JAKARTA – Calon jemaah haji Indonesia yang ditahan otoritas Imigrasi Filipina masih terlunta-lunta. Bahkan ditemukan mereka harus ditampung di salah satu gereja di Filipina.
Dari foto-foto yang diterima redaksi para calon jemaah haji itu harus menjalani hari-hari di lantai gereja yang kebetulan sedang tidak dipakai. Baju-baju dan handuk bergantungan di beberapa sudut gereja.
Sebelumnya otoritas Imigrasi Filipina mengamankan 177 calon jemaah haji Indonesia yang tertangkap menggunakan paspor palsu melakuka ibadahn haji via Filipina.
Ternyata terungkap modus yang digunakan para calon jemaah haji itu terendus sejak dua tahun terakhir oleh petugas haji gelagatnya. Hanya petugas belum menemukan bukti kuat.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Nurul Badruttamam menceritakan bagaimana dirinya pernah bertemu dengan para calon jamaah haji dari Indonesia yang memanfaatkan kuota dari negara Filipina.
Kasus jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci dengan memanfaatkan kuota negara Filipina bukan hal baru. Selama dua tahun terakhir, mereka sering ditemui di Bandara King Abdul Aziz Jeddah maupun Bandara Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz Madinah
“Kemarin (dua hari lalu, Red) saya bertemu dengan tiga jamaah haji Indonesia yang tergabung dalam jamaah haji Filipina di bandara Madinah,” ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Airport Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Nurul Badruttamam.
Pertemuan Nurul dengan para anggota jamaah yang rata-rata berusia 40 tahun itu terjadi secara tidak sengaja. Awalnya, tiga orang di antara mereka mondar-mandir ke kemar kecil di terminal kedatangan internasional. “Mereka seperti saling mencari temannya. Pas ketemu saya, mereka juga yang menyapa dulu,” ungkapnya.
Nurul yakin tiga orang tersebut bukan jamaah haji Indonesia yang menggunakan kuota nasional. Sebab, pada jam itu tidak ada jadwal kedatangan jamaah haji Indonesia yang mendarat di Madinah. Apalagi, mereka tidak mengenakan seragam jamaah haji Indonesia.
“Mereka bareng dengan para jamaah haji dari Filipina. Saat mau saya ajak omong, semua langsung kabur. Soalnya, saya pakai seragam PPIH,” terang pria yang dua tahun terakhir memimpin petugas haji di daker airport itu.
Nah, Salah satu travel yang memberangkatkan calon jamaah haji via Filipina adalah ST di Makassar.
Berdasarkan penuturan anak D, salah seorang dari 177 jamaah yang saat ini berada di Filipina, travel itu memberangkatkan 24 orang.
Awalnya, Februari lalu dia mengantar ibunya mendaftar umrah di travel ST, Makassar. Dalam proses pembicaraan untuk memenuhi syarat umrah, tiba-tiba petugas travel menawarkan mendaftar haji melalui jalur Filipina.
Tawaran itu menggiurkan lantaran cukup membayar uang muka Rp 20 juta. Form pendaftaran haji berbahasa Tagalog pun langsung diisi.
Tidak perlu menunggu lama. Berselang dua bulan, tepatnya April, sudah ada panggilan untuk pelunasan biaya haji. Bila calon jamaah tidak membayar, uang muka dianggap hangus. Akhirnya sisa biaya haji dibayar lunas. Total dana yang dikeluarkan Rp 120 juta. Ada jamaah lainnya yang membayar hingga Rp 150 juta.
“Setelah pembayaran, kami diminta menunggu lagi untuk pembuatan dokumen,” katanya. Sepuluh hari sebelum Ramadan, panggilan pembuatan dokumen sudah tiba. Seluruh calon jamaah haji kemudian berangkat ke Malaysia.
“Di Malaysia ini ada penghubungnya yang biasa dipanggil Haji Rasyidin,” ungkapnya. Dari Malaysia, seluruh calon jamaah haji dari Indonesia berangkat ke Manila. (pojoksatu.id)