Thursday, 9 September 2010

Thursday, September 09, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Keuskupan Sibolga Keluar dari BKAG Tapteng, 13 Pendeta Gereja Berbeda Dukung.
Keuskupan Sibolga, yang membawahi beberapa daerah termasuk Nias, mengundurkan diri dari kepesertaan Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng).
Pengunduran diri tersebut karena dinilai BKAG Kabupaten Tapteng sudah melenceng dari tujuan berdirinya. BKAG tidak lagi independen, tapi sudah seperti subordinasi Pemerintah Daerah (Pemda). BKAG sudah lebih mendengar program dan kebijakan Pemda daripada anggota BKAG sendiri. Kemudian, BKAG dinilai tidak lagi sebagai pemberita pembaruan di tengah masyarakat, namun lebih berpihak kepada kepentingan Pemda.
Hal itu diungkapkan Komisi Komunikasi Keuskupan Sibolga, yang juga Ketua Bidang Marturia BKAG 2010-2014, Pastor Paulus Posma Manalu Pr didampingi beberapa pendeta dari denominasi Gereja yang juga anggota BKAG, Pdm Singkat Tamba dari Gereja Bethel Indonesia-Pinangsori, Pdt Ezra Laoly STh yang juga dewan pendiri dan mantan Sekretaris Dewan BKAG Tapteng dari Gereja Pentakosta (GPT) Sibuluan, dalam keterangan persnya, seusai melakukan pertemuan di Katedral Sibolga, Sabtu (28/8) pagi, Harian SIB memberitakan.
Pastor Paulus mengaku sangat prihatin akan keberadaan BKAG Tapteng saat ini. sehingga mau tak mau, dirinya yang membawa nama Katolik di BKAG Tapteng harus mengundurkan diri. "BKAG tidak lagi independen, tapi sudah seperti subordinasi pemerintah. BKAG yang seharusnya mitra pemerintah, sebagai pemberita pembaruan, sudah seperti bawahan. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya (AD/ART) dirubah dan diberlakukan tanpa persetujuan pimpinan-pimpinan gereja di Tapteng yang dimiliki setiap anggota. Sehingga, BKAG yang dulunya dibentuk demi meningkatkan koordinasi antar gereja, sudah seperti meninggalkan tujuan awalnya, di mana tidak menghargai perbedaan pendapat anggota dan tidak transparan mengenai berbagai program. Sebaliknya hak-hak anggota diamputasi," tutur Paulus, didampingi 13 pendeta dari denominasi gereja.
Persoalan lainnya, menurut Paulus, para pendeta di lingkungan BKAG Tapteng khususnya para pengurus menyambut program pemerintah yang akan memberikan anggaran Rp 1 miliar ke BKAG dalam bentuk pinjaman. Kemudian menyambut program yang akan memberangkatkan beberapa pendeta ke Jerusalem. Padahal, di Kabupaten Tapteng sendiri, banyak hal yang sangat menyakitkan dan tidak sesuai dengan prinsip hati nurani. Contohnya, jerit tangis warga yang meminta keadilan dari Pemda seperti pembayaran klaim ganti rugi tanah. Dimana sampai sekarang belum direalisasikan Pemda, bahkan seakan tidak diperdulikan. Dan banyak lagi hak-hak yang diserobot.
"Seyogianya BKAG harus melihat permasalahan itu. Karena BKAG sebagai pemberita pembaruan di tengah masyarakat. Setidak-tidaknya BKAG harus mampu sebagai fasilitator di tengah permasalahan tersebut untuk memberi solusi. Bukan membiarkannya begitu saja. Ironisnya, pengurus justru menyambut bantuan Rp 1 miliar dan bepergian ke Jerusalem. Bukankah ini sangat mengecewakan?," kata Paulus.
Pdm Singkat Tamba dari Gereja Bethel Indonesia (GBI) Pinangsori, menyambut baik sikap tegas Keuskupan Sibolga tersebut. Begitu pula dengan Pdt Ezra Laoly STh mantan Sekum BKAG Tapteng. Mereka bilang, bukan hanya Katolik yang akan keluar dari BKAG, tetapi mereka juga siap keluar dari keanggotaan BKAG Tapteng. 

Sumber:http://www.christianpost.co.id/church/church/20100901/5263/keuskupan-sibolga-keluar-dari-bkag-tapteng-13-pendeta-gereja-berbeda-dukung/index.html