Hal-hal keji para kristenphobia terhadap umat Kristen pada bulan Desember 2011 ini saja dinilai oleh beberapa pihak semakin meningkat, dilakukan dengan berbagai bentuk mulai dari penutupan, penyerangan dan pembakaran gedung gereja; pelarangan ibadah dan penghinaan tehadap institusi gereja dan para hamba Tuhan; pemukulan, pemenjaraan hingga pembunuhan orang-orang Kristen; penggunaan peraturan-peraturan sepihak yang membenarkan pelecehan dan tindak kekerasan kepada umat Kristen yang dicap sebagai 'kafir' yang dianggap mengancam iman mereka. Beberapa diantaranya:
Arab Saudi: Puluhan umat Kristen Ethiophia yang mengadakan ibadah jelang Natal di sebuah rumah, ditahan oleh polisi Arab Saudi. Mereka dituduh melanggar peraturan 'mengadakan pertemuan yang menggabungkan kelompok dengan jenis kelamin yang berbeda'. Sedang pada aksi-aksi sebelumnya aparat Arab Saudi telah dikiritisi dunia internasional karena menahan umat Kristen dengan tuduhan pelanggaran peraturan 'pemurtadan dan pelecehan kepada Islam'.
Ethiophia: Lima ratusan muslim sembari menghujat Tuhan, membakar sebuah gereja yang dicap illegal karena mereka menilai gereja itu tidak diberi ijin pendirian oleh mereka, meski gereja tersebut dibangun diatas tanah yang dimiliki jemaat tersebut sejak 60 tahun lalu. Beberapa hari sebelumnya ratusan mahasiswa dan muslim membakar gedung gereja tua yang mereka anggap sudah tidak layak digunakan sebagai tempat ibadah.
Filipina: Umat Kristen di Mindano yang akan mengadakan ibadah Natal di Gereja Katolik menjadi korban peledakkan bom oleh kelompok radikal Islam. Belasan orang terluka. Selama masa Natal, beberapa missionaris yang mengadakan ibadah selama masa Natal di wilayah Mindano diteror, diculik dan dibunuh.
Irak: Sebuah serangan tiba-tiba terhadap umat Kristen terjadi sejak Jumat, 16 Desember 2011. Usai ibadah Jumat, muslim yang berada beberapa kota utama di Irak Utara secara serentak menyerang berbagai gedung dan harta benda milik umat Kristen, mereka membakar toko-toko, hotel, tempat usaha yang mereka ketahui sebagai milik umat Kristen. Gedung gereja di wilayah itu sudah dimusnahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, mereka juga membunuh beberapa umat Kristen yang mereka lihat berada di tempat-tempat umum. Umat Kristen di Irak Utara yang tersisa, mengungsi ke Selatan, namun didaerah selatan mereka digabungkan dengan umat Kristen lainnya yang telah dikucilkan oleh pemerintah dan masyarakat dengan status 'dhimmi'.
Iran: Pemerintah Iran secara resmi melarang perayaan natal 2011 serta ibadah tahun baru 2012 oleh umat Kristen di Iran, selain dianggap tidak resmi dalam Syariat Islam ini dilakukan demi menghormati perayaan Ashura, sebuah masa dukacita kaum muslim Shia terhadap Imam Hussein yang menjunjung tinggi Syariat Islam, dengan cara melukai diri mereka. Puluhan umat Kristen termasuk anak-anak di sekolah Minggu yang ketahuan melanggar pelarangan tersebut ditangkap, dihina dan dipukul kemudian dipenjara dan diinterogasi. Sedang ratusan buku-buku Kristen termasuk Alkitab ditahan guna 'menangkal usaha penghinaan Islam'.
Kanada: Di Montreal, Quebec, panggung-panggung Natal yang dibangun dipusat kota dipaksa untuk dibongkar, karena kaum muslim menilai panggung tersebut berlawanan dengan nilai-nilai Islam. Anehnya usaha pembongkaran ini karena jalinan kerjasama kaum muslim dan sekular (atheis, homoseksual dan liberal). Alhasil sebagian besar panggung-panggung natal yang berada di daerah yang 50 persen Katolik, 12 persen Yahudi, 7 persen Orthodoks dan 6 persen Islam ini dibongkar.
Kashmir: Umat Kristen yang ditangkap dengan tuduhan 'pelecehan agama Islam' disiksa terus menerus, satu dari mereka terluka serius karena 'ditusuk pisau' saat hingga dilarikan ke rumah sakit Lahore pada malam Natal, beberapa aparat intoleran yang ditangkap pemerintah mengakui hal tersebut sebagai 'hadiah Natal'.
Kenya: Pada malam Natal, tujuh pria muslim asal Somali memukul seorang pemuda Kristen Somali hingga pingsan, enam minggu sebelumnya, saudara laki-lakinya juga dianiaya oleh mereka. Saat dipukuli, saudara pemuda Kristen itu diancam akan dibunuh. Keluarga dari kedua pemuda tersebut mengaku, walau mereka dilahirkan dari keluarga Islam yang kaya raya, mereka tidak mengikuti keluarga tersebut karena mereka sejak kecil telah dibesarkan oleh anggota keluarga lainnya sebagai pengikut Kristus.
