Wednesday, 8 February 2012

Wednesday, February 08, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Waiheru Gelar Persidangan XXV. AMBON (MALUKU) - Gereja Protestan Maluku (GPM) Jemaat Waiheru menggelar persi­dangan jemaat XXV, untuk mem­bahas program-program jemaat kedepan. Persidangan ini digelar di Gedung Gereja Nasirat Waiheru, Minggu (29/01/2012).

Persidangan jemaat kali ini ber­langsung di bawah sorotan tema ‘Tuhan itu Baik Kepada Semua Cip­taan’ dan Sub Tema ‘Menjadi Gereja yang Dibaharui Untuk Mewujudkan Kebersamaan Dengan Sesama dan Alam Semesta Ciptaan Tuhan Dalam Konteks Pelayanan di Indonesia dan di Dunia’. Persidangan ini diawali dengan ibadah Minggu bersama­ yang dipimpin Pendeta John Sahalessy.

Dalam khotbahnya, yang diambil dari Kitab Perjanjian Baru Markus 9:2-10 tersebut Sahalessy meng­ungkapkan, Nabi Musa, Nabi Elia, dan Tuhan Yesus adalah sosok pe­mimpin yang tidak takut dan gentar memperjuangkan kebenaran.

“Dewasa ini, banyak orang yang takut mengatakan yang benar dan memperjuangkannya, karena ada tekanan dari pihak yang lebih ber­kuasa. Untuk itu, marilah kita melihat dan mengambil contoh dari teladan Nabi Musa, Nabi Elia, dan Tuhan Yesus yang adalah tokoh ter­kenal dalam Alkitab dimana mereka tanpa rasa takut memperjuangkan kebenaran di dunia,” ungkapnya.

Sementara itu, Majelis Pekerja Harian Klasis GPM Pulau Ambon Pendeta Tos Lailossa dalam sambu­tannya ketika membuka persidangan itu, mengatakan persidangan jemaat berkedudukan sebagai lembaga yang tinggi dalam mengambil kepu­tusan di tingkat jemaat.

“Persidangan jemaat merupakan pengambilan keputusan tertinggi di tingkat jemaat yang diadakan sekali dalam setahun, dan dilaksanakan berdasarkan asas kebersamaan, per­saudaraan, serta kesatuan sebagai manifestasi dari suatu keluarga Allah yang bertugas antara lain, me­nyusun Rencana strategi (Renstra), mengevaluasi laporan pertang­gung­jawaban pelaksanaan renstra, me­netapkan program-program pelaya­nan jemaat, menetapkan anggaran dan pendapatan belanja jemaat, mengevaluasi laporan pertang­gung­jawaban pelayanan keuangan jemaat dan membicarakan dan menyele­saikan masalah-masalah keumatan yang relevan,” jelasnya.

Lailossa menekankan ada bebe­rapa hal yang menjadi pergumulan bersama dalam persidangan jemaat saat ini yakni, masih banyak mas­yarakat yang belum menikmati standar kualitas hidup, oleh karena kebutuhan pelayanan dasar ekono­mi, kesehatan, maupun pendidikan yang belum terpenuhi.

“Serta masih banyak penyakit sosial yang harus ditangani secara serius, seperti kekerasan dan konflik sosial, miras, judi, seks bebas, dan perselingkuhan dan, tanggung­jawab kita untuk menyelamatkan alam semesta, mendukung program-program pemerintah, mendukung MTQ Nasional dengan menjamu tamu dari belahan bumi Indonesia,” tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Majelis Je­maat GPM Waiheru, Pendeta M.La­betubun dalam sambutannya me­nga­takan, aspek jemaat harus dito­pang dengan dimensi keterbukaan dan tanggung jawab

“Kehidupan bergereja dalam berbagai aspek termasuk aspek jemaat yang harus ditopang dengan dimensi keterbukaan dan tanggung­jawab untuk membangkitkan rasa percaya di antara para pelayan dengan warga jemaat,” katanya.

Hadir dalam persidangan itu, Majelis Pekerja Klasis Pulau Ambon, Toss Lailossa; Kepala Kecamatan Teluk Ambon Baguala, N Latuna; Kepala Desa Waiheru, F. Maitimu; Wakil Komandan Batalyon Infanteri 733 Raider, Mayor Inf Vincent serta Ketua Majelis Jemaat Waiheru, M. Labetubun. (Siwalima)