MEDAN (SUMUT) - Aksi main hakim sendiri terkait isu penculikan anak kembali terjadi. Kali ini terjadi di Kecamatan Pancurbatu, Selasa (14/12/2010) sekitar pukul 11.00 WIB. Korbannya kali ini adalah keluarga pendeta dari Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) yang nyaris meninggal sia-sia dibakar warga yang tak percaya mereka pelayan di gereja.
Saat kejadian, keluarga Pdt L Karo Sekali (65) bersama istrinya dan Pdt Petrus, ketiganya Warga Jalan Selamat, Medan, pulang merayakan natal dari Seberayadi Tanah Karo. Mereka menumpang mobil Daihatsu Taff Ranger BK 1921 ED yang dikemudikan Bapa Raja.
Di tengah jalan, di Desa Lama, Kecamatan Pancurbatu, mobil berhenti. Supir yang ingin membuang air kecil masuk ke areal Jambur Gotong Royong di desa itu. Sedangkan Pdt L Karo Sekali tertidur dan tidak menyadari, penumpang yang baru sebulan bekerja padanya itu menghentikan mobil.
Tingkah Bapa Raja mencari kamar kecil membuat warga di sekitar curiga. Tepancing dengan isu penculikan yang menyebar lewat SMS berantai, spontan sejumlah warga mendatangi mobil tersebut.
Pdt Petrus dan Pdt L Karo Sekali beserta istri terbangun dan terkejut. Mereka ketakutan saat warga menyerbu dan sempat memukuli mobil tersebut dengan ancaman akan dibakar. Karena takut, Bapa Raja lari menyelamatkan diri, sementara para istri pendeta berteriak minta tolong.
Aksi warga dilerai personel Polsek Pancur Batu yang kemudian menyelamatkan mereka ke Mapolsek. “Aku terkejut dan ketakutan melihat warga yang emosi. Aku dengar mereka hendak membakar kami. Saya hanya minta tolong dan mengatakan kami pendeta,” ujar istri Pdt Karo Sekali yang menagis saat di Polsek Pancur Batu.
Pdt Petrus mengaku hampir dibacok warga. “Saya dikira sopirnya Mas, saya juga sempat dengar akan dibacok. Tapi warga itu tak ada yang membawa senjata tajam,” ungkap Petrus saat memberi penjelasan pada Polisi di SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polsek Pancur Batu.
Warga yang sudah dibakar emosi curiga karena supirnya lari meninggalkan lokasi saat warga mendatangi mobil yang di parkir. “Supir lari menyelamatkan diri karena takut diamuk warga,” ucap Pdt Karo Sekali yang pernah melayani di Bukit Doa, Tuntungan.
Meski sudah ditangani polisi, puluhan warga yang terdiri dari para ibu mendatangi Mapolsek untuk mencari kebenaran atas isu penculikan tersebut. Mereka juga meminta dipertemukan dengan para pendeta tersebut.
Polsek Pancurbatu yang memberi penjelasan sempat bersitegang dengan warga. “Itu kan kata bapak, bagaimana kalau isu itu benar-benar terjadi kepada keluarga atau anak-anak kami,” cetus sejumlah warga.
Kanit Reskrim Polsek Pancurbatu, AKP Paidir Chaniago lantas memberikan penyuluhan dan pengertian kepada warga. “Kita sudah mengambil keterangan, mereka pendeta yang sedang berhenti untuk membuang air kecil. Warga jangan ketakutan akibat isu penculikan, bila ada yang menjadi korban segera laporkan akan segera kita tangani,” bebernya. Setelah merasa tenang, puluhan warga dengan tertib meninggalkan Mapolsek.
Sementara di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), polisi telah mengamankan empat orang yang menganiaya pria yang dicurigai penculik anak tetapi tidak terbukti, kemarin (14/12/2010). Keempatnya diamankan oleh petugas dari Polsek Kotarih, dan dari Polsek Firdaus.
Peristiwa itu terjadi di Desa Nagur, Kecamatan Tanjung Beringin, Sergai. Seorang pria dimassa warga karena gerak geriknya yang mencurigakan dan tidak memiliki identitas. Karena tidak memberikan jawaban yang jelas, warga mengamuk dan menganiaya hingga babak belur. Selanjutnya Polsek Tanjung Beringin mengamankannya dan membawanya ke RSU Melati Kampung Pon.
Ternyata setelah diselidiki, diduga pria itu kurang waras. “Ketika ditanya tidak memberikan jawaban yang jelas,” kata anggota polisi yang ikut membawanya ke RSU Melati untuk mendapatkan perawtan medis akbita luka lukanya. “Isu penculikan adalah isu yang tidak benar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, sampai saat ini jajaran Polres Sergai belum menerima laporan ataupun pengaduan masyarakat yang kehilangan anak,” terang Kapolres Sergai AKBP Drs Eri Safari.
Selanjutnya Polsek Tanjung Beringin mengamankannya dan membawanya ke RSU Melati Kampung Pon. Ternyata setelah diselidiki, diduga pria itu kurang waras. “Ketika ditanya tidak memberikan jawaban yang jelas,” kata anggota polisi yang ikut membawanya ke RSU Melati untuk mendapatkan perawtan medis akbita luka lukanya.
Poldasu Lacak Penebar Isu
Kepolisian Daerah Sumatera Utara (PoldaSumut) menurunkan personelnya untuk melacak siapa penbar isu terkait maraknya isu penculikan anak yang akan dijual organ tubuhnya di Sumut. Namun, sampai saat ini, seluruh jajaran Poldasu belum ada menerima laporan adanya penculikan.
“Kita sudah menurunkan personel untuk melacak penebar isu. Sementara kita lidik dahulu sumber informasinya, “ ujar Kassubid Dok Liput Humas Poldasu, AKBP MP Nainggolan saat dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (14/12/2010).
Meski mengaku serius melacak, jajaran Polda belum berkoordinasi dengan pihak operator seluler. Alasannya, Poldasu masih melakukan lidik terhadap sumber informasi. “Teknisnya memang ke operator. Tapi kita lidik dahulu sumber informasi. Karena isu tersebut datangnya dari mulut ke mulut,” ucap Nainggolan.
Sementara itu, terhadap warga yang melakukan aksi main hakim sendiri, Polda Sumut dan seluruh jajaran memastikan akan memproses siapa pun yang terlibat. “Palaku penganiayaan kita proses berdasarkan pengaduan. Bila tertangkap tangan, tersangka akan kita jerat lebih dari satu pasal, yaitu pasal 351 junto 170 KUHPidana karena melakukan penganiaayaan secara bersama-sama,” bebernya.
Pasal 170 ayat 2 (3) KUHP berbunyi, “Yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.”
Sementara itu, upaya pencegahan yang dilakukan Poldasu dengan melaksanakan patroli rutin dan memberdayakan peran Polisi Desa (Police in Village). Satuan ini akan berupaya mencegah dan menghindari aksi main hakim sendiri oleh warga.
“Pak Kapolda telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran untuk melakukan deteksi dini terhadap isu penculikan ini. Sebab, isu penculikan ini sudah sangat meresahkan dan menimbulkan korban jiwa,” ujar AKBP MP Nainggolan.
Bila ternyata isu itu benar, polisi berjanji akan menangkap pelaku. “Petugas Reskrim melakukan lidik dan manakala ada pelaku yang tertangkap agar hindarkan perilaku yang arogansi dan kekerasan terhadap pelaku,” bebernya. (HarianSumut)