
Kegiatan, yang diadakan pada Rabu (17/10/2012) diawali dengan Upacara Sabda Gerakan Cinta Lingkungan yang dipimpin langsung oleh Uskup Ruteng, Mgr Hubertus Leteng.
Dalam kotbahnya, Mgr Hubertus menegaskan bahwa manusia merupakan makluk ciptaan Tuhan yang memiliki kuasa tertinggi dan instimewa atas ciptaan lainya di bumi dan alam ini. Namun, kekuasaan istimewa tersebut tidak berarti manusia harus bertindak sewenang-wenang terhadap alam dan lingkungan lainnya.
“Betapa sakit hati saya ketika melewati beberapa tempat di Manggarai Raya ini, sebut saja wilayah Gunung Ranapoja-Poco Ranaka, Bukit Golomongol, Bukit menuju Paroki Beamuring. Saya melihat dan merasakan wajah dan jeritan pohon dan tanaman hutan ini akibat dibakar api,” ujarnya.
Manusia, lanjut Mgr Hubertus, seharusnya lebih takut pada terorisme alam yang merusak ekologi dan lingkungan serta mempersempit ruang hidup manusia di bumi ini. Kita semua dituntut untuk menghentikan semua bentuk tindakan destruktif yang dapat menghancurkan alam dan lingkungan.
“Janganlah seperti tambang yang merusak ekologi dan lingkungan hidup serta mempersempit ruang hidup. Dunia dan kita sangat takut dengan terorisme. Namun, sebenarnya kita harus lebih takut pada terorisme alam dan terorisme bumi karena kerusakan dan kehancuran ekologi dan lingkungan hidup,” tegasnya.
Uskup Ruteng menghimbau agar berkat dan rahmat 100 tahun Gereja Katolik dapat menciptakan sebuah sejarah baru 100 tahun Gereja ke depan. Konkretnya, momentum Gerakan Cinta Lingkungan ini sekaligus merupakan ajakan pastoral ke depan bagi setiap kevikepan dan paroki untuk memilih dan menentukan suatu tempat yang paling strategis dan netral untuk ditanami pohon yang dapat menyanggah kebutuhan air.
“Kita harus betul-betul menjadi saudara bagi hutan dan alam serta ciptaan lainya yang Tuhan berikan,” tambahnya.(Ucanews)