Wednesday 29 August 2012

Wednesday, August 29, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Hujan dan Puting Beliung, Gedung Gereja Betel Indonesia (GBI) Jemaat Kasih Karunia Mapanget Porak Poranda.
MANADO (SULUT)  - Hujan deras disertai angin puting beliung menerjang sebagian wilayah Kelurahan Lapangan, Lingkungan I, Kecamatan Mapanget, Kota Manado, Selasa (28/08/2012).

illustrasi
Gereja Betel Indonesia (GBI) Jemaat Kasih Karunia di Kelurahan Lapangan, porak poranda. Empat rumah penduduk rusak ringan. Musibah terjadi sekitar pukul 11.30 WITA, saat sebagian besar warga tak berada di rumah.

"Angin berputar berasal dari arah barat, lalu menghantam gedung gereja dan beberapa rumah warga," kata Donald, warga setempat.

Kepala lingkungan Deisy Mokalu mengatakan, saat kejadian hanya Gembala Gereja Jefri Mamangkey dan istrinya yang berada di dalam gedung gereja. Namun, mereka tidak tertimpa bangunan gereja yang roboh.

Sebelum musibah terjadi, Jefri sempat menerima rekannya yang datang bertamu. Tak lama setelah rekannya pulang, hujan turun disertai angin kencang, lalu dia mendengar suara gemuruh.

"Tiba-tiba atap gedung gereja terangkat, sebagian rangka atap berjatuhan. Awalnya saya dan istri saya tidak keluar, namun setelah melihat atap akan menimpa, kami lari ke pintu samping yang terhubung dengan dapur," tuturnya.

Jefri bersyukur luput dari musibah tersebut.

"Saya bersyukur karena Tuhan memberi perlindungan bagi saya dan istri," tuturnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Tribun, kerusakan paling parah menimpa gedung gereja. Bangunan berstruktur kayu kelapa, nyaris rata dengan tanah. Sejumlah perabot di dalam gereja ikut rusak, termasuk alat musik organ.

Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado Maxmilian Tatahede menyatakan, pihaknya segera memberikan bantuan tanggap darurat bagi korban musibah.

"Namun untuk perbaikan menunggu perhitungan kerusakan yang ada," ucapnya.

Sementara, Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Samrat Agatha Christi menjelaskan, angin puting beliung di Mapanget Barat dipicu awan sibi cumulonimbus.

"Awan tersebut ciri-cirinya menggumpal, dan biasanya berwarna hitam," terangnya.

Agatha memaparkan, puting beliung terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara yang cukup besar. Lazimnya terjadi pada siang hari saat peralihan dari musim kemarau ke hujan.

"Namun, angin puting beliung ini sifatnya lokal saja, sehingga tidak terdeteksi satelit," cetusnya.

Menurut Agatha,  kecepatan angin di atas 50 kilometer per jam, dan berlangsung antara 5 sampai 15 menit. (Tribunnews)