Friday, 29 October 2010

Friday, October 29, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Gereja Katolik Indonesia akan Gelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010.
JAKARTA - Gereja Katolik Indonesia akan kembali menggelar Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia atau SAGKI, yang merupakan pertemuan rutin lima tahun sekali. Dalam SAGKI itu, gereja menyadari sebagai bagian tak terpisahkan dari realitas bangsa Indonesia.

"Sejalan semangat SAGKI tahun 2000 dan tahun 2005, tahun ini menjadi kesempatan Gereja baik klerus maupun umat untuk merayakan panggilannya sebagai Gereja Yang Diutus," kata Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFM, dalam konferensi pers di Jalan Cut Meutia Jakarta, Jumat (29/10/2010).

Sidang Agung kali ini akan mengambil tema "Dia datang supaya semua memperoleh hidup dalam kelimpahan (bdk Yoh 10:10)". Tema ini menjadi cermin situasi kehidupan sosial budaya, kehidupan sosial religius, dan kehidupan sosial ekonomi Indonesia.

Tema besar ini dibagi menjadi tiga pembahasan dalam sidang agung selama tiga hari. "Hari pertama sub temanya 'Mencari Wajah Yesus dalam dialog dengan budaya', hari kedua dengan sub tema 'Mengenali Wajah Yesus dalam dialog dengan agama dan kepercayaan lain', dan hari ketiga dengan sub tema 'Mengenali Wajah Yesus dalam Pergumulan Hidup Kaum Marjinal dan Terabaikan,'" terang Ketua Umum Panitia SAGKI 2010 Romo Agus Alfons Duka, SVD.

SAGKI tahun ini merupakan yang kelima kalinya, dan diadakan di Wisma Kinasih Bogor, pada tanggal 1-5 November 2010. SAGKI akan diikuti oleh 385 peserta yang terdiri dari para uskup, imam, biarawan biarawati, dan umat dari 37 Keuskupan di Indonesia.

Dalam SAGKI kelima ini ada metode yang berbeda yang digunakan dari sebelumnya. "SAGKI terdahulu diisi dengan diskusi ilmiah dan analisis intelektual. Tapi tahun ini diisi dengan metode narasi. Yakni saling menuturkan dan mendengarkan kisah," terang Romo Agus.

Metode narasi ini akan dibagi menjadi dua narasi kelompok, di mana peserta dibagi dalam untuk sharing iman dalam kelompok. Sementara yang lain diberi kesempatan dalam narasi publik untuk bercerita di depan peserta lainnya. "Narasi-narasi itulah yang akan dirangkum, direfleksi, dan didalami yang pada akhirnya menjadi indikator untuk mengetahui sejauh mana kira mengalami Kristus dalam pergulatan hidup setiap hari," terang Romo Agus.

Harapannya, lewat tukar cerita ini akan didapatkan berbagai pengalaman iman dalam konteks kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Pengalaman iman ini menjadi semangat perutusan yang nantinya disebarluaskan dan ditularkan para peserta dalam kehidupan sehari-harinya.

Sumber: Kompas