Tuesday, 16 November 2010

Tuesday, November 16, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Mgr Johannes Maria Pujasumarta Jadi Uskup Agung Semarang.
BOGOR (JABAR) - Paus Benediktus XVI telah menunjuk Uskup Bandung Mgr Johannes Maria Pujasumarta menjadi uskup Agung Semarang.

”Saya menerima penunjukan itu pada 10 November 2010, ketika kami para Uskup sedang mengadakan Sidang Tahunan KWI 2010 di Jakarta,” kata Uskup Pujasumarta.

Keuskupan Agung Semarang selama hampir lebih dari satu tahun tidak memiliki uskup, setelah Mgr Ignatius Suharyo diangkat menjadi Uskup Agung Jakarta.

Pengumuman itu disampaikan oleh Dubes Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Leopoldo Girelli setelah ibadat sore bersama para uskup pada penghujung sidang tahunan KWI di Kedutaan Vatikan, Jakarta.

Pada waktu yang sama, Paus juga menunjuk Mgr Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, sebagai Administrator Apostolik untuk Keuskupan Bandung, menunggu sampai dengan terpilihnya uskup baru.

”Terhadap penugasan baru tersebut sesungguhnya hati saya mendua. Ketika saya datang ke Bandung, saya sebenarnya sudah mengambi sikap taat. Ketaatan itu saya mengerti sampai mati saya akan berada di Bandung,” katanya.

Uskup Pujasumarta lahir di Surakarta, 27 Desember 1949. Ia adalah putra ketiga (dari sembilan bersaudara) dari pasangan Hubertus Soekarto Pudjasumarto (alm) dan Agnes Soekarti Pudjasumarto (alm). Salah seorang kakaknya juga menjadi imam, yaitu Pastor Ignatius Ismartono SJ.

Uskup Pujasumarta ditahbiskan imam tahun 1977 dan ditahbiskan menjadi uskup tahun 2008.

Menurut rencana, Uskup Pujasumarta akan dilantik sebagai uskup agung Semarang pada 6 Janiari 2011.

Uskup itu mengungkapkan harapan terhadap umat Katolik dan para klerus keuskupan Bandung agar semangat Federation of Asian Bishops’ Conference (FABC) V, 1990, yang terjadi di Lembang, Bandung, yang dialami sebagai peristiwa Pentekosta baru bagi Gereja Katolik Asia, terutama bagi Gereja Katolik Indonesia perlu dikobarkan terus.

”Kesempatan itu menjadi kesempatan untuk mengolah terus makna dari “a new way of being Church” di Indonesia. Eklesiologi Gereja sebagai ‘a dynamic communion of communities” perlu dikembangkan terus juga,” tambah prelatus itu.

Sumber:Cathnews Indonesia