Wednesday, 10 November 2010

Wednesday, November 10, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Ribuan Umat Katolik Rayakan HUT ke-42 Paroki Segala Orang Kudus Diyai.
DEIYAI (PAPUA) - Ribuan umat Katolik Diyai memadati sepanjang jalan dari Dedoutei-Diyai, Kogemani-Diyai Senin (1/11). Busana adat menjadi bagian yang tak luput untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Paroki segala Orang Kudus Diyai yang ke 42, terhitung sejak 1 November 1962 silam.

Momentum religi bagi Nasrani Paroki Diyai memiliki makna tersendiri bagi perkembangan gereja, pendidikan, dan aspek lain yang menuju perubahan. Di kala 1 November 1962 dengan kehadiran seorang guru asal Key ternyata membuka tabir kegelapan yang menyelimuti wilayah Diyai.

Peringatan HUT paroki Diyai diramaikan oleh umat Katolik 7 (tujuh) stasi dan umat Katolik tetangga dari kabupaten lain, Paroki Imakulata Moanemani dan Paroki St. Yohanes Pemandi Waghete.

Peringatan hari ulang tahun paroki yang bertemakan ‘Berjuang untuk menjadi kudus’ tersebut memiliki makna yang tersendiri bagi umat katolik Diyai. 42 tahun yang lalu, 15 pemuda asal Diyai mencari guru hingga di Enarotali. Ketika itulah kehadiran agama dan pendidikan di wilayah Diyai hingga kini telah hampir mau menginjak 50 tahun (pesta emas). Sebagai bukti syukur dan kebanggaan umat paroki Diyai yang berdomisili di 7 stasi itu melontarkan melalui berbagai gerakan tarian khas Mee.

Sekitar 4 kilometer umat Katolik berjalan kaki menuju halaman gereja, dari Dedoutei menuju halaman paroki Diyai. Berbagai jenis lagu adatpun dilantunkan dalam perjalanan.

Ketua Panitia Thadeus Douw, mengutarakan, jika para pemuda tidak menjemput guru tersebut maka tabir kegelapan masih menyelimuti wilayah ini. Syukur bahwa oleh dorongan Roh Kudus menjadi penuntun dalam penjemputan tersebut.

Sementara itu seorang tokoh Katolik wilayah itu yang juga pelaku sejarah penjemputan Eligius Giyai menceritakan bahwa banyak tantangan yang dihadapi. “Sebelumnya kami melihat di wilayah lain seperti di Waghete dan Enarotali ada guru sehingga mereka mengetahui tentang membaca dan menulis sementara kami juga ingin seperti mereka. Hal itu mendorong kami untuk mencari guru di Enarotali,”ujarnya di sela-sela acara peringatan itu.

Usai mengelar sejumlah kegiatan di luar gereja umat juga memasuki gereja untuk melangsungkan misa kudus yang dipimpin langsung pastor paroki Amatus Pahik, Pr.

Sumber: BintangPapua