Tuesday 5 October 2010

Tuesday, October 05, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Tokoh Gereja Aceh Barat : Umat Kristen di Aceh Sama Sekali Tidak Terlibat dalam Provokasi.

MEULABOH (ACEH) -  Sejumlah tokoh gereja di Aceh Barat, Selasa (28/9) kemarin menyatakan bahwa pihaknya, maupun jemaatnya di wilayah itu sama sekali tak terlibat dalam penyebaran dokumen berupa buku, brosur, dan video compact disk (VCD) yang berpotensi mendangkalkan atau bahkan mengubah iman umat Islam.
Upaya pendangkalan iman yang menurut mereka meresahkan  itu dilakukan para provokator yang sengaja ingin mengusik kedamaian dan merusak kerukunan antarumat beragama di Aceh yang selama ini terjalin baik.

“Para provokator itu ingin memperkeruh suasana damai dan merusak kerukunan antarumat beragama di Aceh Barat dan Aceh pada umumnya yang selama ini terjalin sangat baik,” ungkap Pendeta Paulina Sitepu, mewakili Gereja Methodist Indonesia (GMI) Meulaboh, saat memberi keterangan pers di hadapan wartawan dan unsur pemkab setempat di ruang rapat Bupati Ramli MS. Saat memberi keterangan itu, Pdt Paulina didampingi sejumlah pemimpin gereja di Aceh Barat.

Sebelumnya, Bupati Ramli berinisiatif mengundang sejumlah pemuka agama ke kantornya untuk membahas dan merespons perkembangan terbaru di kabupaten itu, yakni ditemukannya sejumlah dokumen dan risalah yang diyakini sengaja disebar pihak tertentu untuk meresahkan dan memengaruhi keimanan warga muslim di kabupaten itu.

Usai pertemuan itu, Pdt Paulina Sitepu selaku perwakilan umat dalam pertemuan itu membuat pernyataan pers bahwa pihaknya, demikian jemaat Kristiani di kabupaten itu, tidak terlibat dalam aksi penyebaran buku, VCD, dan poster yang meresahkan umat Islam di Aceh tersebut.

Menurut Pdt Paulina, pihak gereja setempat juga tidak pernah menyuruh jemaatnya melakukan tindakan tersebut kepada warga muslim di Aceh Barat, mengingat umat Kristen sangat menghargai masyarakat muslim di wilayah itu. Apalagi selama ini kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Aceh Barat sangat baik dan sama sekali tak ada pergesekan. Bahkan pihaknya mengaku kaget ketika membaca berita di harian ini yang menyatakan adanya misionaris tertentu yang melakukan kegiatan mengusik suasana keberagamaan umat Islam di Aceh Barat.

Segera dihentikan
Bupati Aceh Barat, Ramli MS kepada wartawan seusai pertemuan dengan pemuka agama Kristen kemarin mengatakan, pihaknya meminta kepada provokator yang selama ini menyebarkan buku-buku pendangkalan akidah di wilayah itu, agar segera menghentikan aksinya. “Ini merupakan pekerjaan orang-orang yang tidak menginginkan Aceh Barat aman dan ingin merusak suasana perdamaian di Aceh,” tukasnya.

Menurutnya, penyebaran buku-buku agama provokasi yang dilakukan para provokator itu tak lain hanya untuk menciptakan konflik baru di Aceh, sehingga berpotensi merusak perdamaian yang selama ini telah berjalan dengan baik. “Para pemimpin agama Kristen tadi sudah mengaku bahwa mereka tak pernah melakukan aksi tersebut. Berarti, ada provokator yang sengaja melakukannya,” kata Bupati Ramli.

Atas dasar itu, Bupati Ramli meminta aparat penegak hukum di Aceh Barat segera menangkap pelaku yang selama ini telah menyebarkan buku-buku atau selebaran yang menyesatkan masyarakat dan mendangkalkan akidah umat Islam.  Di sisi lain, ia juga mengimbau masyarakat Aceh Barat supaya tidak terpancing dengan isu atau provokasi yang dilakukan pihak tertentu untuk memecah belah umat.

Di matanya, tindakan itu dilakukan jelas-jelas karena si pelaku tidak ingin Aceh aman dan ingin digiring kembali ke situasi konflik, melalui konflik horizontal yang disulut melalui sentimen agama.

