Tuesday 22 November 2011

Tuesday, November 22, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tokoh Gereja di Tanah Papua Sambut Baik Dialog Konstruktif Jakarta-Papua.
JAYAPURA (PAPUA) - Tokoh Gereja di Tanah Papua menyambut baik ajakan pemerintah pusat yang merencanakan akan mengadakan dialog Konstruktif Jakarta-Papua, seperti dikemukakan Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Daerah dan Otonomi Daerah, Velix Wanggai di Jakarta, Senin (14/11/2011) yang menyatakan pemerintah akan mempercepat pelaksanaan dialog tersebut sekurangnya tiga bulan ke depan.

Pastor Neles Tebay dari Keuskupan Jayapura mengajak semua komponen untuk menyambut niat baik pemerintah Indonesia untuk membangun Papua melalui dialog.

“Kita mesti menyambut kesediaan pemerintah Indonesia untuk berdialog dengan orang Papua karena ini permintaan masyarakat Papua selama ini.” ujarnya saat menghadiri dialog interaktif dengan berbagai komponen di Jayapura, Jumat (18/11/2011).

Namun menurutnya, format dialog dan format komunikasi konstruktif harus yang bisa diterima kedua belah pihak, baik pemerintah dan masyarakat Papua. Sehingga penyelesaian masalah bagi masyarakat Papua dapat tercapai.

Berhubungan dengan penolakan terhadap tawaran dialog itu, Pastor Neles yang juga Koodinator Jaringan Damai Papua mengatakan penolakan itu bagian dari aspirasi rakyat. Patut diberitahukan mengapa aspirasi penolakan terjadi.

Ditempat berbeda, Ketua Umum Badan Pengurus Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua (PGBP), Pendeta Perinus Kogoya mengharapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dapat turun langsung ke tanah Papua bersama masyarakat Papua menuntaskan krisis yang terjadi.

“Jika Presiden tahu kalo ia mempunyai masyarakat Papua, dia harus turun dan temui masyarakat Papua” ujarnya sembari mengatakan kalau masyarakat Papua sebenarnya telah merdeka, yaitu merdeka dalam arti rohani, telah dimerdekakan dalam Kristus.

Libatkan gereja
Sedangkan terkait peran gereja di Papua, Pdt Perinus mengatakan kalau gereja seharusnya dilibatkan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan masalah Papua, sebab sebagai suara jemaat, gereja telah berperan penting dalam perkembangan tanah Papua.

“Pemerintah jangan setengah hati libatkan gereja, jangan sampai masalah sudah kritis, baru pemerintah minta bantuan gereja” ujarnya.

Senada dengan Pdt Perinus, Pdt James Wambrauw juga menegaskan betapa perlunya gereja dilibatkan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di Papua. Sebab gereja telah lama hadir dan membentuk masyarakat Papua menjadi lebih baik.

“Gereja harus dilibatkan dalam dialog, sebab Papua adalah Tanah Damai dan Tanah Injil, bukan tanah konflik.” Karena , institusi yang dapat dipercaya masyarakat Papua hanyalah gereja.
Namun, lanjut pendeta yang menjadi Ketua Wilayah Papua Gereja Kristen Nazarene (GKN) ini, “hanya Tuhan saja yang tahu masa depan Papua, sebab kini orang-orang lebih perhatikan hal-hal
materi dan duniawi.” tandasnya.

Disisi lain, Direktur Eksekutif LP3BH, Yan Christian Warinussy di Manokwari mengharapkan dialog Jakarta-Papua nantinya harus melibatkan semua organisasi yang ada di Tanah Papua termasuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia / World Christian Communion (WCC) yang dipercaya untuk mengawal seluruh proses diskusi dari penyelenggaraan Dialog Jakarta-Papua dengan baik. (Tim PPGI)