Malaysia: Para pendeta dan pemimpin Gereja yang akan mengadakan ibadah Natal digedung gerejanya sendiri diwajibkan untuk meminta ijin kepada polisi dan dan warga sekitar, guna menghindari 'kristenisasi'. Termasuk kewajiban umat Kristen untuk meminta ijin kepada polisi sekitar untuk mengunjungi keluarga mereka yang ada di wilayah mayoritas muslim, termasuk juga ijin yang berbeda untuk memutar lagu-lagu natal. Selain itu seorang pemimpin Gereja di Malaysia yang menyatakan indikasi pemerintah yang tidak menerapkan keadilan kepada semua warga negaranya di hujat habis-habisan oleh kelompok supremasi dan fundamental Islam yang merasa tersinggung dengan fakta tersebut.
Mesir: Beberapa Gereja di Mesir diancam oleh kelompok fundamental dan radikal Islam yang menyatakan akan mengulangi peristiwa 'Nag Hammadi', suatu peristiwa penembakan beruntun kepada umat Kristen yang baru keluar dari gedung gereja usai mengadakan ibadah Natal pada 2010. Guna mencegah jatuhnya korban, Keuskupan di beberapa wilayah Mesir menyatakan membatalkan ibadah Natal dan tahun baru. Sedang beberapa hari sebelumnya, seorang pemuda Kristen 17 tahun yang memposting gambar nabi junjungan Islam di jejaring sosial, menjadi pemicu aksi pembakaran belasan rumah umat Kristen. Selain itu juga beberapa kelompok fundamental Islam mulai memberlakukan pembayaran Jizya kepada umat Kristen sebagai upaya menerapkan Syariat Islam dinegeri itu.
Nigeria: Beberapa gereja di penjuru Nigeria diledakan pada malam Natal 2011, 40 orang lebih tewas seketika. Sedang Boko Haram, kelompok yang menyatakan diri bertanggung jawab atas aksi terkutuk itu mengakui aksi itu dilakukan sebagai pembalasan terhadap penolakan pemerintah terhadap usul mereka menerapkan Syariat Islam di Nigeria. Seminggu sebelum bom Natal, lima gereja didaerah minoritas Kristen diledakkann sedang umat Kristennya dibantai.
Pakistan: Ancaman serangan oleh kelompok muslim radikal yang meneror umat Kristen dibeberapa wilayah minoritas Kristen. Selain juga 'pemadaman listrik yang berlebihan' selama masa Natal pada daerah mayoritas Kristen.
Syria: Sekitar 50 orang Kristen dibunuh oleh dalam kerusuhan anti-pemerintah, di Kota Homs. Mereka dibunuh oleh pemberontak dan aparat pemerintah saat akan mengadakan ibadah jelang Natal disebuah rumah. Pemberontakan anti-pemerintah yang dipimpin kelompok Islam sekte Sunni ini telah menahan dan membunuh ratusan umat Kristen lainnya yang kedapatan tidak mendukung aksi mereka, beberapa yang selamat menderita tekanan jiwa akibat telah disiksa secara biadab.
Tajikistan: Seorang pria yang menggunakan pakaian Father Frost (Santa Klausnya orang Russia) ditikam ditengah jalan hingga tewas ditempat. Ia dibunuh saat dalam perjalanan mengujungi beberapa jemaat Gereja sembari membawa hadiah. Kelompok muslim yang menghadangnya meneriakkan kalimat 'kau kafir!' sembari menusuknya.
Turki: Dokumen rahasia kelompok teroris Islam Al-Qaeda yang merencanakan akan meledakkan seluruh gereja di Ankara pada Natal 2011, terkuak pada persidangan 9 Desember. Pemerintah Turki berhasil mendapatkan material yang akan digunakan untuk meledakkan gereja-gereja di Ankara.
Uganda: Pendeta Umar Mulinde (37) Seorang gembala di Gospel Life Church International di Namasuba yang akan memimpin ibadah malam Natal disiram cairan asam oleh pria muslim yang masuk kedalam gereja dengan berpura-pura sebagai jemaat. Ia mendekati pendeta dan memanggil pendeta, saat pendeta berbalik pada pria itu, wajah dan tubuh pendeta tersebut disirami cairan. Pria tersebut melarikan diri sembari menghujat sendiri tuhan mereka.
Tujuan mengangkat peristiwa-peristiwa diatas dimaksudkan sebagai penyampaian informasi dari bukti nyata pelecehan dan penganiayaan umat Kristen oleh kristenphobia yang tidak saja bersifat insidental dan terjadi di satu negara oleh segelintir kelompok saja, melainkan adalah sebuah aksi sistematis dari kelompok kristenphobia se-dunia yang saling berhubungan.
Terutama juga untuk menjawab pernyataan para intoleran di Indonesia yang menganggap umat Kristen di Indonesia 'keras kepala' menentang dan melawan dengan kasih, berbagai aksi terkutuk yang dilacarkan oleh mereka yang merasa 'wajar' jika melarang dan menganggu ibadah umat Kristen di wilayah-wilayah tertentu di negeri ini, apalagi menjelang Natal yang bagi beberapa kristenphobia hal ini diperkuat dengan fatwa haram untuk mengucapkan selamat Natal.
Mayoritas peristiwa diatas telah disembunyikan oleh media massa pro-intoleran (baik Indonesia maupun dunia) yang juga didukung oleh kaum sekular yang tersenyum dengan usaha-usaha penghilangan Kekristenan di dunia, juga disembunyikan karena mereka malu mengakui aksi terkutuk para Kristenphobia. (TimPPGI)