Wednesday, 29 February 2012

Wednesday, February 29, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pendeta Bill Devlin Berpuasa Selama 42 Hari Menentang Pelarangan Ibadah di Sekolah-sekolah di Kota New York. NEW YORK (AS) - Seorang pendeta asal Manhattan, Kota New York, pendeta Bill Devlin (59) telah menjadi lambang keteguhan umat Kristen di Kota New York yang berani menentang putusan diskriminatif pemerintah Kota yang melarang umat Kristen untuk menggunakan gedung sekolah sebagai tempat beribadah.

Dalam beberapa bulan terakhir ini Pdt Devlin tekah ditangkap karena memimpin unjuk rasa dan doa semalaman guna meminta pemerintah Kota New York agar membatalkan pelarangan kepada kelompok beragama yang menyewa gedung sekolah untuk beribadah. Sedang yang terkini adalah aksinya berpuasa selama 42 hari, terhitung hingga Selasa (28/02/2012). Ia bertahan hanya dengan segelas kecil air.

Pendeta dari Gereja Alkitab di Manhattan pada Jemaat Washington Heights ini, tidak belum makan dan hanya minum segelas plastik air mineral setiap harinnya sejak 17 Januari 2012.

Dikatakannya, ia belum memutuskan kapan ia berhenti, namun ia bertekad akan bertahan hingga putusan pemerintah kota untuk mencabut larangan itu tercapai.

"Sebagai seorang pendeta dan pemimpin agama, saya berdoa kepada Tuhan agar melembutkan hati Walikota Bloomberg dan Konselor Walcott" katanya kepada ChristianPost.

Aksi puasa alkiabiah ini dilakukannya karena ia menilai pelarangan beribadah di sekolah umum pada hari Minggu sangatlah tidak wajar, sebab mempengaruhi komunitas Kristen dilingkungan miskin yang sangat kekurangan dana jika dipaksa menggunakan gedung-gedung yang dapat disewakan. Sebab, kelompok keagamaan lebih memilih sekolah dengan alasan dapat disewa dengan separuh harga, berbanding gedung sewa semestinya.

Ini juga dilakukannya untuk menunjukkan kepada pemerintah kota bahwa ini adalah masalah serius yang melibatkan orang-orang biasa, umumnya orang-orang dari kaum miskin yang hidup tenang dan damai diantara berbagai macam persoalan yang ada di kota itu. Jika pelarangan ini diteruskan, menurut Devlin, tingkat kejahatan dan kesuraman akan menjadi masa depan dari kota itu, sebab banyak rumah ibadah akan dipaksa tutup.

Diperbolehkan Beribadah
Terkait pelarangan, Hakim Distrik New York yang menangani gugatan umat Kristen di New York, Loretta Preska mengeluarkan perintah untuk membatalkan sementara perintah pelarangan ibadah di sekolah di Kota New York selama sepuluh hari. Namun pemerintah federal New York menyatakan, pelarangan itu hanya ditujukan kepada Gereja Bronx yang berada di lingkungan Universitas Heights.

Sedangkan 60 rumah ibadah yang terletak di lingkungan sekolah di wilayah Kota New York dipaksa tutup dan diperintahkan untuk mencari tempat ibadah lainnya dalam bulan ini juga.

Para pendukung pelarangan dan pemerintah kota menyatakan, kota harus menegakkan aturan pemisahan antara gereja dan negara dengan cara memindahkan gereja-gereja dan kelompok Kristen yang berada dalam sekolah-sekolah yang didanai pemerintah.

Jumat lalu (24/02/2012), Hakim Preska menjanjikan sebuah putusan awal yang memperbolehkan gereja-gereja agar melaksanakan ibadah di gedung sekolah, sembari melanjutkan gugatan persidangan.

Menurut Preska, seperti dikutip BaptistPress sebuah aturan terkait agama dianggap tidak berimbang jika digunakan untuk melarang dan membatasi kegiatan hak-hak dasar keagamaan tersebut.
Alhasil pada Minggu (26/02/2012) lalu beberapa jemaat gereja kembali dapat beribadah di gedung sekolah, sedang jemaat lainnya telah pindah secara permanen ke gedung di lokasi lain.

Pendukung ibadah di gedung sekolah termasuk kelompok Kristen dan hamba Tuhan menyatakan anggota dewan harus membuat peraturan yang memberikan hak yang sama antara lembaga keagamaan dan kelompok non-agama (sekuler, liberal, atheis, agnostik, dll) dalam penggunaan sekolah umum.
Sebab selama ini pemerintah cenderung memperbolehkan kelompok non-agama untuk melakukan aktifitasnya dengan leluasa, dan sebaliknya membatasi aktifitas kelompok-kelompok beragama.

"Mereka [pemerintah dan pendukung pelarangan] tidak akan kemana-mana," ujar anggota Dewan dari Bronx, Fernando Cabrera dalam surat pernyataannya kepada jemaat yang menggugat, "[mereka akan memilih] Lebih baik mendapati kelompok beragama [beribadah] di pinggir jalan dan ditempat parkiran, atau mendapati mereka membayar pemeritah kota dengan mengadakan pertemuan di gedung sekolah." (ChristianPost/BaptistPress/TimPPGI)