KUPANG (NTT) - Sebanyak 6.008 umat Paroki Sta. Maria Mater Dei, Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang mendesak pihak TNI segera memulihkan kehormatan pastor dan gereja. Institusi TNI juga harus meminta maaf dan memulihkan nama baik Rm. Beatus Ninu, Pr yang sering disapa Rm Bento.
Demikian salah satu pernyataan sikap yang disampaikan umat Paroki Sta. Maria Mater Dei, Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, yang disampaikan kepada Pos Kupang di Oepoli, Minggu (26/9/2010). Pernyataan sikap ini ditandatangani langsung pemimpin umat paroki setempat, yakni Pastor Paroki, Rm. Bento Ninu, Pr, Ketua Dewan Pastoral Paroki, Wenslaus Parera dan Ketua Seksi Perdamaian dan Keadilan, Gregorius Parera.
Rm. Bento dianiaya tiga oknum tentara, Kamis (23/9/2010) malam, saat bersama umat bersiap-siap menerima imam baru di paroki itu. Ketiga oknum TNI dari Yonif 742/SWY yang bertugas di Pos Tengah Markas Komando Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Timor Leste di Oepoli itu, dalam keadaan teler setelah meneguk minuman keras.
Dalam pernyataan sikap itu, umat dan pemimpin paroki setempat antara lain menilai bahwa kehadiran dan operasionalisasi tugas TNI di perbatasan bertujuan mulia sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang. Namun, sikap dan tindakan oknum yang menganiaya pemimpin paroki adalah sebuah arogansi yang sepatutnya tidak boleh dipertontonkan oleh mereka yang disebut abdi negara.
Berhubung kejadian ini terjadi di kompleks peribadatan ketika umat Katolik hendak merayakan suatu peristiwa iman dan kekerasan fisik dilakukan terhadap pimpinan agama, maka umat menilai bahwa perbuatan oknum TNI itu telah menodai/melecehkan iman umat Katolik Sta. Maria Mater Dei Oepoli. Sikap dan tindakan ini menunjukkan ekspresi ketidaksantunan, ketidakberadaban dan bahkan ketidakberimanan oknum TNI di perbatasan.
Bahkan dikatakan, kasus keributan di kompleks gereja Katolik Santa Maria Mater Dei Oepoli ini merupakan sikap dan tindakan brutal yang kedua dari oknum TNI. Sebelumnya, pada Senin (8/12/2008) lalu, oknum TNI AD yang bertugas di Pulau Batek secara membabi-buta merusak beberapa fasilitas gereja Katolik.
Dua kejadian ini membuat umat setempat menilai bahwa oknum TNI di perbatasan tidak profesional dalam melaksanakan tugas negara dan mengindikasikan bahwa TNI belum secara nyata mereformasi diri sesuai tuntutan undang-undang.
Berdasarkan penilaian di atas, maka umat setempat menyatakan sikap-sikap sebagai berikut. Pertama, umat dan masyarakat mendesak dilakukannya pemulihan nama baik atas diri Rm. Bento dan Gereja Katolik Sta. Maria Mater Dei Oepoli. Semua ini harus dilakukan dengan cara yang benar, terhormat dan bermartabat.
Kedua, oknum TNI AD yang melakukan keributan, ancaman, penghinaan dan kekerasan fisik tersebut harus diproses sesuai hukum yang berlaku. Ketiga, peristiwa itu merupakan peristiwa kelabu dan menjadi titik puncak kesabaran umat Katolik untuk memahami keberadaan TNI AD di perbatasan wilayah Oepoli dengan berbagai kelakuan buruk dan tindakan amoral beberapa oknumnya.
Dengan pernyataan sikap tersebut, maka umat dan masyarakat setempat secara tegas menolak keberadaan tiga pos pengamanan yang ada di wilayah setempat dan untuk pengamanan tapal batas di wilayah setempat diusulkan agar diambilalih Komando Rayon Militer (KORAMIL) Amfoang dan Kepolisian RI yang bertugas di perbatasan.
Pelaku diperiksa
Tiga oknum anggota TNI-AD yang diduga menganiaya Rm. Bento sedang menjalani pemeriksaan intensif di Markas Korem 161/Wirasakti Kupang.
Kepala Seksi Intelijen Korem 161/Wirasakti Kupang, Mayor Inf Helmi, ketika dikonfirmasi di Kupang, kemarin, membenarkan hal itu. Helmi mengatakan tiga tersangka pelaku pemukulan itu adalah Pratu Zainal, Pratu Daud dan Praka Abel Soni dari Yonif 742/Satya Wira Yudha.
"Ketiga oknum TNI-AD dari Yonif 742/SWY itu sedang menjalani pemeriksaan atas sangkaan melakukan pemukulan terhadap Romo Bento di kompleks Gereja Mater Dei Oepoli di Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang pada Kamis (23/9) sore, lalu," tegas Helmi.
Ketika ditanya soal motif pemukulan Helmi mengatakan, "Untuk sementara saya belum bisa memberikan keterangan lebih jauh karena pemeriksaan belum berakhir. Agar infomasinya tidak simpang siur, sebaiknya semua pihak diminta untuk bersabar menunggu hasil pemeriksaan agar lebih jelas untuk mengetahui motivasinya."
Ia mengatakan pihaknya juga akan meminta keterangan dari Romo Bento sebagai saksi korban dalam kasus pemukulan tersebut. Ketiga oknum tentara ini dijemput Mayor Helmi dengan helikopter, Sabtu (25/9/2010), atas perintah Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang Kol Arh I Dewa Ketut Siangan.
Ia menambahkan, pihaknya belum menyerahkan tiga tersangka pelaku pemukulan itu ke Detasemen Polisi Militer karena salah seorang tersangka pelaku di antaranya, Praka Abel Soni, tengah menjalani perawatan intensif di RS Wirasakti Kupang karena dihajar massa. Dua rekannya berhasil lolos dari kepungan massa.
Sumber: Kupang pos