BIAK (PAPUA) - Pemerintah daerah Biak Numfor, Papua bertekad akan menjadikan daerah ini sebagai daerah percontohan bagi penerapan toleransi antarumat beragama di Papua. Hal itu dilaksanakan karena daerah ini memiliki potensi dan letaknya yang strategis sebagai daerah transito agar perdamaian dapat terus terjaga.
“ Sejak dulu toleransi beragama di daerah ini sudah terjaga dengan baik, sehingga menjadi modal dasar masyarakat Biak untuk tetap melestarikannya ,” kata Bupati Biak Yusuf Melianus Maryen kepada Bintang Papua beberapa waktu lalu, saat meresmikan fasilitas olah raga di jemaat GKI Imanuel Agung Samofa. Maryen menuturkan toleransi beragama bersifat universal, sehingga hal ini wajib dilaksanakan oleh seluruh umat penganut agama sebagai sumbangan untuk menjaga kedamaian di daerah ini. Ia juga contohkan adanya beberapa bangunan-bangunan ibadah kebanggaan daerah ini, yang berdiri dengan megahnya misalnya masjid Agung Bhaiturrahman, gereja Paroki Katolik, gereja GKI Maranatha, Imanuel Agung Samofa dan Eben-haezer Ridge. Hal itu membuktikan bahwa toleransi beragama sejak dulu telah terbina baik, sehingga toleransi itu sekarang ditingkatkan pada suatu daerah percontohan. “ Hubungan hidup berdampingan dan saling menghormati agama lain, untuk di daerah kita ini bukan hal yang baru, buktinya pembangunan mesjid agung Baiturahman didirikan sejak jaman presiden pertama yang berdampingan dengan beberapa gereja yang usianya juga terbilang tua ,” ujarnya.
Menurutnya, pernah beberapa pengamat dari luar daerah atau luar negeri pernah menyebutkan daerah ini layak dijadikan daerah percontohan yang ideal bagi kerukunan antara umat beragama di wilayah Papua. Sehingga upaya yang akan dilakukan, sering dilakukan pertemuan antara pihak pemerintah daerah dan tokoh agama untuk membicarakan hal tersebut. Didalamnya juga dibicarakan, tentang adanya pengaruh luar yang harus diantisipasi. Ia juga berharap dalam rangka menggalang toleransi dan kerukunan umat diperlukan sikap arif dan bijaksana ketika memahami agama orang lain. Usaha ini diakui tidak mudah, sehingga perlu ditanam kesadaran jiwa yang tinggi dari setiap orang.
Sementara ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Biak , H.Moh.Adnan sangat memberikan apresiasi terhadap toleransi beragama yang terjalin baik didaerah ini. Menurutnya, hal itu terbukti pada setiap pembukaan kegiatan-kegiatan gerejawi, dirinya pasti diundang. “ Terakhir itu, saat kegiatan konven para pendeta diwilayah tiga, saya bahkan dundang secara resmi dan itu sangat dihargai ,” kata Moh.Adnan.
Sehingga ia juga mengajak masyarakat khususnya umat muslim didaerah ini agar tetap menjaga toleransi beragama yang sejak dulu telah ditanam. Tidak terpancing dengan isu provokasi untuk memecah belah hubungan yang telah terjalin dengan baik ini.
Sedangkan koordinator wilayah III BP Am Sinode di Tanah Papua, Pdt.Max Kafiar sangat menghargai upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah untuk terus memberikan perhatian, terutama berbagai kegiatan yang meningkatkan toleransi umat beragama didaerah ini. “ Kami lihat untuk toleransi beragama didaerah ini sudah sangat baik berjalan, dan hal itu tidak lepas dari dukungan dan perhatian pemerintah daerah “, katanya.
“ Sejak dulu toleransi beragama di daerah ini sudah terjaga dengan baik, sehingga menjadi modal dasar masyarakat Biak untuk tetap melestarikannya ,” kata Bupati Biak Yusuf Melianus Maryen kepada Bintang Papua beberapa waktu lalu, saat meresmikan fasilitas olah raga di jemaat GKI Imanuel Agung Samofa. Maryen menuturkan toleransi beragama bersifat universal, sehingga hal ini wajib dilaksanakan oleh seluruh umat penganut agama sebagai sumbangan untuk menjaga kedamaian di daerah ini. Ia juga contohkan adanya beberapa bangunan-bangunan ibadah kebanggaan daerah ini, yang berdiri dengan megahnya misalnya masjid Agung Bhaiturrahman, gereja Paroki Katolik, gereja GKI Maranatha, Imanuel Agung Samofa dan Eben-haezer Ridge. Hal itu membuktikan bahwa toleransi beragama sejak dulu telah terbina baik, sehingga toleransi itu sekarang ditingkatkan pada suatu daerah percontohan. “ Hubungan hidup berdampingan dan saling menghormati agama lain, untuk di daerah kita ini bukan hal yang baru, buktinya pembangunan mesjid agung Baiturahman didirikan sejak jaman presiden pertama yang berdampingan dengan beberapa gereja yang usianya juga terbilang tua ,” ujarnya.
Menurutnya, pernah beberapa pengamat dari luar daerah atau luar negeri pernah menyebutkan daerah ini layak dijadikan daerah percontohan yang ideal bagi kerukunan antara umat beragama di wilayah Papua. Sehingga upaya yang akan dilakukan, sering dilakukan pertemuan antara pihak pemerintah daerah dan tokoh agama untuk membicarakan hal tersebut. Didalamnya juga dibicarakan, tentang adanya pengaruh luar yang harus diantisipasi. Ia juga berharap dalam rangka menggalang toleransi dan kerukunan umat diperlukan sikap arif dan bijaksana ketika memahami agama orang lain. Usaha ini diakui tidak mudah, sehingga perlu ditanam kesadaran jiwa yang tinggi dari setiap orang.
Sementara ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang Biak , H.Moh.Adnan sangat memberikan apresiasi terhadap toleransi beragama yang terjalin baik didaerah ini. Menurutnya, hal itu terbukti pada setiap pembukaan kegiatan-kegiatan gerejawi, dirinya pasti diundang. “ Terakhir itu, saat kegiatan konven para pendeta diwilayah tiga, saya bahkan dundang secara resmi dan itu sangat dihargai ,” kata Moh.Adnan.
Sehingga ia juga mengajak masyarakat khususnya umat muslim didaerah ini agar tetap menjaga toleransi beragama yang sejak dulu telah ditanam. Tidak terpancing dengan isu provokasi untuk memecah belah hubungan yang telah terjalin dengan baik ini.
Sedangkan koordinator wilayah III BP Am Sinode di Tanah Papua, Pdt.Max Kafiar sangat menghargai upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah untuk terus memberikan perhatian, terutama berbagai kegiatan yang meningkatkan toleransi umat beragama didaerah ini. “ Kami lihat untuk toleransi beragama didaerah ini sudah sangat baik berjalan, dan hal itu tidak lepas dari dukungan dan perhatian pemerintah daerah “, katanya.
Sumber: Bintang Papua