Monday 8 November 2010

Monday, November 08, 2010
Silahkan klik tulisan atau gambar untuk lanjut membaca Romo Suyatno Hadiatmojo Pr : Umat dari Beragam Agama dan Kepercayaan Jangan Hanya Berdoa, tetapi Berbuat.
YOGYAKARTA - Romo Paroki Somohitan Suyatno Hadiatmojo Pr mengatakan umat dari beragam agama dan kepercayaan tidak hanya sekadar berdoa, tetapi juga menebarkan kasih pada sesama. Seperti yang ditulis pada situs pribadinya (4/11).
Sejak letusan besar Gunung Merapi, Selasa (26/10), Jumat dan Minggu Sore serta Senin pagi, para pengungsi terus bertambah. Bahkan, barak-barak yang disediakan pemerintah desa tidak lagi menampung pengungsi. Karena itu begitu banyak pengungsi baru tidak mendapatkan tempat bernaung. Maka, mereka nunut bernaung di rumah-rumah penduduk yang bersedia menampung. Tidak ketinggalan pastoran Somohitan menjadi tempat untuk berteduh. Hal ini banyak dialami oleh paroki-paroki yang umatnya di lereng Merapi.

Sejak Senin pagi saya beserta beberapa relawan melihat kondisi pengungsi “swasta” yang amat banyak. Namun, ternyata mereka amat banyak yang tidak mendapatkan santunan dari barak-barak atau posko-posko resmi pemerintah. Akibatnya, mereka berdatangan di Posko Swasta Somohitan, karena mereka tidak banyak direpotkan prosedur yang bertele-tele.

Senin siang, kami mendapatkan rombongan dari Ratu Hemas. Mereka bertanya mengenai pengelolaan Posko. Saya mengatakan bahwa kami tidak dibantu pemerintah, namun kami hanya menutup “Bolong-bolong” (lubang-lubang) yang tidak dijangkau oleh pemerintah. Ternyata bukan hanya bolong-bolong, tetapi begitu banyak yang masih terabaikan. Padahal di gudang-dugang Posko plat Merah hal itu melimpah bantuan. Tim Ratu Hemas kami selundupkan untuk melihat dari dekat keadaan pengungsi “swasta” dan gudang-gudang pemerintah. Mereka lalu kembali ke Posko Somohitan pas ketika terdapat begitu banyak orang dari Barak Swasta yang meminta bantuan ke Somohitan. Sungguh mereka kaget dengan kenyataan itu, bahkan ada yang sempat meneteskan air mata.

Kegiatan kami di waktu malam. Setiap malam, kira-kira jam 20.00, kami menyiapkan logistik untuk diedarkan pada anggota masyarakat yang menjaga keselamatan kampung yang ditinggalkan oleh penghuninya. Kebanyakan mereka yang menjaga kampung berada di wilayah Ring satu, artinya di daerah yang sangat berbahaya. Dengan antusias mereka ingin mengikutinya. 

Mulai jam 20.00 saya memimpin ekspedisi ke 35 titik kumpul. Tim kami bagi menjadi dua, mulai dari sisi Barat dan sisi Timur dalam monitoring posko Induk Somohitan, Pakem dan Purwobinangun. Tim dari Barat mengadakan droping logistik mulai Balerante Kulon, Tlatar, Ngembesan, Gondoarum, Tunggularum, Tritis Kulon, Ngandung, Pelem, Panceh, Mencon, Kemiri Kebo. Sedangkan dari sisi Timur mulai dari Tawangrejo, Ngolsari, Ngepring, Tritis, Kratuhan, Turgo. Setiap dusun terdiri dari 3 sampai empat titik kumpul. Tim Ratu Hemas begitu bahagia bisa melihat kenyataan di lapangan di waktu malam. Ini Persis pengalaman Mgr. Suharyo waktu tahun 2006 ketika beliau kami ajak keliling untuk melihat keadaan para pengungsi.

Kesimpulan dari kegiatan hari ini:
1. Kita jangan main-main dengan alam yang murka, lihat kenyataan di Kinahrejo
2. Ternyata, begitu banyak kesempatan untuk berbuat baik dan begitu banyak orang yang membutuhkan bantuan kita
3. Sapaan atau salam saja sudah menguatkan semangat mereka
4. Bagitu banyak orang yang setia menjaga kampung halamannya meski harus dalam keadaan was-was dan khawatir
5. Tim Ratu Hemas melihat kenyataan, lalu mereka sangat berterima kasih boleh mengalami hari ini.
6. Laporan yang sering sampai di pemerintah pusat sangat jauh dari kenyataan
7. Besuk Selasa pagi, akan diusahakan drooping logistic untuk mendudukung kami.
8. Siapa yang punya telinga hendaklah mendengar dan siapa yang mempunyai mata hendaklah melihat.

Sumber: Situs Romo Yatno