JAKARTA - Dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, April-Mei 2010 tim Total Quality Management (TQM) Karina KWI mengadakan kunjungan ke 5 Keuskupan; Surabaya, Palembang, Maumere, Semarang dan Pontianak.
Kunjungan ini bertujuan melihat kembali jalinan kerjasama antara Keuskupan dengan Karina KWI, baik yang sudah ada saat ini maupun untuk masa mendatang.
Pun demikian, Tim TQM juga ingin mendapatkan masukan atas guliran Program yang selama ini telah terselenggara seperti pelatihan pengembangan kapasitas untuk pengembangan organisasi Organizational Development&Project Cycle Management), pelatihan Manajemen Keuangan, maupun pelatihan tanggap darurat dan persiapan resiko bencana.
Dalam kunjungan ke Palembang , 26-27 April 2010, Tim TQM yang terdiri dari Rm Freddy Rante Taruk, Rm Lewis Ibori dan S. Toligi sempat menanyakan hubungan Caritas Palembang (Pansos Palembang) dengan komisi PSE. “ Prinsip saya bahwa Pansos milik PSE begitu juga sebaliknya”, jelas Rm Bonifasius Djuana, Pr. Lebih jauh Direktur Pansos Palembang ini menjelaskan bahwa yang terpenting adalah bagaimana mengolah kebijakan, pola pikir dan pola kerja sehingga dalam proses berjalannya tidak ada yang bertentangan dan bisa berjalan bersama. Ditambahkannya, Pansos mungkin tidak berpengalaman dalam manajemen bencana, namun Pansos punya pengalaman dalam memgelola program pengembangan ekonomi kemasyarakatan. Sehingga dengan bekerja bersama-sama baik Pansos maupun Karina dapat saling berbenah.
Uskup Palembang, Mgr. Aloysius Sudarso menyempatkan hadir dalam pertemuan di Wisma Podomoro. “Ini menjadi kesempatan yang baik untuk membangun Caritas baik di tingkat Nasional maupun di Keuskupan,” jelas Uskup. Beliau mengingatkan kembali pentingnya Pastoral Integral, dimana Gereja melihat pastoral secara utuh, tidak hanya mengurusi umat katolik, namun juga meresap pada kebutuhan masyarakat . Tidak hanya keselamat jiwa,tapi juga harus tanggap dengan permasalahan sosial. Sehingga ada kesaksian yang keluar. “Dalam kekecilan kita (jumlah), bagaimana kita berkarya dan diterima oleh masyarakat.”
Dalam kesempatan itu, baik Mgr. A. Sudarso dan Rm Boni, menegaskan kunci sukses Pansos bisa diterima oleh semua kalangan adalah kebersaman baik dalam penderitaan maupun dalam menyiapkan masa depan. Serta mengajak serta pihak-pihak yang terkait, seperti pemerintah daerah maupun tokoh masyarakat, tokoh Muslim untuk bersama-sama bergerak di tengah masyarakat. Kepercayaan itulah kunci utama.
Melalui pertemuan ini pula, Pansos Palembang melalui staf yang diundang mengemukakan kesan dan pesannya selama bekerja sama dengan Karina KWI. Pada umumnya penyelengaraan pelatihan untuk menambah kapasitas ditanggapo positif. Staff Pansos menjadi lebih terbuka wawasan dan lebih memperkuat jaringan. Adanya pendampingan langsung pada proyek juga menjadi nilai plus tersendiri. Namun demikian masih ada beberapa kebutuhan yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu pelatihan kepemimpinan dan media komunikasi.
Harapan Dari Timur
“Caritas itu terintegrasi dalam karya Pastoran. Dimana pelayanan Caritas untuk umat dan bencana.”
Hal ini dijelaskan oleh Uskup Maumere ,Mgr. Gerelfus Kherubim Pareira, SVD dalam pertemuan dengan Tim TQM; Ibu Murniati, Rm Budhi Prayitna dan S. Toligi pada 6 Maret 2010 lalu.
Di Keuskupan Maumere telah berdiri Caritas Maumere semenjak tahun 2007 dan melayani 35 paroki. Caritas Maumere saat ini selain didukung oleh Karina dalam upaya pengembangan kapasitas dan pengurangan resiko bencana, juga didukung penuh oleh Caritas Jerman dan Belgia untuk pelaksanaan program Anti Domestic Violence (ADV).
Dalam pelaksanaan program ADV ini, Caritas Maumere bekerjasama dengan Tim relawan Untuk Kemanusiaan-Flores (TRUK-F). Mereka melakukan pendampinagn bagi korban kekererasan yang dialami Perempuan. Ada tiga bidang divis yang dikerjakan oleh TRUK-F yaitu Divisi Perempuan, Advokasi dan Pendidikan. “Program ini lahir dari kepedulian yang mendalam akan nasib kaum perempuan. Disini kami melayani dan memberikan perlindungan bagi perempuan yang membutuhkan, baik itu kekerasan, perkosaan, atau perdagangan perempuan” jelas Sr Eustochia SSpS.
Saat ini Caritas Maumere dengan dukungan Keuskupan sedang berupaya mengatasi bahaya rawan pangan karena adanya kegagalan petani dalam memanen maupun menanam. Hal ini disebabkan karena kurangnya pasokan air, musim yang tak menentu juga serangan hama pada kakao (coklat.Mereka tidak sendirian. “Saya sedang berusaha menggandeng pemerintah daerah untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini, Masih dalam proses,” jelas P Klaus Naumann, SVD.
Masukan dari staf Caritas Maumere juga menjadi masukan bagi Tim TQM, seperti perlunya pelatihan untuk mengoptimalkan pengelolaan keuangan dan penyusunan laporan dengan mengunakan sistem keuangan yang baik. Serta kebutuhan akan pengembangan sarana komunikasi dan bulletin yang sudah ada dengan penyelenggaraan pelatihan jurnalistik.
Dalam pertemuan singkat itu, Bapa Uskup mengungkapkan dukungan bagi Caritas Maumere, beliau berharap baik Karina maupun Caritas Maumere dapat belajar dari pengalaman yang sudah ada. Serta mengingatkan pentingnya pengawasan dalam setiap pelaksanaan programnya. “Harapan saya, ada kerjasama yang terjalin, meski kami sadar betul ada keterbatasan sumber daya”.
Sehari sebelum kembali ke Jakarta, Tim TQM mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung Pr bersama dengan Rm Tobias Tukan, Pr dan Rm Yansen Raring, Pr. Selama ini Uskup mengarahkan kerja-kerja sosio-pastoral dikerjakan oleh Delegatus Socialis (Delsos). Mereka saat ini telah bekerjasama dengan lembaga bantuan kemanusiaan Pemerintah Australia (AusAID) dalam program Pangan Tahan Kekeringan, Keuangan Mikro dan Buruh Migran.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Romo Yansen bahwa saat ini Pulau Flores tengah mengalami bahaya rawan pangan, pun terjadi di wilayah Keuskupan Larantuka, mengalami kegagalan panen juga gagal menanam. Keuskupan Larantuka melalui Delsos bersama-sama dengan pemerintah daerah sedang mengupayakan kedaulatan pangan dan menghimbau solidaritas diantara saudara dan tetangga, mereka saling memberi dan berbagi bahan pangan yang ada, entah itu ubi, jewawut, sorgum, jagung dan kacang-kacangan.
“Bagimana kita sendiri berdaya,” begitu penekanan Mgr Fransiskus Kopong Kung Pr.
Sumber:Karina