Sunday 9 September 2012

Sunday, September 09, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Imam Masjid Jadi Pelaku Utama, Rimsha Masih Bebas dari Tuduhan Penghujatan.
ISLAMABAD (PAKISTAN) - Rimsha Masih, gadis remaja Kristen yang dituduh melakukan penghujatan agama karena membakar Al Quran, dibebaskan oleh pengadilan Pakistan dengan jaminan (07/09/2012).

Hakim Muhammad Azam Khan memerintahkan pembebasan Rimsha dengan uang jaminan sebesar 10.500 dollar AS atau lebih dari Rp 100 juta.

Rimsha ditahan pertengahan Agustus lalu setelah sejumlah penduduk penuh amarah menuduh dia membakar sejumlah halaman kitab suci Al Quran dan meminta gadis itu dihukum.

Tak hanya Rimsha yang menderita, orangtuanya juga harus diungsikan ke tempat aman karena ancaman pembunuhan. Selain itu, ratusan keluarga Kristen meninggalkan kediaman mereka karena khawatir akan adanya aksi kekerasan.

Namun, kasus ini menjadi berbeda setelah seorang ulama Pakistan ditahan. Sang ulama, Hafiz Mohammed Khalid Chishti, diduga sengaja memasukkan halaman-halaman Al Quran yang sudah dibakar itu ke dalam tas yang dibawa Rimsha.

Dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya, seorang ulama Islam senior Pakistan menyatakan dukungannya terhadap Rimsha yang disebutnya “putri bangsa.”

Dalam sebuah konferensi pers yang berapi-api di sebuah hotel Islamabad pusat, dan diapit para ulama senior lainnya, Hafiz Mohammad Tahir Mehmood Ashrafi mendesak semua komponen negara Pakistan untuk bersama-sama menyelidiki keadaan di sekitar penangkapan gadis yang diklaim mengalami down syndrome itu.

Dukungan kuat dari ketua Dewan Ulama Seluruh Pakistan, sebuah kelompok para ulama Islam, dilihat sebagai titik balik yang luar biasa dari sejumlah peristiwa di negara itu di mana orang-orang yang dituduh menghina Islam hampir tidak pernah dibantu oleh para tokoh masyarakat yang berpengaruh.

Ashrafi juga mengecam Khalid Chishti, seorang imam dari lingkungan kumuh Mehrabadi, yang akhir pekan lalu dituduh telah merusak barang bukti yang bisa memastikan gadis itu bersalah atau tidak.

"Kepala kita tertunduk malu atas apa yang dilakukan Chishti," katanya.

Ia kemudian mengatakan bahwa Chishti hanyalah orang terdepan dari sejumlah individu lain yang "berada di belakang layar" yang ingin memicu adanya konflik lokal terhadap kaum minoritas Kristen di daerah itu. Orang-orang itu, kata Ashrafi, ingin memaksa kaum minoritas Kristen melarikan diri.

"Saya sudah tahu selama tiga bulan terakhir bahwa beberapa orang di daerah itu ingin komunitas Kristen pergi sehingga mereka bisa membangun sebuah madrasah di sana," katanya.

Ia mengatakan, dirinya akan mengungkapkan informasi lanjutan tentang orang-orang yang berada di balik dugaan untuk membangun sebuah sekolah Islam pada properti-properti yang ditinggalkan oleh orang-orang Kristen.

Kepada AsiaNews ayah Rimsha, Misrek Masih, mengungkapkan, "Saya sangat berbahagia dengan pembebasan anak perempuan saya." Ia mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada All Pakistan Minorities Alliance (APMA) yang tanpa lelah memperjuangkan keadilan bagi anaknya.

Tahir Naveed Chaudhry dari APMA mengungkapkan bahwa Chishti harus dihukum menurut undang-undang penghujatan agama sebagai contoh bagi mereka yang mau menyalahgunakan peraturan itu (Guardian).

Umat beragama perlu bersikap kritis terhadap kasus penghujatan agama yang diangkat dengan terlebih dahulu menghujat agama itu sendiri. (MenaraPenjaga)