Saturday, 9 October 2010

Saturday, October 09, 2010
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tembok Penahan Gereja HKBP Parapat Rubuh.
PARAPAT (SUMUT) - Tingginya curah hujan di Kota Wisata Parapat Kabupaten Simalungun dan sekitarnya dengan aktivitas yang tidak labil membuat, sejumlah ruas jalan di sepanjang Jalinsum Parapat-Balige termasuk tembok penahan Gereja HKBP Parapat rubuh, Jumat (1/10) dini hari, sekira 01.15 WIB.

Akibat dari kejadian ini, bongkahan dan tanah tembok Gereja bertekstur gaya Eropa itu menutupi setengah badan Jalan Talun Sungkit, atau sekitar 50 meter dari SMPN 1 Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Amatan METRO, timbunan tanah dan bongkahan tembok penahan itu, hingga berita ini diturunkan, belum dievakuasi dari bahu jalan dan masih menutup drainase jalan. Bukan itu saja, kendaraan jenis roda 4 belum bisa lewat dari sana "Kita lihat saja besok, mungkin mereka juga akan memanggil eksavator untuk membantu. Karena takut tanah bekas timbunana di atas terikut kembali, bila kita kerjakan dengan manual atau pakai cangkul," ujar salah seorang warga sekitar yang kebetulan melintas, sembari melewatkan kenderaan roda duanya dengan penuh hati-hati sembari berharap agar secepatnya dilakukan penataan karena dengan pemandangan seperti ini kesannya sangat jelek.

Gereja HKBP Parapat, Resort Parapat, Distrik Sumatera Timur, dengan ornament semi Eropa-Batak ini salah satu Gereja kebanggan warga Parapat. Sebab tak sedikit touris manca negara yang ikut kebhaktian di sana. Gabungan ornamen gaya Eropa dan ornamen gaya Batak sangat kental membuat Gereja yang itu termegah di Sumatera Utara.

Sekaitan dengan kejadian ini, Ketua Pembangunan, Mansur Purba SE, saat dikonfirmasi melalui ‘telepon selulernya Kepada METRO mengatakan, "Itu merupakan bencana alam. Itu tadi, kemungkinan akibat curah hujan yang tidak labil," ujarnya.

Mansur juga mengaku, sudah memberitahukannya kepada Camat Girsang Sipangan Bolon, Imman Naenggolan SSos, agar pemerintah dalam hal ini Pemkab Simalungun dapat membantu perbaikan atau paling tidak membersihkan lokasi longsoran tembok itu.

Sekedar mengingatkan, Gereja HKBP parapet dengan ciri khas Gorga Batak menempel di berbagai sudut bangunannya, mengimplementasikan ornamen Bangso Batak dan tangga Alpa Omega (AO) yang juga dibuat sesuai dengan ornamen semi Eropa dan di atas tangga AO ada juga teras yang menggambarkan Tritunggal (Allah Bapak, Anak dan Roh Kudus), sepintas teras ini seperti rumah adat Karo tapi sebenarnya menggambarkan ke Tritunggalan Allah.

Di bagian dalam yang membuat perbedaan dengan Gereja lain adalah tempat duduk Parhalado (Pelayan Gereja) lebih tinggi jika dibandingkan dengan tempat duduk para jemaat. Ini menggambarkan bahwa tingkat keimanan Parhalado lebih ‘suci’ (tinggi) dari jemaat.

Kalangan jemaat dan warga berharap, agar secepatnya dilakukan penataan dan perbaikan ulang. Sehingga kejadian yang sama tidak terulang kembali. "Kalau boleh harus tahan gempa juga," ujar M Sinaga.

Sebelumnya juga peristiwa tanah longsor di KM 10 Aek Nauli, Nagori Sibaganding, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kamis (30/9) mengakibatkan pohon tumbang dan sempat mengganggu arus lalu-linta Parapat-Balige. Sebab beberapa pohon tumbang harus dipotong supaya tidak menghalangi badan jalan.

Di hari yang sama juga di Jalan Pemuda, Kelurahan Parapat, akibat curah hujan pohon kelapa tumbang. Badan jalan tertutup dan tidak dapat dilalui warga maupun kendaraan karena kabel arus listrik dan kabel telepon sudah menghalangi badan jalan.

Hingga berita ini diturunkan, kabel telepon milik PT Telkom dan tiang sambungan yang sudah miring dan nyaris rubuh itu belum juga diperbaiki. Sehingga kendaraan motor pengguna jalan masih tertutup dan warga tetap merasa was- was jika melintas di sana. Sedang kabel sambungan arus listrik sudah mendapat perbaikan sesaat sesudah kejadian pohon tumbang di pagi hari itu.

Belum lagi kekhawatiran di Jalinsum, Nagori Girsang, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (areal Jembatan Sisera-sera) yang dikenal dengan ‘Lombang Sisera-sera’ sudah harus sesegera mungkin diperbaiki. "Gundukan batu besar juga sudah dua kali jatuh dari perbukitan di seberang jalan tanah longsor," kata warga setempat.

Kepala Bidang Data dan Imformasi Badan Meteorologi, Klimatoligi dan Geologi (BMKG) Wilayah Medan I, Sumatera Utara Hendra Suarta kepada METRO mengungkapkan, mulai September curah hujan sudah meningkat dan sepanjang Oktober mengalami puncaknya yang berpotensi menimbulkan banjir dan longsor. Baru pada awal Januari 2011 mulai menurun.

Camat setempat, Imman Nainggolan saat dikonfirmasi METRO sekaitan dengan banyaknya rawan longsor menuju Kota Wisata Parapat dan di Parapat sendiri, mengatakan, pihaknya sudah berkordinasi dengan pihak terkait sekaligus melaporkan sejumlah kejadian yang dikategorikan dengan bencana ala mini. Sehingga perhatian pemerintah dapat tertuju kepada perbaikannya. Sekaitan dengan jelang pelaksanaan Pesta Danau Toba (PDT) di Parapat. "Jadi tamu tidak takut datang," katanya.

Sumber: Metro Siantar