Wednesday, 27 October 2010

Wednesday, October 27, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Umat Katolik Lereng Gunung Sinabung Adakan Misa Syukur.
KABANJAHE (SUMUT) - Sebagai ungkapan syukur Kepada Tuhan atas kembalinya puluhan ribu masyarakat dari tempat pengungsian selama letusan Gunung Sinabung, diadakanlah misa syukur, Minggu (10/10) di Lost Desa Berastepu Kecamatan Naman Teran. Misa syukur yang dihadiri seribuan masyarakat itu dipimpin 3 pastor paroki, di antaranya Pastor Rudianto Sitanggang Pr dari Paroki St Petrus dan Paulus, Kabanjahe Pastor Stepanus Sitohang OFM Cap dari Paroki Tigabinanga dan Pastor Uly Raja Simarmata Pr dari Paroki Siantar.

Kotbah disampaikan Pastor Uly Raja Simarmata Pr mengingatkan kepada seluruh umat bahwa dalam hidup kita baik suka dan duka adalah penyelenggaraan Tuhan. Tidak seperti dalam kisah yang dituliskan di dalam kitab suci tentang 10 warga terkena penyakit kusta. Yesus menyembuhkan mereka, namun hanya sendiri orang Samaria yang mencari Yesus dan berterimakasih kepadaNya. Sedangkan yang 9 orang lagi, lupa dan tidak bersyukur.

Kitapun barangkali lupa akan keberadaan Gunung Sinabung yang selama ini memberi kehidupan bagi kita, namun kita lupa berterimakasih, bahkan selain kita tidak sadar bahwa selama ini kita hanya menguras kesuburan dari gunung ini, kita merusak lingkungan alam ini, bahkan juga telah menodainya. Jadi mari kita menyadari bahwa, dalam semua peristiwa ini merupakan perjalanan keimanan kita kepada Tuhan. Mengambil makna dari peristiwa terjadinya letusan Gunung Sinabung yang tidak disangka-sangka banyak orang diharapkan menjadi permenungan bagi kita semua secara suka dan duka.

“Letusan itu memang membuat semua warga takut, panik dan cemas sehingga mengungsi berhari-hari keluar dari desa-desa yang berada di kaki gunung. Namun dari sisi positifnya, 5 tahun atau 10 tahun mendatang, semburan lava atau belereng dan debu dari gunung akan memberikan kesuburan bagi areal pertanian di sekitar gunung,” tandas Pastor Uly Raja Simarmata yang mengaku sepuluhan tahun silam pernah menjadi misionaris di Tanah Karo.


Memberi “beras piher”

Sesuai adat budaya Karo, dengan kembalinya seluruh warga ke desanya masing-masing dari tempat pengungsian, ”junjungi” (meletakkan beras di atas kepala-red) “beras piher” (beras-red) dilakukan usai Misa. Tiga pastor ini “njunjungi beras piher” kepada masing-masing kepala warga sebagai tanda selamat dan roh badan kembali ke rumah dari peristiwa ketakutan yang selama ini terjadi.

Usai misa itu, tim vulkanologi datang ke lost dan memberikan penyuluhan tentang keberadaan Gunung Sinabung. Salah satu yang disampaikannya agar, masyarakat dapat memahami eksistensi gunung berapi Sinabung dan diharapkan dapat beradaptasi dengan gunung tersebut.

“Salah satu yang kita harapkan masyarakat dapat beradaptasi dengan gunung berapi Sinabung ini dan memahami bagaimana sebenarnya gunung berapi seperti Gunung Sinabung ini,” ujar Agus Budianto yang dikonfirmasi SIB, Minggu (10/10) sebelum timnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat berbagai desa yang hadir ke lost tersebut didampingi Ketua Panitia Bastanta Purba, tokoh masyarakat Drs Ngadep Tarigan, calon bupati Dr Petrus Sitepu dan Kapolsek Simpang Empat, AKP E Simamora yang hadir dalam acara tersebut.

Sumber: Tanah karo