POSO (SULTENG) - Banjir bandang yang melanda Desa Poleganyara Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso, Sabtu malam (30/10), ternyata juga mengakibatkan kerusakan Kantor Desa Poleganyara dan jebolnya pagar SMU Negeri 1 Pamona Timur sepanjang 100 meter. Banjir juga menggenangi TK Bukit Sion serta ratusan rumah penduduk.
Hingga Senin kemarin, data sementara yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Poso menyebutkan, selain merusak kantor desa dan sekolah, jumlah rumah yang terkena dampak banjir bandang ini mencapai 229 rumah dengan kategori 68 rumah rusak berat dan 161 rumah rusak ringan.
“Data yang ada saat ini tercatat 68 rumah rusak berat dan 161 rumah rusak ringan, disamping itu banjir juga menyebabkan rusaknya kantor desa dan sekolah TK dan SMU,” jelas Kepala BPBD Poso Abd Haris Renggah SE kemarin (1/11).
Selain curah hujan yang cukup tinggi di wilayah Kabupaten Poso, serta adanya siklus perubahan iklim yang ekstrim, banjir bandang juga diperkirakan terjadi karena maraknya aksi perambahan hutan di sekitar wilayah pegunungan.
“Air datang dari arah gunung secara tiba-tiba dan langsung menggenangi pemukiman masyarakat di Desa Poleganyara,” tambah Haris yang baru saja kembali dari lokasi korban banjir.
Banjir juga mengakibatkan turunnya bahu jalan di Desa Poleganyara yang dikhawatrikan dapat membahayakan arus lalu lintas Trans Sulawesi di wilayah itu, terutama bagi kendaraan yang mengarah ke arah Sulawesi Selatan dan sebaliknya. Selain itu banjir juga mengakibatkan sejumlah kios milik warga hanyut terbawa banjir.
Sehari setelah banjir bandang melanda desa itu, rombongan Pemkab Poso yang dipimpin langsung Wakil Bupati Poso Samsuri, bersama Sekkab Poso Amdjad Lawasa serta instansi terkait dalam hal ini BPBD, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosnakertrans meninjau langsung lokasi banjir.
Disamping menyerahkan bantuan berupa kebutuhan dasar kepada korban, rombongan Pemkab juga sempat melakukan dialog dengan masyarakat setempat. Pemkab langsung memberikan bantuan berupa beras 1,7 ton, 100 karton mie instan, 5 karton ikan kaleng, 25 karton air mineral, 25 lembar selimut serta bantuan obat-obatan.
Namun menurut Haris, jumlah warga yang menjadi korban banjir tersebut bisa saja bertambah tergantung tingkat kerusakan yang terjadi.
“Tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah, karena kami baru saja menurunkan tim assessment untuk mengklasifikasi kembali tingkat kerusakan di lapangan,” ujar Haris Renggah.
Haris menambahkan, hingga kemarin, ratusan warga yang sebelumnya sempat mengungsi ke Gereja Bukit Sion berangsur-angsur mulai kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan sisa-sisa lumpur yang terbawa banjir. Proses pembersihan lokasi juga dibantu oleh anggota TNI/Polri serta seluruh PNS di lingkungan Kecamatan Pamona Timur.
Warga juga menjadikan gereja Sion yang lokasinya diatas bukit sebagai dapur umum induk dan membangun pos-pos di beberapa titik untuk membantu warga.
Meski mulai kembali ke pemukiman, warga tetap diminta untuk tetap waspada sambil tetap menjaga ekosistem lingkungan di sekitarnya.
Sumber: Harian Mercusuar