Tuesday 19 October 2010

Tuesday, October 19, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mengenal Komunitas Yahudi Sulawesi Utara (KYSU).
MANADO (SULUT) - Eksistensi Komunitas Yahudi Sulawasi Utara (KYSU) atau Jewish Community of North Sulawesi, ternyata mampu menarik perhatian salah satu surat kabar terbesar di Amerika Serikat, The New York Times. Bahkan untuk mengetahui keberadaan, tata cara ibadah dan suka duka Komunitas Yahudi Sulut, khususnya mereka yang beragama Yahudi dalam menjalankan keyakinan mereka, The New York Times mengutus tiga wartawannya untuk mewawancarai Rabi Yaakov Baruch, Jumat (15/10) kemarin.

Bukan itu saja, tiga wartawan The New York Times yakni Norimitsu Onishi (Southeast Asia Bureau Chief The New York Times), Ed Wray (fotografer) dan Muktita Suhartono, (Contributed Reporting The New York Times di Indonesia), dengan senang hati mengikuti Shabbat Dinner di kediaman Rabi Yaakov Baruch.

Sebelum Shabbat Dinner di-mulai, Norimitsu langsung terlibat pembicaraan serius de-ngan Rabi Yaakov didampingi Biro Humas KYSU, Irvan Grosman dan Oral Bollegraf. Mulai dari asal mula keluarga, sejak kapan memeluk agama Yahudi dilontarkan Norimitsu kepada Rabi Yaakov dan Bollegraf. Norimitsu pun terlihat puas dengan jawaban-jawaban Rabi Yaakov. Dari sekian pertanyaan yang dilontarkan, Norimitsu sedikit kaget bahwa ada juga anggota Komunitas Yahudi Indonesia di Sulut ternyata memeluk agama Kristen Protestan.

Dijelaskan Rabi Yaakov kepada Norimitsu, perlu dipahami, eksistensi Komunitas Yahudi khususnya di Sulut, memang tidak bisa dilepaskan dari eksistensi Yudaisme atau Agama Yahudi. “Tapi tidak semua anggota Komunitas Yahudi itu berkeyakinan agama Yahudi. Komunitas Yahudi bertujuan mempererat tali persaudaraan bahwa mereka adalah turunan Yahudi yang harus bersatu dan saling membantu satu dengan yang lain. Sedangkan Agama Yahudi adalah keyakinan iman dari sejumlah anggota komunitas. Dalam kegiatan Komunitas Yahudi, kita tidak membeda-bedakan keyakinan. Tapi saat ada kegiatan keagamaan Yahudi, atau kegiatan anggota komunitas yang beragama Kristen misalnya, kita saling menopang dan saling meng-hormati satu dengan yang lain,” tandas Rabi Yaakov.

Meski tidak semua anggota Komunitas Yahudi beragama Yahudi, dijelaskan Rabi Yaakov dan Grosman, semua anggota sangat bangga dan mendukung eksistensi Synagoge Ohel Yaakov di Tondano sebagai tempat ibadah Agama Yahudi. “Semua keluarga anggota Komunitas Yahudi di Sulut sudah pernah mengunjungi Synagoge Ohel Yaakov. Satu kebanggaan bagi kami, meski kami turunan Yahudi yang tidak lagi memeluk agama Yahudi namun memiliki Synagoge di Sulut. Eksistensi kami sebagai Komunitas Yahudi setidaknya mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar bahkan dari pemerintah dae-rah,” tandas Grosman dan Bollegraf.

Sementara, saat prosesi Shabbat Dinner yang dipimpin Rabi Yaakov, fotografer The New York Times, Ed Wray, sepertinya tidak mau kehilangan momen. Setiap gerakan, pembacaan doa dalam bahasa Ibarani, bahkan saat makan bersama untuk membuka Sabat, momen tersebut terus diabadikan Wray. Se-mentara Muktita, usai Shabbat Dinner, terlibat percakapan serius dengan Oral Bollegraf dan Irvan Grosman.

Sekadar diketahui, The New York Times adalah koran harian yang diterbitkan di New York dan didistribusikan secara internasional. Koran ini dimiliki oleh perusahaan The New York Times Company, yang juga menerbitkan 15 koran lainnya, an-tara lain International Herald Tribune dan Boston Globe. Ko-ran ini dijuluki “Gray Lady” ka-rena gaya dan penampilannya, dan dianggap sebagai koran yang bisa diandalkan sebagai sumber referensi resmi untuk kejadian-kejadian terkini.