Monday, 17 September 2012

Monday, September 17, 2012
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Persekutuan Gereja – Gereja Baptis (PGGB) Wilayah Jayapura Rekomendasikan Dialog Jakarta-Papua . JAYAPURA (PAPUA) - Konferensi II Persekutuan Gereja – Gereja Baptis (PGGB) Wilayah Jayapura yang berlangsung selama tiga hari di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, mengeluarkan rekomendasi mendukung adanya Dialog Papua – Jakarta, yang di mediasi pihak ketiga yang netral.

Hal ini disampaikan Ketua PGGB Papua Wilayah Jayapura, Moury Kogoya, M. Th, kepada Tabloidjubi di Gereja Baptis Jemaat Manehi Komba, Sentani, Kabupaten Jayapura, tempat berlansungnya kegiatan selama tiga hari, Minggu (15/09/2012).

“Ada dua hal yang menjadi rekomendasi inti dari konferensi ini, pertama adalah memajukan Injil Kristus sebagai dasar pelayanan gereja Baptis dan mendukung dialog antara warga Papua - Jakarta,” ujar Moury Kogoya, M.Th.

Ketika ditanya, mengapa gereja Baptis mendukung proses Dialog Papua – Jakarta, Moury menjawab bahwa apa yang dilakukan adalah sebagai bagian dari identitas orang Papua, dimana gereja tidak bisa membohongi kondisi yang terjadi diluar mimbar atau diluar gedung gereja.

“Masyarakat Di Papua sudah tidak aman, sehingga gereja jangan menutup mata terhadap kondisi yang terjadi di sekitar kita. Karena itu jangan bangga dengan rumah toko (ruko) atau bangunan –bangunan yang makin megah, namun kondisi realitasnya orang Papua masih tersisih dalam pembangunan,” nilainya.

Lebih lanjut, dirinya menilai masih saja terjadi ketimpangan dalam pendidikan, misalnya dana pendidikan
keluar negeri, programnya dari Papua, namun bukan orang Papua yang sekolah, dalam hal ini orang Papua
hanya dijadikan objek semata, bukan sebagai subjek.

“Kondisi lainnya, karena dijadikan subjek pembangunan sehingga banyak yang mati dimana-mana, ementara pejabat daerah di tingkat provinsi dan kabupaten bangga dengan jabatan tetapi melupakan masyarakat,  bahkan sering ke Jakarta padahal Rakyatnya ada di Papua, ada apa di Jakarta?,” tanya dia.

Moury menegaskan, bahwa gereja Baptis mendukung apa yang menjadi aspirasi rakyat Papua, khusus  dalam melihat permasalahan Papua dan kondisi umat Tuhan diatas Tanah Papua yang kini makin tersisih.
“Secara khusus soal ideologi juga tidak sama dan tidak bisa disamakan. Orang Asli Papua adalah orang yang hidup diatas kekayaannya, namun belum dilayani secara baik, sehingga kami ingin mengelola tanah kami
sendiri,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua Umum BPP Persekutuan Gereja – Gereja Baptis (PGGB) Papua, Socratez Sofyan Yoman mengakui, bahwa apa yang dihasilkan oleh komisi-komisi hingga program tidak keluar dari apa yang
dianut oleh umat Baptis. “Karena hasil-hasil yang disepakati tidak hanya diatas kertas secara teori, namun
akan di demonstrasikan dalam realita masyarakat Papua pada umumnya,” tuturnya.

Dirinya mencontohkan, beberapa waktu lalu pihaknya mewakili gereja Baptis Papua memberikan dukungan
dan sprit kepada salah satu tahanan politik Papua, Filep Karma, yang kini sedang menjalani perawatan di
Jakarta, berupa bantuan sumbangan dana dari gereja Baptis Papua.

“Kami ikut merasakan apa yang dialami umat Tuhan di Papua, sebagaimana telah dikumpulkan umat Tuhan
jemaat Baptis hingga mencapai dana sekitar seratus juta lebih untuk biaya pengobatan Filep Karma, dananya
lansung ke rekening, hal-hal ini mungkin telah dilakukan gereja lain, tetapi inilah wujud pelayanan dari kami
gereja Baptis,” tuturnya.

Sekedar informasi, Konferensi II Jemaat Baptis Jayapura yang berjalan selama tiga hari, terbagi dalam 7 komisi, masing-masing Komisi A yang membahas evaluasi program dan syarat pemilihan badan pengurus, Komisi B membahas amandemen dan peraturan wilayah, Komisi C membahas bidang keuangan, Komisi D membahas kaum bapak dan ibu, Komisi E membahas pemuda  dan  sekolah minggu, Komisi F membahas masalah Hak Asasi Manusia (HAM) serta Komisi G membahas rekomendasi.  Hasil rekomendasi tersebut akan di bawa dalam Kongres XVII tanggal 9 - 14 Desember 2012 di Wamena. (SuaraBaptis/TabloidJubi)