Friday 21 September 2018

Friday, September 21, 2018
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca KOMITMEN UNTUK MEMBERITAKAN INJIL.

 

 

Oleh:  Pdt. Andreas Loanka

 

 

BGA dari Kisah 17:1-7

 

Paulus memiliki komitmen untuk memberitakan Injil.   Hal ini disebabkan ia memiliki keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah  yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rm. 1:16). Selain keyakinan, juga ada kasih yang memperteguh komitmen Paulus. Kasih Kristus yang menguasai dan memotivasi dirinya untuk terus memberitakan Injil (2Kor. 5:14-15, 20).

 

Komitmen untuk memberitakan Injil membuat Paulus tidak takut dan tawar hati menghadapi kesusahan dan penderitaan. Meskipun ia ditangkap dan dipenjarakan di Filipi karena pemberitaan Injil (Kis. 16:19-24), hal itu tidak membuatnya menjadi takut dan tawar hati, melainkan ia tetap berkomitmen untuk memberitakan Injil. Setelah dilepaskan dari penjara di Filipi, Paulus dan Silas mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolinia, kemudian tiba di Tesalonika. Tesalonika adalah ibu kota Makedonia, dan merupakan salah satu pusat perdagangan yang penting di Yunani. Di kota itu Paulus tetap setia untuk memberitakan Injil (Kis. 17:1).

 

Komitmen itu membuat Paulus tetap konsisten memberitakan Injil.  Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat untuk memberitakan firman Tuhan. Selama tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkan dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata:  “Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu” (Kis. 17:2-3).  Hal ini membuat banyak orang percaya kepada Injil. Beberapa orang Yahudi, sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah, dan tidak sedikit perempuan-prempuan terkemuka di kota Tesalonika menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas (Kis. 17:4).

 

Rupanya hal itu membuat orang-orang Yahudi menjadi iri hati dan bermaksud untuk menangkap dan menganiaya Paulus dan Silas.  Dengan dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar, mereka mengadakan keributan dan mengacau kota itu.  Mereka menyerbu rumah Yason, di mana Paulus dan Silas tinggal, dengan maksud untuk menangkap mereka dan menghadapkan mereka kepada sidang rakyat (Kis. 17:5).  Ketika mereka tidak menemukan kedua orang itu, maka mereka menyeret Yason dan beberapa saudara ke hadapan pembesar-pembesar kota dengan tuduhan menerima orang yang mengacau seluruh dunia dan melawan ketetapan-ketetapan Kaisar (Kis. 17:6-7).  Hal itu membuat orang banyak dan pembesar-pembesar kota menjadi gelisah (Kis. 17:8). Tetapi setelah para pembesar kota itu mendapat jaminan dari Yason dan saudara-saudara lain, mereka pun dilepaskan (Kis. 17:9).

 

Respon orang terhadap pemberitaan Injil bisa berbeda-beda satu dengan yang lain.  Ada yang menerima, tetapi ada yang menolak; ada yang suka,  tetapi ada yang iri hati; ada yang damai, tetapi ada yang mengacau dan menganiaya.  Oleh karena itu, seorang pemberita Injil harus memiliki komitmen yang tidak bergantung pada respon orang lain ataupun situasi dan kondisi.

 

Memberitakan Injil membutuhkan komitmen. Komitmen karena keyakinan yang kokoh dalam Injil serta dikuasai dan dimotivasi oleh kasih Kristus.  Komitmen itu membuat si pemperita Injil tidak takut dan tawar hati pada saat menghadapi penolakan dan aniaya. Komitmen itu membuatnya dapat tetap konsisten memberitakan Injil dan membawa orang-orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus, yang telah mati dan bangkit, sebagai Tuhan dan Juruselamat.

 

 

Salam dari

Pdt. Andreas Loanka

GKI Gading Serpong