Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Berbagai Tradisi Semarakkan Natal di Penjuru Nusantara.
JAKARTA - Berbagai kegiatan disiapkan menyambut Natal. Hal itu tampak di sejumlah daerah. Mulai dari Santa Claus berjalan dan lomba menghias gunung di Papua hingga menyiapkan pakaian adat Betawi lengkap dengan peci hitam serta pakai sarung yang dilakukan jemaat Gereja Kristen Pasundan di Kampung Sawah, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondokmelati Kota Bekasi.
Suasana di Jayapura mulai “mengental” memasuki Desember 2011. Ibu Kota Provinsi Papua itu kian semarak memasuki 5 Desember. Tanggal itu dipercaya sebagai hari Santa Claus.
Para remaja yang berperan sebagai Santa Claus dan Mr Piet Hitam mulai menyambangi rumah dengan membawa kado Natal dan makanan kecil. Mereka berkonvoi di jalan raya dengan pengawalan polisi lalu lintas. Dalam sehari bisa lima mobil Santa Claus hilir mudik di jalan.
Namun, sebenarnya suasana Natal sudah terlihat sejak memasuki pekan terakhir November 2011 dengan munculnya ornamen Natal di mal-mal dan lagu-lagu bernuansa Natal ramai diputar. Tidak hanya itu, sepanjang jalan muncul para pedagang musiman yang menjual pohon dan lampu natal plus kembang api dan petasan.
Hampir tiap malam Kota Jayapura dibisingi bunyi ledakan petasan, meriam bambu, dan nyala kembang api. Walau bunyi ini terasa mengganggu, tidak ada warga protes bahkan ada yang nyeletuk “Ah trapapa tho (tidak apa-apa, red) setahun sekali hari Natal dan mau sambut tahun baru,” kata seorang warga.
Tradisi unik lainnya dan yang membuat suasana Natal sangat terasa di wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Kristen ini yakni lomba menghias gunung dan kandang natal yang rutin digelar setiap tahun.
Sepanjang jalan dan pegunungan mulai dari Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, kandang natal dengan sentuhan khas rumah adat Papua yang beratap rumbia.
Bila malam tiba gunung-gunung diwarnai dengan hiasan lampu Natal disertai lagu-lagu natal dari kandang natal, mulai dari bertema Getsemani, Bethlehem, dan Yerikho. Di dalam kandang natal ukuran besar ini para pemuda gereja selalu bergantian mendapat tugas jaga.
Bila di daerah Jawa ada tradisi mudik dengan lewat jalur darat, di Papua tradisi mudik lewat jalur laut dan udara. Tradisi mudik ini sering dilakukan oleh mahasiswa dari Biak, Serui, Manokwari, Sorong, Merauke, Nabire dan Timika, yang mengambil studi di Jayapura. Momen Natal ini juga dimanfaatkan oleh para pejabat Papua untuk pulang ke kampung halaman.
Pakai Peci dan Sarung
Lain di Papua, lain pula di Bekasi. Jemaat Gereja Kristen Pasundan (GKP) di Kampung Sawah, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondokmelati, Kota Bekasi menyambut Natal dengan menyiapkan pakaian adat Betawi lengkap dengan peci hitam serta sarung.
Mereka akan mengenakan pakaian adat Betawi itu untuk menghadiri perayaan Natal pada Minggu (25/12/2011). Maklum saja, jemaat GKP sebagian besar adalah warga Betawi yang memang memeluk agama Kristen.
Ketika SH menyambangi GKP, tidak ada hiasan atau dekorasi yang luar biasa dilakukan menyambut Natal tahun ini. Mereka hanya membuat kandang natal, pertanda kesederhanaan lahirnya Sang Juru Selamat Manusia, Yesus Kristus.
Lainnya pohon natal yang dihiasi lampu-lampu gemerlap. Panitia juga menyulap pos yang ada di depan gereja menjadi sebuah palungan besar. GKP berdampingan dengan Masjid Fisabilliah, sebuah masjid terbesar dan tertua di Kampung Sawah dan tidak jauh dari Gereja Katolik Santo Servetius.
Reddy Modo, koordinator panitia Natal GKP, mengakui pihaknya juga akan menyajikan drama natal seperti dilakukan setiap tahun. Tetapi, semuanya dalam kesederhanaan.
Sementara itu, di Gereja Katolik Santo Servetius, yang lokasinya berada di tengah perkampungan masyarakat tersebut, saat itu juga belum terlihat banyak persiapan menyambut Natal.
Tetapi, salah seorang panitia Natal, Aloysius Eko Praptono yang dihubungi mengatakan, di gereja terbesar di Kampung Sawah itu, pihaknya juga sedang mempersiapkan acara misa pada malam Natal.
Di Ibu Kota Jakarta, kesederhanaan perayaan Natal mulai terlihat. Sebut saja di Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Resort Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Ketua Panitia Natal Pemuda GKPS Resort Cempaka Putih, Jaya Sumbayak mengatakan, pihaknya hanya menyelenggarakan perayaan Natal pada Senin (26/12/2011).
"Perayaan Natal kami sederhana, tidak ada perayaan besar yang terlalu mewah dan merepotkan. Dekorasi ruangan, panggung, dan sebagainya masih sederhana saja. Perbedaannya hanya terdapat pada susunan acara ibadahnya," ucap Jaya.
Baginya, esensi Natal yang terpenting memang terletak pada kesederhanaan dan bukan pesta yang berlebihan. Karena itu ia mengaku persiapan yang mereka lakukan cukup sederhana.
Para perantau di Jakarta pun tidak mau ketinggalan untuk merayakan Natal. Salah satunya dilakukan komunitas Parnados, komunitas masyarakat perantau dari Dolok Sanggul dan sekitarnya yang bermukim di Jabodetabek. Mereka tidak berkesempatan merayakan Natal di kampung halaman. Karena itu, komunitas Parnados menjadi wadah bersama untuk merayakan hari lahir Sang Juru Selamat.
Menurut Ketua Parnados, Andris Simanullang, Natal tahun ini akan disemarakkan dengan penampilan Kor Ama HKBP Sileang dari Kabupaten Humbang Hasundutan yang berhasil menjadi finalis festival kor tingkat nasional Perayaan Jubileum 150 tahun HKBP. (Sinar Harapan)
Beranda
»
natal 2011
»
Perayaan
»
Peristiwa
»
tradisi
» Berbagai Tradisi Semarakkan Natal di Penjuru Nusantara
Tuesday, 27 December 2011