Hal ini diungkapkan Gubernur Maluku Karel A. Ralahalu dalam sambutannya pada resepsi HUT ke-77 GPM, Kamis (06/09/2012) tadi malam di Baileo Oikumene Ambon.
Menurut Gubernur, GPM di u
sia 77 tahun, menggambarkan betapa tingkat kematangan yang begitu tinggi, khususnya berjalan melintasi tahapan-tahapan sejarahnya dalam ketabahan, kekuatan, dan juga hikmat dari Allah.
“Saya berkeyakinan akan ada sinkronisasi antara tugas-tugas gereja dengan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan sampai ke level desa atau negeri,” ujarnya.
Momentum ulang tahun bagi sebuah gereja, kata gubernur, sesungguhnya adalah kasih karunia Tuhan yang masih tetap memilih, memanggil, mengutus dan menyertai gereja dalam pergumulannya di tengah dunia.
Gubernur mengungkapkan, 77 tahun gereja ini menyejarah di Maluku, merupakan tanda bahwa gereja ini tetap menjadi bagian dari proses-proses hidup bersama di negeri seribu pulau. Dengan mewarisi beraneka ragam tradisi protestantisme dari para misionaris barat, GPM sampai saat ini tetap melangkahkan kakinya melewati lorong-lorong sejarahnya sepanjang zaman.
Berbagai tantangan dan pergolakan kontekstual telah membentuk karakter GPM menjadi gereja mandiri yang terus bergumul memaknai kehadirannya dalam perubahan zaman, sambil terlibat dalam proses mencari kehendak Allah dan melahirkan karya-karya teologis bagi kesejahteraan hidup masyarakat dan jemaat di Maluku.
Karena itu, di usia 77 ini, merupakan bukti bahwa Allah ada dan berjalan bersama-sama dengan GPM, dan bahwa Roh Kudus ikut menjadi penggerak utama yang menghidupkan GPM tatkala berhadapan dengan berbagai persoalan dalam konteks sosial Maluku.
Dengan demikian, seluruh tantangan zaman yang telah dilewati GPM itu, seharusnya menjadi sumber pembelajaran iman yang meneguhkan eksistensi dan identitas GPM sebagai persekutuan umat Allah di Maluku.
Olehnya itu, dalam seluruh proses historis dan kultural itu, GPM harus menggali dan mengembangkan tradisi berteologinya yang kontekstual, kritis, realistis, kreatif, dan positif, yang bermanfaat bukan hanya bagi umat Kristen tetapi seluruh rakyat di Maluku terutama sejak kehadirannya sebagai Gereja Bagian Mandiri pada 6 September 1935 yang menandakan momentum pertumbuhan yang baru, setelah benih-benih injil itu tumbuh melalui Iman Kristen yang hidup di hati warga jemaat bahkan yang dalam sejarahnya tersebar ke Papua dan Nusa Tenggara.
“Ketika kita memilih tema GPM Jadikanlah Seluruh Hidupnya Pujian Syukur bagi Allah, sebagai warga gereja, saya yakin, hal itu terjadi karena kita dengan rela mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Allah, Tuhan Gereja ini. Untuk hal ini, saya mau merefleksikannya pada dua sisi, yakni sebagai warga GPM di satu sisi, dan sebagai pemerintah daerah di sisi yang lain,” ujar Gubernur.
Adapun sebagai warga GPM, lanjut Gubernur, dirinya percaya bahwa hal menjadikan hidup sebagai pujian syukur bagi Allah, membelajarkan seluruh warga GPM untuk menyambut segala perbuatan Tuhan di dalam sejarah hidup sambil bersyukur.
Menurut Gubernur, kemiskinan yang dialamatkan kepada masyarakat Maluku, tentu bukanlah sebuah pukulan telak yang membuat kita malu. Sebaliknya itu menjadi point kritik kita bersama, bahwa angka kemiskinan di Maluku terjadi oleh faktor-faktor struktural yang laten, karena kesalahan secara paradigmatik, dimana paradigma pembangunan nasional tidak diselaraskan dengan konteks kewilayahan di Maluku. Itulah sebabnya mengapa pemerintah daerah gigih untuk memperjuangkan pemberlakuan Undang-Undang Provinsi Kepulauan.
Dikatakan, paradigma pembangunan kepulauan dalam Rencana Pembangunan Daerah Maluku 2008-2013 adalah interupsi terhadap paradigma kontinental yang ternyata tidak kontekstual untuk sebuah NKRI.
Jadi sebenarnya dengan meminta pemberlakuan Maluku sebagai Provinsi Kepulauan, dan sedang berusaha membalikkan episentrum keadilan pembangunan dari penguatan institusi kepada penguatan kapasitas rakyat secara langsung.
“Itulah alasan mengapa sebagai pemerintah daerah, kami pun tekun mengorbankan diri untuk melayani masyarakat. Maka kalau gereja ini mengajarkan kita ‘mempersembahkan seluruh hidup sebagai ungkapan pujian syukur kepada Allah, maka pelayanan kepada masyarakat dan daerah adalah juga bagian dari cara kami, aparatur pemerintahan, termasuk TNI/Polri di daerah ini, mempersembahkan seluruh hidup kami bagi masyarakat, daerah dan bangsa tercinta,” ujar Gubernur.
Sementara itu, Ketua Sinode GPM, Pendeta John Ruhulessin mengatakan, Gereja terus melakukan perubahan dalam hal pelayanan, seiring dengan perkembangan pelayanan dan pemerintahan.
“Selain itu, gereja juga khususnya GPM dalam semangat kebersamaan berbangsa dan bernegara gereja terpanggil untuk melayani bangsa dalam hal pelayanan,” katanya
Perayaan HUT GPM ke-77 diawali dengan ibadah syukur di Gedung Gereja Maranatha dengan pembacaan Firman dari Mazmur 126:1-6, dengan pembawa refleksinya Pendeta W Tampi, yang juga selaku Ketua Sinode Gereja Masehi Injil Minahasa (GMIM).
Dilanjutkan dengan peletakan batu pertama renovasi Gedung Gereja Maranatha, yang dilakukan oleh Ketua Sinode GPM, Pendeta John Ruhulessin, Gubernur Maluku Karel A Ralahalu, Walikota Ambon Richard Louhenapessy, Ketua Klasis Kota pendeta Hendrik Hetharie. (Siwalima)