Friday 4 May 2012

Friday, May 04, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pendeta Andreas Yewangoe : Gereja-gereja Berperan Besar Mewujudkan Kedamaian di Papua.
JAKARTA - Ketua Umum Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Andreas Yewangoe menjelaskan, peran tokoh agama di Papua sangat besar untuk mewujudkan kedamaian di Papua, meski hal itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Para tokoh Gereja di Papua terus menggalang kesatuan antar Gereja, untuk melakukan dialog dengan warga. Namun, hal itu tak bisa dengan mudah diterima oleh masyarakat Papua.

“Istilah dialog dimaknai berbeda oleh orang Papua, begitu pula di Jakarta. Mereka kerap menanyakan dialog itu apa, dan untuk siapa, dengan siapa dialog itu,” tegas Pdt Yewangoe, seperti dilansir kbr68h.com.

Tak berhenti hanya disitu, pihak Gereja tetap akan menjaga dialog dan terus melakukan kunjungan pastural untuk para jamaah Gereja yang ada di Papua demi menjaga dialog dan hubungan yang baik.

Saat ini, Agama Kristen menjadi agama yang dominan dianut oleh warga Papua. Hubungan antar agama di Papua terjalin dengan baik sejak lama hingga saat ini,” kata Yewangoe.

“Tugas pimpinan agama adalah membangkitkan kepercayaan, baik kepercayaan dari pemerintah pusat dan orang Papua. Karena kita punya itikad baik. Meski hal itu tidak mudah. Harus ada orang yang bisa dipercaya oleh kedua belah pihak untuk berdialog, dan menemukan solusi bersama atas Papua,” pungkasnya.

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Forum Untuk Papua Damai, Otto Syamsuddin Ishak.

“Peran besar dari tokoh agama terhadap perbaikan kondisi di Papua, harus ditindaklanjuti dengan tindakan yang riil dari pemerintah. Untuk itu harus ada definisi dan instruksi yang jelas untuk perbaikan di Papua. Bukan sekedar dialog berkepanjangan, tanpa solusi,” katanya.

Ia juga mendesak pemerintah secara serius tangani masalah Papua. “Pemerintah dalam hal ini harus benar-benar serius untuk menangani Papua, dan melakukannya dengan sepenuh hati, jika memang menginginkan kedamaian dan kesejahteraan terwujud di Papua,” kata Otto. (UCANIndonesia)