JAKARTA - Forum Komunikasi Kristiani Jakarta (FKKJ) , yang diketuai oleh Teofilus Bela, setelah mengadakan acara Panel diskusi pada hari Jumat siang (22/10) melanjutkan dengan memberikan atau membagi-bagikan foto copy siaran pers yang isinya adalah Refleksi 82 Tahun Sumpah Pemuda. Redaksi gbikapernaum.com mengangangkat siaran pers FKKJ ini agar dapat dibaca oleh semua jemaat dan pengunjung web. Silahkan menyimak.
Refleksi 82 TAHUN SUMPAH PEMUDA. Setelah berlalu 65 tahun sejak Proklamasi Kemerdekaan nampaknya kita dipaksa oleh keadaan untuk mempertanyakan kembali makna kemerdekaan yang dicita-citakan dan diperjuangkan oleh para pejuang dan founding fathers bangsa.
Apalagi memperhatikan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa kita akhir-akhir ini yang terasa makin mencekam. Bukan saja tekanan ekonomi yang makin parah, kesejahteraan hidup yang makin jauh panggang dari api sebagai akibat salah urus dan makin melencengnya kebijakan-kebijakan ekonomi politik Pemerintah yang menyimpang dari amanat konstitusi UUD 1945 untuk mensejahterakan rakyat dan mencerdaskan bangsa. Kedaulatan bangsa dan negarapun hampir terjual habis.
Sumpah Pemuda 1928 yang bertekad menyatukan bangsa-bangsa yang mendiami Nusantara menjadi satu bangsa Indonesia mulai mengalami erosi. Jiwa kebersamaan dan semangat kebangsaan atau keindonesiaan yang majemuk yang dipatri dalam Sumpah Pemuda itu semakin terkikis. Perekatnya makin kendor karena ketidakpedulian penguasa negeri sehingga terjadi antara lain pembiaran terhadap aksi-aksi terror dan anarkhi yang menyasar komunitas-komunitas yang dipandang sebagai "minoritas", terutama dalam aspek agama dan budaya. Padahal Sumpah Pemuda dan Pancasila serta UUD 1945 tidak mengenal mayoritas - minoritas.
Perhimpunan Pelayanan Penjara melihat dan merasakan bahwa bangsa ini makin terpenjara dari hari ke hari, dan keterpenjaraannya makin serius, terutama dalam kemiskinan dan pemiskinan, dalam kebodohan dan pembodohan, kebohongan dan pembohongan oleh penguasa yang penuh kemunafikan.
FKKJ melihat dan merasakan kemerosotan dalam pemahaman dan persepsi mengenai Bhineka Tunggal Ika, Pancasila dan UUD 1945, termasuk oleh penguasa negeri dan aparatnya. Oleh karena itu Refleksi hari ini adalah untuk mengajak kita semua, seluruh anak bangsa untuk merefleksikan realita kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita saat ini, dan bersama-sama merajut kembali keindonesiaan kita yang majemuk ini.
Maka tema yang dipilih adalah Doa bagi Keutuhan Bangsa Majemuk Indonesia dan subtema Menggugah Komitmen Seluruh Komponen Bangsa untuk Kembali kepada Jiwa Sumpah Pemuda yang menyuluh Kedamaian dan Toleransi.
Kasus-kasus yang marak dalam waktu-waktu terakhir ini seperti penyerangan terhadap pendeta, penatua dan jemaat HKBP di Bekasi Timur, penyerangan dan pembakaran masjid dan perumahan jemaah Ahmadiyah di Bogor, tawuran di Tarakan dan di Jl. Ampera Jakarta Selatan yang memakan korban jiwa sesama anak bangsa, pemaksaan penutupan rumah-rumah ibadah dan pencabutan IMB bangunan Gereja oleh massa dan aparat Negara adalah contoh-contoh konkrit dari penghianatan terhadap Sumpah Pemuda dan Bhineka Tunggal Ika serta penyelewengan terhadap Konstitusi Negara, UUD 1945.
Negara adalah penanggungjawab bagi pelaksanaan amanat Konstitusi, pengentasan kemiskinan dan pemberantasan kebodohan, pengawasan dan pemajuan keharmonisan hidup masyarakat majemuk Indonesia , penegakan hukum dan hak asasi manusia yang berekeadilan.
Pelaksana tanggungjawab Negara ini adalah Pemerintah yang dipimpin saat ini oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karena itu, dalam menyambut 82 tahun Sumpah Pemuda di Bumi Pertiwi yang sudah 65 tahun merdeka dari penjajahan asing, kami menghimbau dan menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk taat Konstitusi, kembali ke jiwa Sumpah Pemuda, dan mengelola Negara dan bangsa ini sesuai dengan amanat Konstitusi dan Pancasila.
Tegakkan hukum dan hak asasi manusia dengan tegas tanpa diskriminasi, berantas korupsi dengan tegas tanpa pandang bulu, dan segera lakukan kebijakan-kebijakan nyata untuk mengentaskan kemiskinan dan kebodohan, BUKAN untuk menyenangkan dan menguntungkan para pemilik modal dan maling/koruptor. Pembantu-pembantu dan aparat yang tidak becus supaya segera diganti. Lepaskan Indonesia dari penjajahan baru nekolim/neolib
Jakarta, 22 Oktober 2010
Panitia Refleksi 82 tahun Sumpah Pemuda
Sumber: GBI Kapernaum