"Ini bukanlah aksi pertama, dan dua minggu depan kami kesini lagi," kata Jurubicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging, di sela-sela aksi damai di depan Istana Merdeka, Minggu, (22/07/2012).
Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, kata Bona, SBY merupakan ujung tombak dari semua kekuasaan di negeri ini. Karena itu, Bona meminta SBY tegas, termasuk kepada kepala daerah yang melanggar konsitusi. Di sisi lain, bila SBY tidak tegas juga akan memberi ruang kepada kelompok-kelompok radikal yang tidak menghargai perbedaan.
Bona mengingatkan, persoalan GKI Yasmin ini menjadi topik pembicaraan Konselir Jerman Angela Merkel bersama SBY saat berkunjung ke Indonesia. Selain itu, dalam waktu dekat warga Indonesia yang tinggal di AS dan sudah menetap disana akan melakukan Kongres di Washington Dc US. Artinya, persoalan GKI Yasmin ini sudah menjadi perhatian dunia internasional.
"Ini aksi solidaritas mereka, dan akan membahas kondisi GKI, Ahmadiyah dan Syi'ah. Mereka juga akan berdiskusi soal sikap-sikap intoleran yang tidak menerima perbedaan di tanah air," demikian Bona.
Jemaat dari kedua gereja ini terpaksa melaksanakan kebaktian di depan Istana Merdeka karena masih mendapatkan tekanan organisasi kemasyarakatan yang melarang mereka beribadat di gereja di Yasmin, Bogor dan di Bekasi.
Selain ormas, kendala juga muncul dari pimpinan daerah masing-masing. Wali Kota Bogor bersikukuh menyegel Kompleks GKI Yamin dengan tawaran mendirikan masjid disampingnya, meskipun Mahkamah Agung dan Ombudsman telah memberikan rekomendasi dan perizinan bagi jemaat menggunakan gerejanya.
Demikian pula Bupati Bekasi yang menutup gereja HKBP Filadelfia, meskipun keberadaannya telah disahkan pengadilan.
Para jemaat meminta pemerintah segera menindak kelompok intoleran dan menghentikan tindakan diskriminatif terhadap jemaat kedua gereja tersebut. (RakyatMerdeka/BeritaSatu/MetroTV)