Seperti diberitakan WorthyNews, pada Sabtu (03/03/2012) sekitar 20 orang ekstrimis Hindu mendatangi persekutuan doa dari Gereja Mahima Prarthana Mandira di Vijayanagar, membubarkan ibadah dan memaksa dua penginjil wanita yang memimpin persekutuan tersebut, Parimala (36) dan Padmavathi (35) agar berhenti mengadakan peribadatan.
Gereja Mandira yang merupakan gereja Injili independen di India bagian selatan ini memiliki lebih dari 60 anggota jemaat yang selalu beribadah di perumahan yang disewakan. Mereka juga menginjili warga sekitar dengan memberikan pelayanan penguatan dan pengajaran tentang firman Tuhan.
Tidak suka dengan kegiatan penginjilan Gereja Madira, kelompok Hindu ini bersama polisi menangkap dan menekan dua pemimpin wanita itu agar menghentikan peribadatan dan usaha penginjilan dengan tuduhan 'usaha pemurtadan'.
Dua wanita ini pun dilepaskan setelah mendapat advokasi dan jaminan dari Dewan Umum Kristen di India (GCIC).
Serangan ini merupakan kelanjutan dari serangan RSS, kelompok radikal Hindu yang melarang kelompok-kelompok Kristen melakukan pelayanan penginjilan kepada jemaatnya, seperti yang terjadi di Thuvakudi, distrik Tirchy, negara bagian Tamil Nadu pada 21 Februari 2012 yang menangkap Pendeta John Chidambaran, setelah sebelumnya dianiaya oleh kelompok RSS.
RSS, yang berarti 'organisasi sukarela nasional' yang didirikan oleh kelompok Hindu fundamental ini sebelumnya telah mengancam keluarga Pendeta Chidambaran agar membatalkan tuntutan kepada seorang warga yang telah mengambil tanpa ijin sebidang tanah milik gereja.
Mendapati pendeta teguh dengan tuntutan mereka, RSS dan warga yang bersengketa menyerang pendeta dan keluarganya. Mercy, anak perempuan pendeta dipukuli hingga harus diopname di rumah sakit.
Sayangnya, bukannya para penganiaya yang ditangkap, malah pendeta Chindambaran yang ditangkap. Ia akhirnya dibebaskan pada 2 Maret lalu. Sedangkan polisi hingga kini masih 'menyelidiki' perkara tersebut.
Serangan yang sama pada hari yang sama terjadi pula di Kerala barat daya. Seorang pendeta dihina di tempat umum, sedangkan kendaraannya dirusak dengan lemparan batu-batu besar.
Pendeta Titus Ignatius Kapan yang mendatangi rumah seorang jemaat yang baru saja menjadi Kristen diserang dengan berbagai hujatan dan hinaan dari kelompok Hindu garis keras. Kelompok anarkis ini melarikan diri setelah mengetahui kedatangan polisi yang tiba sejam kemudian. Polisi hanya mencatat peristiwa tersebut namun tidak menangkap satupun perusuh.
Serangan anti-Kristen semakin meningkat di India, dilakukan oleh kelompok Hindu dan Muslim yang merasa tersinggung dan terancam dengan pelayanan penginjilan Gereja.
Sedangkan gereja menyatakan mayoritas dari warga India yang menjadi Kristen adalah mereka yang memutuskan mengikut Kristus sebagai kebebasan pribadi, tanpa pernah ada paksaan dan intimidasi. (WorthyNews)