Friday, 12 November 2010

Friday, November 12, 2010
1
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ketua Gereja Baptis Papua (PGBP) Socratez Sofyan Yoman Mengaku Diincar Kopassus.
JAYAPURA (PAPUA) - Ketua Gereja Baptis Papua Pendeta Duma Socrates Sofyan Yoman, mengakui jika selama ini diincar Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia (TNI), yakni incaran tersebut dialaminya sejak tahun 2007 lalu.

“Saya pernah diundang untuk hadiri acara mereka tapi saya tidak pergi, kita sudah mengenal cara begini jadi diundang juga kami tidak pernah hadir., jadi seperti Theys Eluay saja yang diundang lalu dibunuh,” ujar Yoman saat di Konfirmasi JUBI di Jayapura, Rabu (10/11/2010).

Menurutnya Yoman, kehadiran Kopasus di Papua untuk kepentingan ekonomi, keamanan dan politik. Selain itu, kopasus juga hadir untuk memperoteksi Sumber Daya Alam dan transmigran. “Kami ini minta keadilan. Saya sebagai pemimpin gereja hanya akan bicara soal keadilan, dalam hal ini kami tidak akan mundur satu langkah pun.” Tegasnya.

Dari laporan Allan Nairn, Jurnalis Infestigasi asal Amerika Serikat yang dimuat dalam blog nya, seperti yang dilansir media Voice of Human Right, Rabu, menyebutkan Yoman juga tercatat sebagai salah satu incaran Kopassus di lokasi Kotaraja, Jayapura.

Melalui laporannya, Allan Nairn menyebutkan, operasi intelijen di Kotaraja mengindentifikasi aktivis gereja dan LSM sebagai “musuh”. Para aktivis gereja dan LSM dinilai memiliki potensi menyebarkan semangat antipemerintah Indonesia.

Dalam laporan “Satgas Ban-5/Papua Kopassus Pos I Kotaraja” tersebut Ketua Gereja Baptis Papua Pendeta Socrates Sofyan Yoman dan Ketua MRP Drs Agustinus Alue Alua menjadi salah seorang yang dimata-matai. Laporan yang disusun akhir tahun 2007 tersebut memuat sejumlah data lengkap soal kondisi sosial dan politik di wilayah Kotaraja, bahkan jumlah dana operasi intelijen. Kotaraja dipilih sebagai daerah yang diawasi, karena di wilayah ini terdapat kantor Majelis Rakyat Papua dan dekat dari kantor beberapa lembaga swadaya masyarakat.

Kodam XVII Cenderawasih meragukan adanya operasi intelijen Korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Kotaraja, Jayapura, pada tahun 2007. Tanggapan tersebut disampaikan Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol Inf Susilo, menanggapai laporan jurnalis Amerika Serikat, Allan Nairn, tentang operasi intelijen Kopassus di Kotaraja.

Socrates membenarkan laporan Allan Airn. “Saya baru dapat kontak dari Allan beberapa hari lalu. Kami sedikit bahas soal operasi militer di Papua.” Dia berpendapat, bantahan yang disampaikan Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol Inf Susilo, kodam XVIII wajar – wajar saja. “Bagi saya bantahan yang disampaikan dari Kodam XVII Cendrawasih tersebut wajar dan patut dimaklumi,” ujarnya.

Aktivis HAM Papua, Pastor John Djonga mengatakan para aktivis yang menyuarakan tentang kebenaran dan keadilan bagi Papua perlu disyukuri, bukan malah dituding separatis.

“Sulit dicari orang seperti Socratez yang tidak takut berbicara tentang kebenaran,” katanya, Kamis(11/11). Pernyataan Pastor penerima Yap Thien Award 2009 ini menyusul adanya pengakuan Ketua Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua, Pendeta Duma Socratez Yoman bahwa dirinya diincar kopasus karena dituduh aktor separatis garis keras.

“Dalam kapasitasnya sebagai nabi ia memang bersuara untuk kebenaran. Pemerintah perlu mawas diri. Kalau orang seperti dia dihabiskan berarti Negara ini masih menganut sistem totaliter dan belum demokratis,” tegasnya.

Lanjut dia, sebenarnya banyak orang Papua yang mau bersuara untuk kebenaran, tetapi sulit karena masih takut dan trauma dengan berbagai tindakan kekerasan yang dilakukan aparatur Negara semisal TNI dan Polisi. Sebelumnya Socratez mengatakan bahwa dirinya sedang dicari komando pasukan khusus (Kopassus) karena “dituduh” sebagai pelaku yang getol mengkampanyekan Papua Merdeka. (Tabloid Jubi)