Hal ini dituturkan Patriakh, di kantor pusat Gereja Maronit, di Bkirki yang terletak di bagian utara Kota Beirut, setelah pecah bentrok antara dua sekte Islam yang terjadi di utara Libanon, beberapa hari yang lalu.
"Perang sipil di Suriah antara mayoritas Sunni dan minoritas Alawit telah mempengaruhi para muslim Sunni dan Alawit di Lebanon utara, di Tripoli dan Akkar," tulis Patriakh melalui sebuah surat yang dikirmkan kepada Church in Need, sebuah lembaga pelayanan umat Kristen asal Jerman, seperti diberitakan Catholic News Agency pada Minggu 19 Agustus 2012.
Warga Libanon kini terbagi menjadi dua, satunya mendukung rezim Assad, satunya lagi mendukung para oposisi. "Konflik politik berkelanjutan yang terjadi diantara Muslim Sunni yang anti-Assad dan Muslim Shia pro-Assad menjadi lebih bergema akibat meningkatnya peristiwa-peristiwa [kekerasan] di Suriah."
Patriakh juga menuturkan semangat umat Kristen Libanon yang kuat setelah mendapatkan seruan kebersamaan untuk saling menjaga dalam kedamaian tanpa ada prasangka terhadap warga non-Kristen.
"Terlepas dari semuanya itu [konflik Sunni-Alawit], berdasarkan sikap mental dan budaya mereka [umat Kristen Libanon] yang selalu mengacu kepada kedamaian, pembangunan dan nilai-nilai kekinian. Mereka mencintai kedamaian dan berjuang untuk keadilan... Mereka bersedia untuk hidup bersama dan bekerjasama dengan para muslim, tanpa ada prasangka dan motif-motif terselubung."
17 bulan telah berlalu, para pemberontak dan militer Pemerintahan Bashar Assad masih berperang dalam konflik yang menewaskan dan melukai ribuan orang serta menggelandangkan ribuan orang. Para pemberontak yang hingga kini masih berperang di Damaskus dan Homs, bertahan akibat penguasaan mereka terhadap Aleppo, kota strategis di Suriah utara.
Presiden Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius mengatakan, Qatar, Arab Saudi dan negara-negara Islam mayoritas Sunni telah menolong para pemberontak dengan memberikan pasokan senjata dan ransum. Ini juga termasuk dukungan pasukan dari kelompok teroris al Qaida. Sedangkan pemerintahan Assad yang didominasi Alawit, sebuah kelompok keagamaan dari Shia, telah didukung oleh Iran dan kelompok militan Islam, Hizbullah, seperti dilaporkan Associated Press.
Beberapa kelompok pemberontak, telah menyerang umat Kristen dengan sengaja, mereka meledakkan gedung gereja, sementara umat Kristen melarikan diri dari rumah mereka, akibat tuduhan pendukung pemerintahan Assad.
Sedangkan menurut Patriakh, usaha perusakan perdamaian di Libanon telah dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain dengan menyuruh warga mereka untuk meninggalkan Libanon secara massal. Sementara menteri luar negeri Kuwait juga mengeluarkan peringatan yang sama dengan menyatakan, hal itu guna mengantisipasi 'menumpahnya' krisis Suriah, ke Libanon.
Patriakh menyatakan, Gereja Katolik Maronit di Suriah yang mayoritas berada di selatan Suriah, tidak mendapatkan serangan kekerasan selama konflik baik dari kelompok pemberontak maupun militer, karena Gereja Maronit di Suriah tidak ikut campur dalam urusan politik dan dihormati oleh masyarakat Suriah, termasuk muslim fundamentalis. Ia menegaskan 'kebangkitan Islam' di Timur Tengah, "Tidak akan mengakhiri secara utuh kehadiran Kekristenan di Timur Tengah, sebab mayoritas muslim sangat menghormati kontribusi Umat Kristen terhadap masyarakat Timur Tengah."
“Para Muslim sendiri mengenali pentingnya kehadiran umat Kristen dengan segala kualitas kepandaian, moralitas dan pengetahuannya," tuturnya. "Juga atas penghargaan mereka terhadap hukum, loyalitas kepada negara dan pemerintahan, tanpa pernah menganggu kebijakan yang bagi rezim pemerintahan tertentu yang sangat teokratis, [umat Kristen] juga sangat dihormati."
Pemimpin Gereja yang merupakan cabang dari Komuni Gereja Katolik mengharapkan Sri Paus Benediktus XVI yang berencana akan datang ke Lebanon pada September 2012 nanti agar menguatkan hubungan dengan Muslim dan komunitas iman lainnya.
"Saya berharap, surat ini dapat memberikan harapan dan kekuatan kepada orang-orang [Kristen] di Timur Tengah guna menguatkan kesatuan dan keinginan untuk hidup bersama serta memainkan peran mereka di dunia Arab dan komunitas antar bangsa." (CNS/TimPPGI)