Thursday 16 February 2012

Thursday, February 16, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Koalisi Masyarakat Belu Anti Tambang Datangi Kantor DPR Menolak Tambang Mangan di Rafae, Raimanuk.
BELU (NTT) - Ratusan massa yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Belu Anti Tambang mendatangi kantor DPRD Belu terkait penambangan mangan di Desa Rafae, Kecamatan Raimanuk, Kabupaten Belu.

Koalisi ini merupakan gabungan dari Vivat International Regio Timor, JPIC SVD Timor, JPIC SSpS Timor, Lab Timoris, PMKRI Cabang Belu dan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh pemuda desa Rafae.

Kedatangan koalisi itu bertujuan menolak tambang mangan di Desa Rafae yang dilakukan oleh perusahaan dari Surabaya.

Koalisi itu diterima oleh ketua DPRD Belu Simon Guido Seran dan beberapa anggota DPRD lain serta instansi terkait seperti Dinas Pertambangan, dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) di kabupaten itu.

Pastor Pieter D. Bataona SVD, koordinator Vivat International Regio Timor, meminta perusahaan yang melakukan penambangan mangan di desa Rafae segera dihentikan.

Ketua DPRD Belu dalam audiensinya mengatakan, “Dalam waktu dekat akan ada rapat komisi C untuk membicarakan hal ini dan hasilnya akan dilaporkan setelah rapat komisi, setelah itu akan ada panitia khusus (pansus) yang akan mengkawal kasus tambang ini.”

Ia menegaskan bahwa DPRD Belu siap menerima aspirasi masyarakat dan melakukan koordinasi dengan pemerintah, tuturnya.

Suster Angela SSpS, anggota JPIC SSpS Timor, mengatakan kepada ucanews.com, “Kegiatan tambang mangan memiliki dampak negatif yang cukup besar terhadap kesehatan masyarakat. Apalagi penambangan tersebut dekat dengan pemukiman warga dan desa Rafae sendiri dekat dengan Halilulik.”

Ia menegaskan bahwa dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat sangat tinggi karena itu perlu kajian yang mendalam tentang eksplorasi mangan di desa itu agar tidak merugikan masyarakat.

Sementara itu Gaudensius Mataufue dari PMKRI Cabang Belu, mengatakan kepada ucanews.com, “Dari hasil kajian terlihat jelas bahwa lebih banyak negatifnya baik dari aspek pengelolaan lingkungan, ekonomi dan kesehatan.” (Cathnews Indonesia)