BORONG (NTT) - Manis jangan lekas ditelan, yang pahit jangan cepat dibuang. Peribahasa itu kiranya tepat untuk menggambarkan nasib umat Katolik di Stasi Toka, Paroki Borong, Manggarai Timur (Matim).
Termakan janji manis calon anggota legislatif (caleg) pada tahun 2009 lalu, mereka membatalkan pengerjaan jalan sepanjang sekitar 500 meter menuju kapela (gereja stasi) Toka yang awalnya dibangun secara swadaya.
Di saat segenap umat telah mengumpulkan daya untuk membuat jalan secara swadaya, datang salah seorang umat yang mengaku sebagai tim sukses salah satu calon anggota DPRD Matim pada tahun 2009. Anggota tim sukses ini mengatakan agar umat tidak usah bersusah payah mengerjakan jalan itu karena akan ada yang mengerjakannya.
Namun, janji tinggallah sebuah janji. Kini pemilu legislatif telah setahun berlalu. Caleg mungkin sudah lupa janjinya lantaran sudah duduk di kursi empuk DPRD. Jalan menuju kapela itu tetaplah jalan tanah yang akan berlumpur bila hujan turun.
"Sialnya, batu-batu yang dulunya telah kami kumpulkan untuk membuat jalan itu, sudah kami jual saat ada proyek jalan di tempat ini," kata Gabriel, Warga Jati saat ditemui FloresStar, Sabtu (23/10/2010). Ditanya apakah mereka mengenal caleg dan anggota tim suksesnya, Gabriel mengatakan, semua umat di stasi itu mengenal keduanya. "Tim sukses itu umat di stasi ini dan caleg pun dari wilayah Borong. Tapi biarlah. Tidak apa-apa, suatu saat pasti mereka ingat lagi janji mereka," kata Gabriel sambil tersenyum.
Kini agak sulit untuk mendorong umat untuk kembali membangun secara swadaya. "Kalau sudah begini, kami sudah malas untuk kumpul lagi. Tahun lalu ketika kami semangat untuk swadaya, tiba-tiba datang janji manis tapi tidak dipenuhi. Kami sangat kecewa," kata Goreti Habar, umat Toka. Hal senad disampaikan Monika dan Yohanes.
Mereka berharap ke depan agar para calon legislatif ataupun calon kepala daerah tidak menebar janji manis untuk mendapat dukungan suara. Meski kecewa namun kini mereka sadar bahwa janji manis jarang terpenuhi.
Termakan janji manis calon anggota legislatif (caleg) pada tahun 2009 lalu, mereka membatalkan pengerjaan jalan sepanjang sekitar 500 meter menuju kapela (gereja stasi) Toka yang awalnya dibangun secara swadaya.
Di saat segenap umat telah mengumpulkan daya untuk membuat jalan secara swadaya, datang salah seorang umat yang mengaku sebagai tim sukses salah satu calon anggota DPRD Matim pada tahun 2009. Anggota tim sukses ini mengatakan agar umat tidak usah bersusah payah mengerjakan jalan itu karena akan ada yang mengerjakannya.
Namun, janji tinggallah sebuah janji. Kini pemilu legislatif telah setahun berlalu. Caleg mungkin sudah lupa janjinya lantaran sudah duduk di kursi empuk DPRD. Jalan menuju kapela itu tetaplah jalan tanah yang akan berlumpur bila hujan turun.
"Sialnya, batu-batu yang dulunya telah kami kumpulkan untuk membuat jalan itu, sudah kami jual saat ada proyek jalan di tempat ini," kata Gabriel, Warga Jati saat ditemui FloresStar, Sabtu (23/10/2010). Ditanya apakah mereka mengenal caleg dan anggota tim suksesnya, Gabriel mengatakan, semua umat di stasi itu mengenal keduanya. "Tim sukses itu umat di stasi ini dan caleg pun dari wilayah Borong. Tapi biarlah. Tidak apa-apa, suatu saat pasti mereka ingat lagi janji mereka," kata Gabriel sambil tersenyum.
Kini agak sulit untuk mendorong umat untuk kembali membangun secara swadaya. "Kalau sudah begini, kami sudah malas untuk kumpul lagi. Tahun lalu ketika kami semangat untuk swadaya, tiba-tiba datang janji manis tapi tidak dipenuhi. Kami sangat kecewa," kata Goreti Habar, umat Toka. Hal senad disampaikan Monika dan Yohanes.
Mereka berharap ke depan agar para calon legislatif ataupun calon kepala daerah tidak menebar janji manis untuk mendapat dukungan suara. Meski kecewa namun kini mereka sadar bahwa janji manis jarang terpenuhi.
Sumber: POS KUPANG