Sekretaris Umum (Sekum) PGIW Jakarta, Pdt. Manuel Essau Raintung berharap, dipenghujung periode 2005-2010 PGIW Jakarta menjadi pemersatu gereja. Hal itu terkait dengan Sidang Wilayah pemilihan pengurus baru PGIW yang digelar 2 Agustus-2 Oktober 2010. Ketika dipilih menjadi Sekum, 5 tahun lalu, Raintung menghadapi persoalan minimnya partisipasi anggota. Sinode, gereja dan Persekutuan Oikoumene Umat Kristen (POUK) di Jakarta lebih suka berorientasi ke PGI di Salemba 10, Jakarta.
Menjadi Sekum, bagi Raintung tidak senyaman pendeta jemaat. Penggalangan dana untuk aktifitas nyaris tidak ada. Di tingkat PGIW, status Sekum fulltimer, sedangkan posisi lainnya, termasuk ketua umum hanya separuh waktu. Alhasil, ketentuan ini menyebabkan Sekum melepas hak dan tunjangan yang didapatkan dari sinode dan bergantung pada keuangan PGIW. Maka tak heran, jika 5 tahun terakhir Raintung menjalani perjuangan berat, terutama dalam meraih kepercayaan. “Saya kedepankan dulu, yang lain menyusul berdasarkan skala prioritas,” katanya ketika ditemui di kantornya di Jl Kayujati 3/2, Rawamangun, Jakarta (2/8).
Terjalin EratSekarang kordinasi dengan Salemba 10 pun tertata, jika dilihat dari banyaknya program PGI yang diserahkan kepada PGIW Jakarta. Seperti HUT PGI ke-60 yang diadakan sepanjang Mei 2010, yang disemarakkan dengan Aksi Jalan Damai dan Ibadah Syukur di JHCC. Bukti lain adalah diserahkannya aset, seperti kantor PGIW, dan Wisma Pelaut. Alih status ini diputuskan pada Sidang Raya PGI di Mamasa November 2009. Areal seluas 650m2 tersebut rencananya dibangun Oikoumene Center 3 lantai.
Peran sebagai wahana pemersatu gereja juga diwujudkan dalam berbagai forum pertemuan semisal breakfast meeting, lunch meeting dan oikoumene night. Pada forum ini para aktifis gereja berdiskusi dan menggalang dana untuk program-program PGIW.
Sejumlah ketentuan organisasi berhasil dilaksanakan. Sidang MPL rutin dilakukan. Komunikasi dengan badan penasehat dan pemeriksaan oleh badan pengawas terjalin rutin dan teratur.
Figur“PGIW membutuhkan figur yang mau bekerja dan berkorban, total, fokus kerja, dan support dari sinodenya mutlak diperlukan.”
Sedangkan pada posisi ketua umum, diperlukan sosok yang bisa mengayomi dan mempersatukan gereja. Baik dalam peran organisasi maupun pada tataran rohani. Apalagi PGIW masih memiliki megaproyek seperti pengurusan lahan seluas 4500 meter di eks Bandar Kemayoran yang hendak difungsikan ulang. Pihak Sekneg sebagai pemilik sudah membenarkan. “Kalau berhasil rencana dibuat Oikoumene Center atau Christian Center,” pungkas pendeta GPIB ini.
Sumber: http://www.ebahana.com/warta-2850-Gereja-Masuki-Periode-Pemantapan.html