Tuesday, 2 November 2010

Tuesday, November 02, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Pdt Andreas Yewangoe: Pemulihan Terjadi Jika Gereja Terbuka dengan Pembaharuan.
AMBON (MALUKU) - Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Pendeta Andreas Yewangoe mengatakan, Sinode GPM selama ini telah melakukan berbagai hal untuk melakukan berbagai upaya pemulihan.

"Pemulihan itu hanya bisa terjadi jika gereja terbuka dengan pembaharuan yang di lakukan dengan perantaraan Roh Kudus di dalam hati setiap pemimpin dan umat gereja ungkap Yewangoe, dalam sambutannya saat membuka Sidang Sinode GPM ke-XXXVI, yang berlangsung di Baileo Oikumene, Minggu (31/10). 

Dikatakan, kesulitan yang dialami oleh gereja-gereja selama ini akibat ketidakmampuan untuk melakukan reformasi di bidang sosial.

"Kendati ada reformasi di bidang teologi, tetapi ketika GPM keluar dari berbagai kemelut karena perbedaan-perbedaan status sosial dalam masyarakat, maka GPM harus mampu mewujudkan dan membuktikan, bahwa hal itu tidak boleh terjadi karena jika hal itu terjadi, maka ketidakadilan sosial itu akan terus berlangsung dan itu selalu menjadi sumber dan kecemburuan, sehingga tidak mungkin akan menjadi konflik, sehingga GPM harus berperan aktif untuk tetap menciptakan pemulihan tersebut," katanya.

Yewangoe menjelaskan, GPM merupakan salah satu pendiri PGI yang berkiprah dalam kerangka membangun hubungan oikumene, sehingga harus ditingkatkan dan ditumbuh kembangkan untuk masa-masa yang akan datang.

"Saat berlangsungnya sidang Sinode ini, bangsa kita dilanda dengan bencana alam dan disitulah tugas gereja untuk menjadi gereja yang dibaharui Allah. Ketika gereja mampu untuk memancarkan kebaikan Allah kepada siapapun dan kebaikan Allah itu harus nyata melalui perbuatan-perbuatan kita," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pekerja Harian (BPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Pendeta John Ruhulesin mengatakan, era pelayanan BPH Sinode GPM periode 2005-2010 diawali dengan proses pemulihan Maluku.

"Pemulihan tidak secara fisik, tetapi terarah pada proses pemulihan sosial berupa pemulihan untuk membangun kedamaian dan persaudaraan yang kokoh di Maluku. Sebagai kekuatan sosial di dalam masyarakat, gereja menopang apa yang telah dikerjakan oleh pemerintah secara bersama-sama dalam tugas memulihkan Maluku," kata Ruhulesin.

Ditambahkan, persidangan sinode akan membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bergereja, diantaranya implementasi pola pelayanan kita 2005-2015 tahap kedua dan tahun 2010-2015, masih membutuhkan grand design untuk melihat apa yang akan dikerjakan selaku gereja dalam lima tahun ke depan.

"Dalam Sidang Sinode ini perlu didorong untuk kemajuan pelayanan yang merata, sinergi, sistenatis, terukur dan berkesinambungan dengan menyadari variasi SDM diseluruh pelayanan GPM, dengan begitu kita dapat menilai sampai ditahapan mana posisi bergeraja kita saat ini secara periode menurut pentahapan strategi pelayanan itu sendiri, itu akan menolong gereja untuk membangun jemaat-jemaat secara simultan dan berkesinambungan dengan menggunakan seluruh potensi yang ada sambil mencari sumber-sumber kekuatan yang baru untuk terus melangkah dan memperhatikan pluralitas kemajemukan jemaat-jemaat GPM," ujarnya. 

Usaha Serius
Di tempat yang sama, Gubernur Maluku, K. A. Ralahalu mengatakan, mengelola sebuah gereja di kawasan kepulauan Maluku membutuhkan usaha yang serius dan sistematis untuk mengkoordinasi jemaat-jemaat sambil meningkatkan persekutuan dan pelayanan kasih dan peribadahan jemaat.

"GPM tetap eksis bermisi dan melayani bahkan sampai ke daerah-daerah terpencil, sehingga jika proses-proses pemulihan tidak ditopang oleh lembaga-lembaga agama dan gereja maka kita tidak akan mendapatkan masyarakat yang bisa dengan cepat mengarahkan seluruh kearifan lokalnya untuk menyelesaikan konflik Maluku," katanya.

Ia mengaku, sampai saat ini trauma konflik masih ada dan membutuhkan waktu panjang untuk menyelesaikannya, tetapi hidup damai dan saling percaya setidaknya sudah bias diwujudkan.

"Saya yakin hidup kedamaian itu, harus kita pancarkan terus dan itulah modal untuk kita segera keluar dari keterpurukan dan memulihkan relasi antar masyarakat kembali karena ruang-ruang perjumpaan telah kita maksimalkan dan efektifkan sebagai aktivitas masyarakat dalam masa rekonsiliasi dan pemulihan, sehingga benar-benar terjadi mutual dan mengarah pada kekuata integrasi," ungkapnya.

Sumber: Balagu