Saturday 17 March 2012

Saturday, March 17, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Profesional dan Usahawan Katolik (PUKAT) Fokus Membangun Indonesia Timur. JAKARTA - "Perdamaian hanya bisa terwujud berkat keadilan. Untuk itu PUKAT harus memperjuangkan keadilan. Tidak hanya itu saja, PUKAT jangan hanya jadi perpanjangan dari hirarki Gereja. Dengan begitu, PUKAT akan menjadi something different," tegas Harry Tjan Silalahi pada acara bincang-bincang seputar PUKAT sekarang dan yang akan datang di Gedung PPm, Bina Manajemen B, Lantai 8, Menteng Raya, Jakarta Pusat, Sabtu, (17/03/2012).

Ia menambahkan, kemiskinan dan pengangguran adalah masalah bangsa. Para anggota PUKAT berusaha peduli dengan persoalan ini. Untuk itu, PUKAT berusaha mengatasinya dengan caranya sendiri yaitu dari gereja untuk tanah air. Fokus utama PUKAT saat ini adalah wilayah timur Indonesia. PUKAT berusaha membangun wilayah Indonesia timur dengan berbagai cara.

PUKAT (Profesional dan Usahawan Katolik) lahir pada 1988 di Surabaya deng tujuan awal yaitu pelayanan rohani kepada para usahawan dan profesional di Keuskupan Surabaya. Lamban laun paguyuban ini terus berkembang. Sampai sekarang sudah ada beberapa daerah (keuskupan) yang juga terinspirasi membentuk PUKAT, seperti Jakarta, Malang, Makassar, Ambon, Merauke, Bali, Bandung, Kupang dsb.

Pada acara bincang-bincang hari ini hadir Penasehat PUKAT (Profesional dan Usahawan Katolik) Harry Tjan Silalahi, Presiden Direktur PT. Dwi Sapta Aloysius Adji Watono dan Pastor B.S. Mardiatmadja SJ. Pada kesempatan istimewa ini Aloysius Adji Watono berbagi pengalamannya tentang kesuksesannya dalam berbisnis.

Aloysius Adji Watono asal Kudus ini lahir dari keluarga pedagang yang sangat sederhana. Anak lelaki satu-satunya dari 6 bersaudara ini sejak kecil sudah dikenal berwatak keras dan nekad. Setelah lulus dari SMA St. Yosef, Solo, Adji nekad pergi ke Jerman Barat dengan modal pas-pasan. Ia melanjutkan sekolah di jurusan fotografi di Adolf Lazy School, Stuttgart (1973-1975) dan Technical Photography di Berlin (1976-1979).

Sepulang dari Jerman ia berhasil membangun agensi periklanan lokal pertama yang menerapkan strategi komunikasi pemasaran terpadu sebagai solusinya yaitu Dwi Sapta Integrated Marketing Communication (IMC). Selama lima tahun terakhir Dwi Sapta selalu terpilih sebagai Top 5 Agency dengan belanja iklan terbesar di beberapa stasiun televisi swasta. Kini setelah 30 tahun berdiri, Dwi Sapta Group telah berkembang menjadi 9 anak perusahaan yang siap memberikan layanan IMC seutuhnya kepada klien-kliennya.

"Prinsipnya adalah mendengarkan. Setelah itu, memberikan solusi yang terbaik untuk klien," tegas Adji.

Ia menambahkan, dirinya siap bersama PUKAT membangun wilayah timur Indonesia agar lebih maju tidak hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam pendidikan. (JaringNews)