Saturday 18 September 2010

Saturday, September 18, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Kisah Perjalanan HKBP Ciketing.
BEKASI - Perjalanan jemaat HKBP Pondok Indah Timur, Ciketing, Bekasi Timur, untuk mencari tempat ibadah secara tetap sudah berlangsung belasan tahun. Berdasarkan penuturan salah satu anggota jemaat, N Sitorus, Senin (13/9/2010), ketika terbentuk sekitar tahun 1990-an, jemaat ini menggelar ibadah dari rumah ke rumah.
Setelah 2-3 tahun beribadah, akhirnya jemaat mengupayakan pembelian lahan untuk membangun bangunan gereja secara tetap. Cita-cita ini pun terwujud pada tahun 2004 ketika mereka membeli lahan seluas 2.000 meter di RT 003/RW 06 Mustika Jaya, Bekasi.

"Waktu kami beli, kami bilang (akan bangun gereja). Warga juga memberikan tanda tangan izin. Setelah transaksi, kami buat gubuk-gubuk untuk ibadah. Tapi belum sempat dipakai ibadah, sudah dihancurkan oleh massa. Pas hari Minggu-nya mau dipakai, sudah diduduki," tuturnya mengenang peristiwa pada Juli 2004. Akhirnya, jemaat kembali ke ibadah dari rumah ke rumah seperti sebelumnya. Namun, kesulitan makin besar. Lagi pula, jumlah anggota jemaat sudah mencapai 200 kepala keluarga atau hampir 1.000 orang.

Pada tahun 2007, jemaat akhirnya membeli sebuah rumah di Perumahan Pondok Timur Indah untuk digunakan beribadah. Menjelang penghujung tahun 2009, lanjut Sitorus, ibadah berlangsung aman. Namun, saat menggelar ibadah Natal pada Desember 2009, sekelompok orang mengganggu jalannya ibadah.

"Mereka suarakan supaya rumah itu tidak jadi rumah ibadah tapi karena belum ada pilihan lain, kita tetap menggunakannya ibadah," tambah pria yang mengaku sudah bergabung dengan jemaat ini sejak 1994.
Sitorus mengatakan, aksi yang dinilai mengganggu jalannya ibadah terus berlangsung hingga Januari 2010. Negosiasi pun dilakukan kepada pemerintah setempat sambil mencari tempat yang tepat. Namun, menurut Sitorus, tuntutan massa tak terbendung lagi sehingga rumah di Jalan Puyuh Raya tersebut disegel oleh Pemerintah Kota Bekasi.

Jemaat pun bingung. Namun, mereka kemudian tetap menggunakan rumah tersebut sebagai tempat ibadah hingga Pemkot dengan tegas kembali menyegel rumah tersebut pada Juni 2010. "Pada saat itu kami diminta mengosongkan tempat dan tak dibolehkan ibadah lagi (di situ). Kami minta solusi, tapi pemerintah enggak bisa menunjukkan. Kami akhirnya tetap ibadah sampai 8 Juli ada surat dari Sekda kepada Dinas Agama di Bekasi supaya rumah kami dikosongkan dan kami disuruh ibadah di tanah milik sendiri," ungkapnya.

Akhirnya, mulai 11 Juli 2010, jemaat mulai kembali beribadah di lahan kosong di Ciketing. Namun, belum apa-apa, mereka sudah mendapat resistensi dari warga setempat dan ormas tertentu. Menurutnya, massa makin banyak dan mulai menjurus ke gaya-gaya anarki. "Sampai terjadi aksi anarki fisik. Kami didorong, dipukul, dan dilempar," katanya.

Seakan tak jera, mereka terus beribadah hingga bulan September dan terjadilah aksi penusukan penatua Hasian Sihombing dan pemukulan terhadap Pendeta Luspida Situmorang pada hari Minggu (12/9/2010) pagi menjelang ibadah Minggu.

Sumber:http://www.terangdunia.com/index.php?option=com_content&view=article&id=935:kisah-perjalanan-hkbp-ciketing&catid=49:nusantara&Itemid=74