JAKARTA - Motor sudah berbelok dari depan Bakmi GM di Melawai dan kini memasuki kintal Gereja Effatha. Aku melirik spanduk yang sengaja diikat di pagar gereja bertuliskan 60 Tahun GPIB Jemaat Effatha Jakarta ; Tema : Membangun Masa Depan bersama Roh Kudus (I Korintus 14:12), sub Tema : “Giatkan Tugas Bersaksi dan melayani dengan kuasa Roh Kudus.” Aha, ini dia ulang tahun GPIB Effatha. GPIB adalah singkatan Gereja Protes Indonesia bagian Barat tapi sering juga dianekdotkan menjadi Gereja Peninggalan Inventaris Belanda.
Ketika pertamakali masuk ke dalam gereja, sudah hampir penuh bangku-bangku yang disediakan. Padahal jam di tanganku baru menunjukan jam 18.30. Di barisan depan terlihat kelompok Chamber Orchestra yang akan mengiringi jalannya ibadah, ditengah tampak Paduan suara Opa-opa dan Oma-oma yang tergabung dalam Lansia. Paling kiri Paduan suara Effatha dan Gita Effatha bergabung, siap mengumandangkan kidung sukacita di malam ini.
Betul saja dugaanku, jam 19.00 malam ini (14/06) semua tempat duduk sudah terisi penuh. Harmonisasi musik pengiring dari Effatha Chamber Orchestra membuat jemaat semakin bersemangat menyanyikan untaian lagu yang telah dipersiapakan.
Kalau khotbahnya ?
Nah, kali ini Pendeta Christian Oroh dari atas mimbar menyampaikan khotbah yang sarat dengan refleksi ke dalam pelayanan selama ini. “Gereja jangan hanya sibuk urusan rapat majelis saja tapi utamakan misi ALLAH, beritakan injil, beritakan kabar baik hingga ke pelosok negeri ini.” Ujarnya.
Perubahan harus dimulai, tidak ada senioritas dalam pelayanan. Membangun hubungan personal dengan Tuhan sangat diperlukan, sehingga jemaat di gereja ini bertumbuh di tengah dunia.
Kesempatan berikutnya, Pendeta Slamet Iskandar selaku ketua Majelis Jemaat GPIB Effatha mengatakan,” Semua yang sudah diterima dari Tuhan termasuk panggilanNYA bukan milik kita sendiri, kita harus bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang sudah dipercayakan kepada kita manusia.”
Menarik memang. Saat gereja harus hadir menjawab kebutuhan jemaatnya.
Harus lekang pada setiap perubahan yang ada. Celakanya, umur gereja terus bertambah tapi jemaatnya tak bertumbuh. Dalam kebaktian Minggu jemaat makin sedikit tanpa ada komisi Litbang mencari tahu mengapa demikian. Mungkin saja Komisi tersebut tidak dilengkapi dengan perangkat agar bekerja lebih baik.
Sementara itu, Sidang Majelis Jemaat hanya menjadi ajang berdebat tentang masalah keuangan gereja tanpa menyentuh masalah yang sesungguhnya terjadi di tengah jemaat.
Ah,sudahlah. Mungkin karena pernyataan tadi sudah jadi pengetahuan umum belaka. Jangan-jangan jemaat sudah tidak peduli lagi dengan pelayanan yang ada. Akhirnya, mencari kepuasan rohani di tempat lain. Kalau sudah seperti itu, mau jadi apa gereja kita ini?
Tetapi, Khotbah Pendeta Christian Oroh sungguh sangat menguatkan. Pelayanan bukan hanya urusan Pendeta dan Majelis saja. Semuanya harus saling menopang dalam kasihNYA yang selalu ada di dalam setiap pelayanan kita.
Mudah-mudahan di HUT yang ke 60 ini. GPIB Effatha makin giat melayani, menjawab setiap perubahan yang ada. Fokus pada pelayanan. Gereja bukan gedungnya tapi jemaatnya.
Sumber: Kompasiana