Sunday, 29 January 2012

Sunday, January 29, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja Protestan Maluku (GPM) Turut Berperan Membangun Masyarakat Indonesia yang Majemuk.
AMBON (MALUKU) - Walaupun September 2011 Kota Ambon kembali didera kerusuhan, para tokoh agama setempat dengan sigap turut memulihkan keamanan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku dan Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) mengimbau warga untuk hidup dengan damai.

Dalam HUT ke-76 GPM tahun lalu, Ketua Sinode GPM Pdt John Ruhulesin mengajak semua warga GPM untuk semakin mencintai kemanusiaan dan perdamaian. Bahkan, setiap pastori (rumah tempat tinggal pendeta di jemaat) disiapkan untuk menampung peserta Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat nasional XXIV, Juni 2012.

Peran serta gereja dalam membangun masyarakat kita yang majemuk amat penting. Untuk meningkatkan kapasitas warga negara inilah diadakan Pendidikan Warga di Kota Ambon pada 6-7 Januari 2012 atas kerja sama Sinode GPM dan Institut Leimena.

Banyaknya berita buruk di media massa ikut mematahkan semangat bangsa untuk menggapai masa depan yang lebih cerah. Para pemimpin perlu memberikan inspirasi perjuangan. Inspirasi ini dapat ditemukan dalam jati diri dan cita-cita Indonesia yang dituliskan para pendiri bangsa kita dalam Pembukaan UUD 1945.

Bahkan, amendemen UUD 1945 pada 1999-2002 telah mengembalikan kedaulatan kepada rakyat untuk dapat ikut menentukan nasib bangsa. Topik-topik ini dibahas bersama lebih dari 90 pemimpin dan aktivis gereja yang hadir, mulai dari Kota Ambon hingga Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Acara ini, seperti dikatakan Pdt Jenny Latupeirissa dari GPM Klasis Pulau Ambon, “membangkitkan rasa optimistis untuk menyatakan panggilan sebagai warga negara yang baik sekaligus warga Kerajaan Kristus”, sehingga “tidak berpikir secara pesimistis ketika melihat permasalahan di seputar NKRI.”

Dalam sambutan pembukaannya, Ketua Sinode GPM Pdt John Ruhulesin mengingatkan bahwa masalah-masalah riil di lapangan juga perlu mendapat perhatian. Warga perlu melatih diri untuk mampu menghadapi masalah bersama. Oleh karena itu, program ini juga melatih fasilitator Diskusi Warga agar pemberdayaan warga dapat dilanjutkan peserta di lingkungannya masing-masing.

Ketua Klasis GPM Tanimbar Utara (Kabupaten Maluku Tenggara Barat), Pdt Ricardo Rikumahu, mengatakan, “Setelah pelatihan ini, saya ingin membangun jejaring dengan masyarakat lokal guna menciptakan ruang diskusi dengan topik-topik mengenai keindonesiaan dalam perspektif kearifan lokal.”

Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Oikumene Sinode GPM, Pdt Lastri Likumahwa, ingin “melakukan pembinaan kepada umat untuk terus menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi melalui hal-hal yang kecil dalam lingkungan sendiri demi sebuah cita-cita yang besar berdasarkan kekuatan-Nya.”

Membangun bangsa memang harus dikerjakan bersama. Program ini ditutup dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara Sinode Gereja Protestan Maluku dan Institut Leimena di kantor Sinode GPM di Kota Ambon. (Leimena)