Sunday, 1 April 2012

Sunday, April 01, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Misa Perayaan Minggu Palma di Gereja St Yosef Pekerja Penfui Kupang.
KUPANG (NTT) — Romo Videntus Atawolo Pr mengingatkan, perayaan Minggu Palem (Minggu Palma) di lingkungan Gereja Katolik ibarat madu dan dan racun dalam kehhidupan. Hal itu disampaikannya pada misa Perayaan Minggu Palma di Gereja St Yosef Pekerja Penfui di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Minggu (01/04/2012) pagi.

Ia mendampingi Romo Maxi Un Bria, Pastor Paroki Gereja St Yosef Pekerja Penfui, yang memimpi misa perayaan tersebut.

Videntus mengatakan, Perayaan Minggu Palma dimaksudkan untuk mengenang kisah masuknya Yesus ke Kota Yerusalem. Saat itu, Yesus disambut dengan penuh kegembiraan karena memberi pengharapan bagi penduduk akan datangnya Sang Mesias.

Masyarakat menyambut Yesus bak seorang pemimpin besar, Raja yang telah lama dinantikan. Daun-daun palma dilambaikan penduduk kota di sepanjang jalan yang dilalui Yesus. Warga Yerusalem pun berteriak teriak "Hosana Putra Daud!"

Kisah itu semua adalah madu, simbol kegembiraan, rahmat dan rezeki dalam kehidupan. Namun hanya dalam sekejap, sikap warga Yerusalem berubah total. Mereka menghujat hingga menyalib Yesus lima hari kemudian.

Kisah sengsara Yesus Kristus itu adalah racun, menyimbolkan kesengsaraan, sumber konflik, dan potensi negatif lainnya. Katanya, madu dan racun adalah bagian tidak terpisahkan dari kehidupan setiap umat manusia.

Melalui perayaan Minggu Palma, Yesus sesunguhnya meninggalkan pesan, potensi racun dalam kehidupan dapat ditekan atau diatasi dengan sikap taat secara total kepada Tuhan. "Hanya ketaatan total kepada Tuhan yang dapat menghalau atau mengatasi racun kehidupan itu," tegas Romo Videntus Atawolo. (Kompas)