Monday 2 January 2012

Monday, January 02, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ribuan Umat Kristen di Kupang Hadiri Natal Oikumene.
KUPANG (NTT) - Tak kurang dari 5.000 umat Kristen baik Protestan maupun Katolik di Kota Kupang memadati gereja St. Yosep Pekerja Penfui, Kupang, Kamis (29/12/2011), untuk mengikuti ibadah Natal oikumene yang digelar Keuskupan Agung Kupang dan Sinode Gereja Masehi Injili TImor (GMIT).

Ibadah yang dimulai pukul 10.00 Wita itu dipimpin Pendeta Sarlinda Kisek, S.Th dan RD. Simon Tamenab.

Sedangkan pengkhotbah adalah Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr.
Ibadah Natal oikumene ini dihadiri langsung Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, Wakil Gubernur NTT, Esthon Foenay, Sekretaris Daerah NTT, Frans Salem dan para pimpinan instansi tingkat Provinsi NTT.

Tampak hadir Walikota Kupang, Daniel Adoe, anggota DPR RI asal NTT, Jefri Riwu Kore dan Farry Dj. Francis serta anggota DPRD NTT Kristo Blasin.

Sementara itu, dari tokoh agama, hadir Ketua Majelis Sinode GMIT, Robert Litelnoni sekaligus membawakan Suara Gembala usai ibadah, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi NTT, I Gede Putra Kesuma,

Sekretaris Keuskupan Agung Kupang, RD. Geradus Duka, RD. Florens Maxi Un Bria, Pendeta Mesakh Dethan, Pendeta Johny Riwu Tadu serta tokoh-tokoh dari MUI NTT dan pimpinan umat lintas denominasi lainnya.

Ibadah Natal oikumene yang berlangsung di bawah derasnya hujan tak menyurutkan niat ribuan umat dan jemaat untuk berpartisipasi hingga akhir kebaktian.

Bahkan, gedung gereja yang belum selesai dibangun itu tak bisa menampung umat yang hadir. Sejumlah tenda yang dibangun di pelataran gedung gereja pun tampak penuh.

Ibadah Natal diawali dengan prosesi tarian anak-anak PAR menyambut Uskup Agung dan Ketua Sinode GMIT serta Gubernur dan rombongan menuju tempat ibadah.

Ibadah yang berlangsung khusuk itu diramaikan dengan paduan suara dari berbagai gereja serta penampilan tarian-tarian dari berbagai etnis.

Acara pembakaran lilin pun dikemas secara unik, yakni semua pimpinan umat bersama Gubernur NTT dan jajaran serta para pimpinan instansi tingkat Provinsi NTT masing-masing didampingi oleh anak yatim, lanjut usia, pemuda, tukang ojek, narapidana, nelayan, pedagang kaki lima dan sopir.

Pembakaran lilin ini dilakukan secara berurutan mulai dari Gubernur NTT hingga dewan paroki setempat diiringi lagu Malam Kudus dari paduan suara gabungan Keuskupan Agung Kupang dan Sindoe GMIT.

Dalam khotbah yang terambil dari Injil Yohanes 1:1 dan Yohanes 3:19-21, Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr mengatakan kedatangan Yesus ke dunia merupakan bukti bahwa Allah telah merahmati manusia.

Rahmat Allah itu untuk menjaga setiap orang percaya sehingga tetap saling menghargai, menghormati, bersahabat dan saling toleransi satu dengan yang lain.

"Cahaya terang yang dibawa Kristus tetap ada di dunia hingga saat ini.

Sayangnya sebagai manusia terkadang hati kita masih jauh dari terang," kata Uskup Agung.

Menurutnya, banyak orang mulai menggantungkan hidupnya pada kebiasaan hedonisme. Manusia mulai mengagungkan hedonisme dengan menerapkan sistem ekonomi individualistis yang hanya merugikan sesamanya manusia, bukan membawa rahmat bagi yang lain.

Di sinilah, kata Uskup, nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan mulai pudar dalam kekelaman.

Oleh karena itu, lanjut uskup, saat ini Natal datang mencerahkan hidup manusia yang kelam itu.

Manusia tidak boleh lagi tetap dalam kekelaman. Hati manusia harus dipenuhi dengan terang.

Uskup menutup khotbahnya dengan mengutip nats Yohanes 3:19-21 "Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;

tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Ketua Sinode GMIT, Pendeta Robert Litelnoni, dalam Suara Gembalanya menyerukan kedamaian di tanah NTT.

Dia mengawali Suara Gembala itu dengan memberi apresiasi kepada semua pihak, khususnya kepada Polda NTT dan Korem 161/Wira Sakti Kupang yang telah bekerja keras mengawal proses ibadah-ibadah Natal, sehingga tidak ada gangguan keamanan.

Menurutnya, suasana kedamaian di Kota Kupang khususnya dan NTT umumnya begitu terasa pada Natal tahun ini.

"Ini berkat kerja keras juga dari bapak Kapolda NTT dan juga bapak Danrem. Saya sampaikan terima kasih, karena semua proses ibadah Natal aman dan lancar," kata Litelnoni.

Pada kesempatan itu, dia meminta suasana damai ini harus tetap dijaga untuk seterusnya.

Dia mengimbau semua pihak, tidak hanya kepolisian dan aparat TNI, tapi semua elemen untuk bahu-membahu menjaga kedamaian dan ketertiban.

"Suasana ini harus tetap dipelihara dan dijaga untuk seterusnya.

Mari kita ciptakan NTT yang damai dan aman," katanya lagi.

Kepada ribuan umat dan jemaat yang memadati gereja St. Yosep Pekerja Penfui, Pendeta Litelnoni mengajak untuk memaknai Natal tidak sekadar seremonial tahunan atau rutinitas saja, tapi harus dimaknai dalam kehidupan sehari-hari.

Dia juga mengatakan, kagum dengan antusiasnya ribuan umat dan jemaat yang hadir.

Walaupun, kata Litelnoni, umat yang hadir tersebut berbeda gereja tapi masih dapat bersama.

Beribadah dan mengucap syukur bersama. "Kita berbeda gereja tapi punya pergumulan bersama sebagai masyarakat NTT.

Kebersamaan dan persaudaraan ini mari kita jaga bersama," imbau Litelnoni.

Seruan serupa juga disampaikan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya saat memberikan sambutan usai kebaktian.

Dia meminta seluruh umat dan jemaat serta seluruh masyarakat NTT tetap sehati dan sesuara menjaga kedamaian dan kerukunan di NTT.

Dia memberi apresiasi kepada ribuan umat yang hadir, apalagi hadir beberapa tokoh PHDI dan umat lintas agama dan denominasi lainnya.

Dia meminta melalui momen Natal ini, rakyat NTT semakin optimis dan punya harapan besar untuk hidup lebih baik.

"Mari kita saling mendukung untuk membangun daerah ini lebih maju dan lebih bermartabat.

Mari kita sehari sesuara membangun NTT yang damai, sejahtera dan berkeadilan," pinta Gubernur.

Selain itu, dia juga meminta masyarakat NTT untuk tetap mendukung program pemerintah Provinsi NTT yang sedang berjalan, seperti Desa Mandiri Anggur Merah serta program dan agenda lainnya.

Menurut Gubernur, program-program tersebut merupakan bentuk kepedulian pemerintah terhadap rakyat NTT.

Oleh karena itu, lanjutnya, suasana kedamaian harus tetap terjamin agar apa yang diprogramkan pemerintah dapat berjalan dengan baik. (Timor Express)