Beredar di Bireuen
Setelah buku meresahkan umat Islam serta ajakan untuk pindah ke agama lain beredar di Aceh Barat dan Bener Meriah, kemarin giliran di Kabupaten Bireuen ditemukan enam unit buku, selembar brosur, dan satu keping video campact disk (VCD) yang isinya nyaris sama dengan yang ditemukan di Aceh Barat dan Bener Meriah.

Buku dan VCD itu ditemukan warga, Selasa (27/9) sekitar pukul 06.00 WIB, di depan warung kopi pinggir jalan Banda Aceh-Medan Desa Puuk, Plimbang, Kabupaten Bireuen.  Selain itu, dokumen yang sama ditemukan di depan dua unit balai pengajian Desa Seuneubok Paya, Peudada, Bireuen, sekitar pukul 10.45 WIB.

Brosur, VCD, dan buku-buku yang meresahkan  umat Islam itu langsung diamankan polisi di Mapolsek Peudada. Sedangkan oknum yang sengaja menyebarkan buku, brosur, dan VCD tersebut hingga kemarin masih belum ditemukan.  Berdasarkan keterangan yang dihimpun Serambi dari warga Seuneubok Paya kemarin, buku, VCD, dan brosur itu ditemukan di pinggir jalan desa. Yakni di depan balai pengajian Yayasan Talabul Ilmi dan di depan balai pengajian Nurul Ikhlas yang jarak antara keduanya hanya seratus meter.

Buku-buku, VCD, dan brosur tersebut diduga sengaja dibuang di depan balai pengajian oleh oknum tertentu yang diperkirakan terorganisir, sehingga bisa cepat terbaca oleh santri, pimpinan pesantren, dan masyarakat luas di daerah itu.

Seorang warga Seuneubok Para, Ramadhan bersaksi bahwa sekitar pukul 10.45 WIB kemarin, ada seorang pemuda yang mengendarai sepeda motor menggunakan helm standar SNI melemparkan buku pendangkalan akidah itu ke pinggir jalan. Lalu dengan cepat pemuda itu tancap gas ke arah timur Desa Seuneubok Paya. “Ketika melihat buku itu saya terkejut dan langsung saya laporkan kepada warga, sehingga heboh,” kata Ramadhan didampingi sejumlah warga.

Awalnya, lanjut Ramadhan, buku-buku itu hendak dibakar warga desanya karena takut beredar luas dan dibaca anak-anak. Tetapi buku itu urung dibakar, karena diperlukan sebagai bukti adanya misi pengembangan agama tertentu di kabupaten itu. Lalu ia bersama warga lainnya langsung menelepon wartawan dan anggota Polsek Peudada untuk memberitahukan penemuan buku, brosur, dan VCD yang bertendensi meresahkan umat islam itu.

Sebelumnya sebuah buku yang sama juga ditemukan Ridwan (50) di depan warung kopinya, persisnya di pinggiran jalan Medan-Banda Aceh, kawasan Desa Puuk, Plimbang, kabupaten yang sama. “Kita sangat khawatir jika buku itu ditemukan anak-anak, karena sedikit saja saya baca langsung terkejut karena bahasanya sangat keras, bernada melecehkan agama Islam,” katanya.

Ia berharap, oknum yang sengaja menyebarkan buku-buku yang meresahkan itu segera ditangkap. “Jika tak segera terungkap dan pelakunya ditangkap, dikhawatirkan buku dan brosur-brosur itu akan menyebar ke desa-desa yang dapat memengaruhi masyarakat luas yang kini memang sedang resah,” tukasnya.

Menurut pengamatan di sampul buku-buku yang ditemukan itu tertera judul “Ya Tuhanku Tertipu Aku”, ada juga judul lain: Cara Sehat Menuju Surga. Sedangkan di sampul VCD tertulis: Yang Kuasa Sudah Ubah Hati Keras.  Selain itu di sampul belakang dan di dalam buku juga tertulis nomor handphone (hp) yang bisa dihubungi dengan sms jika ingin memperbanyak buku tersebut. Nomor hp yang diminta dihubungi adalah Nus 0852255590xx, 0813145305xx, dan 0813769391xx.

Kapolres Bireuen, AKBP H Raden Dadik Junaedi Supri Hartono, melalui Kapolsek Peudada, Ipda Mawardi SH, membenarkan pihaknya telah mengamankan sejumlah barang bukti berupa enam buku, satu keping VCD, dan selembar brosur yang berisi ajakan yang meresahkan umat  Islam di Aceh.

Sumber: Serambinet