Monday 13 February 2012

Monday, February 13, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Umat Kristen di Amerika Serikat Kecewa dengan Peraturan 'Kompromi' Kontrasepsi Gratis-nya Barak Obama. WASHINGTON DC (AS) - Para tokoh Gereja dari berbagai denominasi di Amerika Serikat bersuara menentang peraturan 'kompromi' yang ditawarkan Presiden Barack Obama atas mandat terkait kebijakan layanan kesehatan yang mewajibkan semua warga Amerika menggunakan alat kontrasepsi.

Menurut para tokoh Gereja, 'kompromi' yang ditujukan kepada umat beragama di Amerika Serikat ini hanya akan memperpanas hubungan antara umat Kristen dan Presiden Barack Obama. Sebab walaupun Presiden telah mengecualikan gereja dan institusi keagamaan lainnya untuk diwajibkan menggunakan alat kontrasepsi, tetap saja peraturan tersebut memperbolehkan seseorang untuk melakukan aborsi.

"Gereja Baptis Selatan dan warga dari berbagai komunitas iman sangat marah dengan kompromi yang diistilahkan oleh Presiden Obama pada penetapan mandat terkait aborsi," ujar Dr Richard Land, Presiden Komisi Kebebasan Budaya dan Agama, Konferensi Gereja Baptis Selatan (SBC) kepada Christian Post.

"Apa yang patut diperhatikan adalah, istilah kompromi ini jelas-jelas sangat bertentangan dengan amandemen pertama. Ini adalah usahanya [Presiden Barack Obama] untuk mengurangi kekecewaan kelompok pro-aborsi, dengan menyatakan nurani tiap pribadi adalah subjek dari pernyataan pemerintah," tambah Dr Land.

Penginjil Chuck Colson dan Timothy George menunjukkan keprihatinan mereka melalui surat terbuka kepada warga jemaatnya pada Rabu (08/12/2012), yang menyatakan pernyataan penggunaan alat kontrasepsi yang dipaksakan kepada umat beragama merupakan sebuah ancaman kebebasan beragama.

Sedangkan Pendeta Rick Warren dari Gereja Saddleback menyatakan penentangannya melalui twitter. "Saya lebih baik masuk penjara daripada masuk dalam peraturan pemerintah yang melanggar perintah Tuhan," tulisnya sembari menantang jemaat untuk setia kepada Tuhan walaupun mengalami penganiayaan di penjara, seperti pada Kisah Para Rasul 5:25.

Sedangkan Uskup Agung Timothy Dolan yang sering ditemui Presiden Obama, juga gagal meyakinkan Presiden agar membatalkan mandat tersebut.

Kelompok-kelompok Kristen di Amerika secara khusus kecewa dengan mandat Presiden yang sangat tidak menghormati dan merendahkan ketulusan umat Kristen yang dengan teguh menjalankan keimanan sebagai pengikut Kristus, dan membandingkan dengan berbagai upaya pemberian alat kontrasepsi yang diberikan cuma-cuma sebab telah dibayarkan oleh pemerintah.

Apa yang Presiden buat, menurut Dr David Steven, CEO dari Christian Medical Association, adalah sebuah usaha yang mengabaikan hati nurani warganya, yang secara culas, "dipilih sebagai pernyataan nurani dan dimainkan sebagai permainan politik".

Pemimpin organisasi perlindungan wanita yang mengalami penganiayaan, pelecehan dan kejahatan, Concern Women for America, Penny Nance menyatakan mandat tersebut berlawanan dengan doktrin Kristen dan kebebasan beragama, sebab pemaksaan tersebut juga mendukung adanya kebebasan melakukan aborsi melalui obat-obatan.

Beberapa tokoh gereja juga menyatakan, hasil dari pemaksaan 'kompromi' ini adalah biaya besar dari pembayaran alat-alat kontrasepsi yang menurut pemerintah akan diberikan secara cuma-cuma, karena dibiayai pemerintah melalui perusahaan asuransi. Sebab adalah wajar jika asuransi di Amerika menaikkan bunga pembayarannya yang menurut mereka menguntungkan.

"Sangat lucu jika membayangkan perusahaan asuransi akan memberikan obat-obatan itu secara cuma-cuma," ujar Steve Miller seorang pengamat Ekonomi dari Colorado Christian University di Denver. "Perkiraan saya adalah kitalah yang akhirnya akan membayarnya." (ChristianPost/TimPPGI)