Tuesday 4 September 2012

Tuesday, September 04, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Hubungan Antara Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua dan Persipura Jayapura. JAYAPURA (PAPUA) - Banyak pihak yang tak menyangka kalau klub kebanggaan masyarakat Papua, tim bertajuk Mutiara Hitam, Persipura lahir atas prakarsa mantan Sekretaris Sinode Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua, Pdt Mesak Koibur. Pembentukan tim Persipura ini lahir karena keprihatinan saat masa peralihan dari pemerintah Belanda ke Indonesia. Bahkan selanjutnya Pdt Kobur menjadi Ketua Umum Persipura hingga 1970 an.

“Suasana politik peralihan saat itu menyebabkan masyarakat terutama generasi muda lesu dan tak punya semangat lagi. Kita berkumpul di Mess GKI untuk membicarakan pembentukan klub Persipura,”kata Pdt Koibur kepada tabloidjubi, Kamis(29/08/2012).

Saat itu kata Koibur, saudara almarhum Barnabas Jouwe baru saja pulang dari Negeri Belanda dan beberapa pengurus klub-klub sepak bola di Kota Sukarnapura berkumpul di Mess GKI untuk membicarakan proses lahirnya klub Persatuan Sepak Bola Sukarnapura (Persipura) pada 25 Mei 1965.

“Untuk bermain  di  klub Persipura ada pemain-pemain dari STM Negeri Jayapura, Hengky Heipon, Gento Rumbino dan dari STM YPK Kotaraja ada Hengki Rumere dan kawan-kawan,”kata Koibur. Menurut dia anak-anak muda dari STM dan juga dari SMA Gabungan inilah yang pertama kali mengisi skuad bernama Persipura Mutiara Hitam.

“Tanpa sponsor dan dana tetapi Persipura bertekad untuk menunjukan kepada warga di Indonesia kalau kitorang juga mampu bermain sepakbola,”kata Koibur. Dia menambahkan dulu jaman Belanda anak-anak Papua mampu bermain bola melawan orang Belanda dan melalui sepakbola orang Papua juga mau menunjukan harga diri dan jati dirinya. “Ya melalui Persipura semangat anak-anak muda Papua mulai dibangun agar mereka mampu menunjukan kalau melalui sepakbola kita juga bisa punya kualitas dan berbobot,”kata Koibur.

Menurut dia setelah pembentukan Persipura, selanjutnya klub bertajuk Mutiara Hitam ini mengikuti kompetisi di Ambon dan Makassar. “Selama pertandingan anak-anak menunjukan prestasi gemilang. Menang dan juara,”kata Koibur. Melihat prestasi yang telah dicapai Hengky Heipon dan kawan-kawan di era 1960 an kata Koibur mantan Bupati Jayapura Anwar Ilmar memberikan bantuan berupa baju seragam , kaos kaki , sepatu, dan bola kaki.

Prestasi yang dicapai Hengky Heipon dan kawan-kawan lanjut Koibur memberikan motivasi bagi anak-anak muda di Papua untuk terus berprestasi di bidang sepak bola. Tak heran kalau masa itu mantan pemain Persipura Dominggus Waweyai direkrut masuk timnas PSSI era 1960 an dan Wim Mariawasi  sempat memperkuat Persija Jakarta.

Salah seorang mantan pemain Persipura Gento Rudolf Rumbino menuturkan sewaktu melakukan tur ke Ambon dan Makassar, tim Persipura selalu berangkat dengan menumpang kapal laut.

“Pernah kapal punya mesin rusak di Sorong dan terpaksa kitorang latihan di pelabuhan sambil menunggu perbaikan,”kata Rumbino yang kini tinggal di Panti Jompo Palomo Sentani. Dia menambahkan sejak itu ada julukan lain bagi Persipura yaitu Kontiki.

Menurut dia sebutan Kontiki karena setiap kali berangkat selalu naik kapal laut. Gento Rumbino, Timo Kapisa dan Nico Patipeme termasuk striker tersubur Persipura era 1970 an. Trio ini juga yang mampu merepotkan barisan pertahanan klub Hitachi asal Jepang.

Pertandingan melawan klub Hitachi pada  23Maret 1973, tim Mutiara Hitam kalah 2-1. Saat melawan klub Hitachi tim Mutiara Hitam mulai memakai kostum kebanggaan Mutiara Hitam, merah strip hitam. Sebelumnya kostum Mutiara Hitam berwarna kuning coklat seperti warna burung Cenderawasih. (TabloidJubi)