BOGOR (JABAR) - Peningkatan kualitas dialog antariman diyakini bisa mengatasi persoalan intoleransi dan kekerasan berlatar belakang agama, yang akhir-akhir ini mengancam harmoni keberagaman bangsa Indonesia. Dialog antariman tidak hanya dipahami sebatas cara, tetapi juga sebagai ungkapan iman untuk mewujudkan persaudaraan sejati.
Demikian pokok pikiran yang dirangkum dari tokoh Islam, Mohammad Sobary, dan tokoh agama Buddha, Biksu Sri Pannavaro Mahathera, Rabu, 3 November, seusai memberikan narasi dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010 di Wisma Kinasih, Bogor, Jawa Barat.
Ikut berbicara, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Monsinyur Martinus Situmorang OFM Cap.
”(Dialog) harus berakar dari mencintai semua kehidupan, paling tidak semua orang. Kalau ada rasa cinta kepada semua orang, apa pun agamanya, hidup bersama itu tentu akan berkembang dengan alami. Kalau rasa cinta dan penghargaan itu muncul, di situlah semua akan menjadi harmoni,” kata Pannavaro.
Dialog sebagai salah satu wujud kepedulian dan kasih sayang, menurut dia, tidak harus dilakukan dengan pembicaraan yang mendalam dan filosofis. ”Bertemu dan saling menyapa serta membantu mereka yang menderita, itu sudah cukup,” katanya.
Sumber: Kompas