Thursday, 9 August 2012

Thursday, August 09, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Curhat Isu SARA dalam Pilkada Jakarta, Fauzi Bowo Kunjungi Gereja Bethel Indonesia (GBI) Mawar Sharon.
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menyatakan, tidak ada ruang bagi siapapun dan pihak manapun untuk membangun  isu tentang suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Pernyataan tersebut dilontarkan pria yang akrab dipanggil Foke saat menjawab pertanyaan tentang  maraknya isu SARA di Jakarta akhir-akhir ini.

"Saya mengajak warga untuk menciptakan kebersamaan dan kedamaian di ibukota kita ini, sebagai modal untuk memajukan perekonomian Jakarta," kata Foke usai bertemu dengan para pendeta dari berbagai Gereja  di Gedung Gereja Baru GBI Mawar Saron, Kelapa Gading Permai, Jakarta Utara, Rabu 8 Agustus 2012.

"Saya diundang oleh sahabat saya Pak Jacob Nahway, dan saya diminta menjelaskan kepentingan kita bersama untuk ke depan. Saya tegaskan bahwa di negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini, tidak ada ruang untuk isu SARA," ujar Fauzi.

Dalam kesempatan itu, Fauzi Bowo juga menyatakan keprihatinannya atas perkembangan isu seputar SARA menjelang pemilihan gubernur putaran kedua. "Terus terang, saya prihatin dan sedih, saat isu SARA itu dikembangkan," ucapnya.

Foke menolak jika dikatakan dirinya jauh dari etnis lain selain etnisnya, Betawi. "Itu cerita orang," ujarnya.

Sejak kecil, menurutnya, ia tumbuh di lingkungan yang plural, di tengah berbagai etnis. Ada Tionghoa, Arab, dan India. Maka saat Lebaran, di rumahnya akan tersaji berbagai hidangan, kiriman dari tetangga-tetangganya. Sebaliknya, pada hari besar agama lainpun, keluarga Fauzi kecil turut sibuk, mengirim berbagai sajian untuk para tetangganya.

"Jakarta yang seperti itu yang kita inginkan, Jakarta yang bisa jadi barometer keberagaman di Indonesia," kata Foke.

Foke menyebutkan, selama hampir 5 tahun dirinya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tidak ada satu pun kejadian di Jakarta yang menyebabkan suatu umat beragama tidak bisa beribadah dengan tenang.

"Buktinya harga tanah di Kelapa Gading sudah mahal, hampir sama dengan harga tanah di kawasan Menteng Jakarta Pusat. Untuk itu bila Jakarta aman, perekonomian Jakarta akan semakin meningkat," ucap Fauzi.

Fauzi menyatakan bahwa dirinya ingin kota Jakarta lebih maju, aman, dan semakin sejahtera tanpa terkecuali. Sebab, hanya dengan ketenangan dan kedamaian perekonomian di Jakarta bisa tumbuh dan berkembang.

Dalam dialog yang dipimpin oleh Fauzi Bowo, para pendeta menyampaikan berbagai keluhan mereka akibat tekanan yang mereka alami. Seperti Pendeta Luspida Simanjuntak, korban penusukan di Gereja Ciketing Bekasi Jawa Barat, pada tahun 2010 lalu. Dia menyampaikan keluhan tentang surat keputusan bersama tiga menteri yang dinilainya mempersulit pendirian rumah ibadah. Dia menyadari masalah itu di luar kewenangan Gubernur DKI Jakarta. Fauzi Bowo menyatakan akan mengirim rekomendasi pada menteri terkait untuk meninjau kembali keputusannya.

Selain itu ada Maranata Simanjuntak, seorang pendeta yang berkisah soal anak buahnya yang diusir saat berdoa bersama rekan-rekannya di kediaman mereka di daerah Taman Anggrek. Fauzi Bowo berjanji akan mengusut masalah ini sampai pada jajarannya di tingkat RT dan RW. Namun dalam hal ini, Foke juga meminta pengertian agar anak buah Maranata membuka komunikasi dengan warga sekitar. "Saya rasa musyawarah dan silaturahmi dengan lingkungan sekitar masih bisa dilakukan," katanya.

Sedangkan Pendeta Jacob Nahuway, sebagai tuan rumah menyatakan rasa harunya atas kunjungan Fauzi Bowo. Apalagi, Fauzi yang sedang berpuasa itu juga menyiapkan sajian santap siang bagi jemaah gereja.

"Ini bulan puasa dan beliau datang meminta doa pada kita, saya rasakan itu sentuhan yang luar biasa," ujarnya.

Pendeta Jacob kemudian memimpin doa agar Fauzi Bowo diberi kekuatan untuk melanjutkan kepemimpinannya di Jakarta. "Kalau memang kehendak Tuhan seseorang jadi pemimpin, maka tidak ada yang bisa menghentikan itu," katanya. (Vivanews/PelitaOnline)