Oleh anugerah Tuhan kita tidak lahir di pedalaman Kalimantan Timur, di Puncak Jaya, di tengah hutan Mamberamo ataupun di pegunungan Bukit Barisan. Tetapi Tuhan melahirkan Anda di daerah perkotaan yang mempunyai akses terhadap dunia pendidikan yang baik, sehingga mempunyai kesempatan untuk maju. Jadi kalau kita memberikan kesempatan atau menyediakan kesempatan pada saudara-saudara kita yang tinggal di pedesaan ataupun di pedalaman, maka merekapun akan dapat maju sebagaimana kita adanya.
Hal ini terbukti dari pengalaman pelayanan Yayasan PESAT dalam menyediakan pendidikan di pedesaan. Yayasan PESAT menerima kepercayaan mengelola SMA Kristen di Krayan pedalaman Kalimantan Timur; awalnya hanya sedikit sekali siswa yang belajar karena murid-murid takut belajar dalam arti sesungguhnya, maunya pendidikan yang mudah, sekolah semaunya.
Kurangnya kesadaran orangtua akan pentingnya pendidikan dan daya tarik materialisme serta sekularisme menjadi penghambat bagi perkembangan sekolah ini.
Namun bersyukur pada Tuhan, berkat ketekunan dan upaya yang pantang menyerah dari para pendidik, maka dari jumlah siswa yang hanya beberapa puluh, sekarang telah mencapai 150 siswa dan telah berhasil mendorong beberapa lulusan sekolah ini untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi. Apa yang terjadi? Artinya terjadi perubahan yang signifikan pada orangtua maupun anak didik dalam memandang pendidikan; para pendidikpun tidak hanya berfungsi sebagai guru yang mengajar, melainkan mereka juga berfungsi sebagai motivator bagi anak didik dan orangtua, serta menjadi agent of change di tengah masyarakat.
Seorang anak usia 10 thn berasal dari Muliama-Wamena, sehabis pulang dari mengikuti pelatihan fisika di Jakarta menyatakan bahwa ia ingin menjadi ilmuwan. Saya bertanya apa yang mendorongnya ? Anak tersebut berkata karena ia ingin membangun daerahnya. Tapi itulah kenyataannya. Kesempatan yang diberikan telah mengerjakan perubahan di dalam diri anak tersebut.
Octovianus Pugau, berasal dari pedalaman Sugapa, siswa SMP di SMP Anak Panah Nabire banyak kali menulis karangan yang sangat baik, umumnya tentang kepemimpinan. Sewaktu ditanya tentang cita-citanya, ia ingin menjadi dokter karena ingin menjadi berkat menolong orang yang sakit, yang susah tertimpa oleh berbagai bencana. Lain halnya dengan Mianus Yarinap, juga dari Sugapa, siswa SMP Anak Panah di Nabire, cita-citanya adalah ingin menjadi pilot, karena ia selalu melihat pilot MAF (Missionary Aviation Fellowship) yang datang ke kampungnya membawa orang-orang ke kota. Jadi ia ingin hidupnya bisa menjadi berkat menolong orang-orang di desanya untuk melihat dunia luar. Bayangkan betapa mulianya motivasi dari anak-anak ini.
Sumber: Majalah Bahana