Thursday 22 December 2011

Thursday, December 22, 2011
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jakarta Bersama Tokoh Gereja Komitmen Cegah HIV/AIDS. JAKARTA - PERILAKU seks bebas diduga menjadi pemicu perkembangan penyakit HIV/AIDS di ibu kota. Untuk mengatasi hal itu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi DKI Jakarta bersama Kelompok Kerja (Pokja) Agama Provinsi DKI Jakarta turun ke masyarakat untuk memberikan penyuluhan dampak negatif seks bebas yang bisa memicu berkembangnya HIV/AIDS.

Seperti yang dilakukan di Yayasan Kasih Bersaudara Jalan Raden Saleh, 14, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (21/12/2011). Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Pendeta Godliv dan Pembina Masyarakat Kristen Kanwil Kementerian Agama Provinsi DKI Jakarta Pendeta Adieli Zendrato serta Kepala Bidang Promosi dan Pencegahan AIDS KPAP John Alubwaman.

Puluhan tokoh agama Kristen yang datang diharapkan dapat menjadi cahaya penerang bagi mereka yang belum mendapatkan informasi tentang bahayanya terinfeksi virus HIV.

Dalam diskusi tentang penanggulangan HIV/AIDS tersebut, Pokja Agama Kristen rencananya akan membentuk sub pokja untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan kepada umat.

Menurut dia, dengan digencarkannya penyuluhan, umat akan tergugah untuk ikut peduli melakukan pencegahan HIV/AIDS. ”Di kalangan Kristen ini, penyakit berkembang juga,” ujarnya.

Menurut dia, sebenarnya penyakit ini berkembang bersamaan tumbuhnya budaya baru berupa gaya hidup metropolitan. Orang akan cepat terpengaruh segala hal dari luar yang dianggap tren. Meskipun hal itu bisa berdampak negatif. Gejala seperti ini cepat masuk, jika mental seseorang lemah. Kemudian juga akibat adanya pergeseran serta merosotnya nilai-nilai agama.

Mengumbar kesenangan pribadi dengan mengabaikan norma sangat membahayakan. Fenomena itu terlihat pada sejumlah ABG (anak baru gede) di ibu kota yang suka nongkrong di mal. Untuk memuaskan hasrat kesenanganya seperti membeli telepon genggam terkini, para ABG terkadang rela menjual diri.

”Maka pendidikan agama ini sangat penting dalam keluarga. Keharmonisan di antara anggota keluarga juga harus terus dipupuk untuk melindungi pengaruh negative dari luar,” katanya. ”Kalau keluarga hancur, maka negara juga hancur. Rumah jangan hanya dijadikan terminal, karena dapat tercerai-berai mencari kesenangan individualis. Itu berbahaya. Keluarga harus menyatu,” imbaunya.

Kepala Bidang Promosi dan Pencegahan AIDS KPAP John Alubwaman menambahkan, untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS, peranserta masyarakat sangat dibutuhkan. Bersama para tokoh agama, penyuluhan seputar bahayanya HIV/AIDS harus digalakkan. (JPNN)