksanakan di daerah ini".

"Bahkan slogan torang samua basudara cukup dikenal luas,” lanjutnya.

Melalui penerjemah Pdt Marthen Sumual, H.V. Beek menambahkan, pertemuan yang diikuti gereja-gereja utusan 81 negara ini bertujuan untuk mempromosikan kesatuan (unitas) gereja-gereja sedunia. Hubert mengatakan, dalam gereja ada aliran utama (tua) (Katolik, Ortodoks, dan Protestan), tetapi juga ada gerakan Pentakosta dan Injili (aliran muda) di seluruh dunia.

Antara aliran tua dan aliran muda ini, mengalami banyak ketidaksamaan pemahaman, terutama mengenai pandangan dan teologinya. Dan inilah yang sering menimbulkan kesulitan. “Kalau aliran utama sudah melakukan kerjasama sejak seratus tahun lalu,” ujar Hubert.

Menurutnya, persoalan di atas yang membuat GCF mencoba merangkum gereja-gereja di dunia untuk duduk bersama dan mengenal satu sama lain dalam forum yang akan dilaksanakan nanti. “Makanya sangat penting untuk bertemu satu sama lain,” lanjut Hubert.

Selain itu, ia menjelaskan alasan lainnya karena adanya hubungan yang kurang baik yang selama ini terjadi antara yang tua dan aliran muda. “Makanya saat ide ini muncul untuk mengadakan pertemuan, maka perlu dicari tema untuk mempertemukan mereka semua,” tambah Hubert. Selain itu, Hubert menjelaskan bahwa dulu pusat gereja ada di Eropa. Sekarang tidak lagi, tetapi sudah di Asia, Afrika, dan Australia.

Lanjut Hubert, kegiatan ini juga karena melihat gerakan Pentakosta yang sangat cepat bahkan jumlah mereka sekarang ini sudah mencapai 500 juta yang tersebar di seluruh dunia.

Nantinya akan ada beberapa pembicara. Mereka merupakan para petinggi gereja. “Sudah hadir dua ratus enam puluh orang dari delapan puluh satu negara. Sedangkan dari Indonesia ada lima puluh dua orang,” tutup Makisanti.

Gubernur SH Sarundajang sendiri dalam sambutan di acara pembukaan, mengungkapkan kegembiraannya karena Sulut khususnya Manado bisa dipercayakan menjadi tuan rumah untuk iven internasional itu.

Kami berterima kasih karena kembali dipercayakan sebagai tuan rumah pelaksanaan iven-iven Internasional. Apalagi ini iven yang mendatangkan pimpinan-pimpinan agama seluruh dunia. Otomatis daerah ini akan ikut didoakan oleh pendeta-pendeta di seluruh dunia,’’ ujar SHS.

Gubernur dalam sambutan yang dibawakan dengan Bahasa Inggris yang fasih itu juga, tak ketinggalan memperkenalkan potensi-potensi Sulut. Termasuk Bunaken dan berbagai kekayaan alam yang ada.

Ketua panitia, Pendeta L Tamuntuan-Makisanti MTh kepada wartawan usai pembukaan menyatakan perdamaian, kerukunan dan juga masalah kekerasan termasuk teroris menjadi perhatian peserta yang hadir pada pertemuan tersebut.(Manado Post/Tim PPGI)